Prolog

94 10 3
                                    

"Aish kok gini amat rasanya miskin, memalukan" Fajuki melewati lorong lorong toilet tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang

"Maaf  maaf" Fajuki menyatukan kedua tangan nya tanpa memandang sedikitpun orangnya. Pikiran nya gak fokus gara gara mikirin beban hidup, uang tak da makan tak kenyang.

"Hehe pak Panjul ternyata, lagi berdoa ya"

Suara ini, Fajuki langsung mengangkat wajahnya melihat Sensei dengan gaya terkesan kecowok cowok an.

"Hah kamu lagi, bisa cawan saya liat kamu gak ada bedanya dengan badak"

"Daripada kau! Kurus krempeng gak kuat goyang nih pasti" ejek Sensei dengan tawa yang santai. Apakah sesantai ini menghina orang lain pikir Fajuki. Sensei berlalu pergi meninggalkan Fajuki yang emosi.

Tak tahan di ejek kekuatan burung perkasanya Fajuki mengejar Sensei untuk menjambak rambut cewek kasar itu.

"Sensei!!!"

Fajuki berteriak sambil berlari, bukannya pergi lari Sensei malah berhenti menatap pria jangkung itu dan siap menunggu apa yang akan di lakukan oleh nya. Fajuki melayangkan tendangan mautnya untuk menghalau wanita tanah jahanam itu.

Dengan cepat Sensei mengelak dan meninju wajah Fajuki kuat. Hal itu membuat Fajuki mengerang dan tidak sadarkan diri. "Lah cuma ini doang udah pingsan, lemah"

Tanpa Sensei ketahui ada seseorang yang menyaksikan tindakan nya

"Apa?" Sensei memasukkan tangannya ke kantong celana menatap dingin orang yang melihat aksinya

"Apakah anda melukainya?" Tanya pria berjaket kulit, wajahnya terkesan tegas pasti orang berada nih.

"Menurut anda gimana?" Tanya Sensei malas, ia menatap Fajuki yang masih pingsan karena ulahnya

Pria itu mendekat sambil menunjukkan lencana miliknya
"Saya polisi mari ikut saya ke kantor polisi"

Sensei mengubah ekspresinya menjadi ftustasi mengapa ada polisi disini. Ia memang sering masuk keluar kantor polisi tapi kali ini penjamin nya tidak akan pernah datang.

"Hem, dia pacar saya. Dia selingkuh dan mendua jadi saya serang saja" 
Sensei terpaksa harus memeluk Fajuki agar polisi itu yakin ini bukanlah masalah serius, dalam hati Sensei mengutuk aktingnya. memeluk erat Fajuki.

"Dia pacar mu?" Tanya polisi itu mengintimidasi

"Maafkan saya, saya akan bawa dia ke rumah sakit. Saya sadar bahwa saya egois telah memberi bogeman mentah untuk pacar saya yang tidak tahu di untung ini" Sensei menunduk, ia harap sandiwara nya berhasil

Cepatlah kau pergi polisi teriak Sensei menggebu gebu dalam hati

"Ngh woi apa apaan nih, njir bau ketek" Fajuki meracau, tidak ingin aktingnya sia sia Sensei menguatkan jepitan nya hingga Fajuki pengap dan tidak bisa bicara.

"Baiklah kamu harus bertanggung jawab jika terjadi apapun padanya" setelah memberi peringatan polisi itu pergi dengan mudahnya. Setelah dirasa aman Sensei melepaskan apitan nya.

"Woy kau gila, bisa mati saya mencium bau ketek kamu yang gak kalah dari bunga bangke" omel Fajuki dengan wajah merah padam.

"Deodoran mahal pak!" Sensei pergi meninggalkan Fajuki yang terduduk di lantai niatnya ke toilet tidak jadi karena gadis gila itu.





Halo teman teman kita bertemu lagi di karya baru ku. Btw ini murni pemikiran ku ya gak ada copas cerita lain

Ini bagian prolog nya masih awal cerita, jadi kalian mesti baca part selanjutnya ya

Babay 😍

Salam dari aku Rahma

Oh ya! Jangan lupa follow ig aku ya

@syahidinarahma

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang