30. Penasaran

16 5 2
                                    

"Maaf meminta waktunya sebentar kami pihak sekolah ingin memberitahu kepada siswa kelas 2 dan 1 untuk menunjukkan bakat kalian saat perayaan ulang tahun sekolah kita juga bertepatan dengan perpisahan kelas 3. Acara ini di langsung kan saat seminggu selesai ujian sekolah kecuali kelas 3. Saya harap masing masing kelas dapat menunjukkan bakat hebat untuk acara sekolah kita karna disana akan hadir tamu spesial juga direktur sekolah kita juga alumni alumni dari sekolah ini. Demi nama sekolah kita Tatsuno sekolah favorit di harapkan kepada generasi muda seperti kalian untuk menampilkan bakat"

Pengarahan yang tampak semangat itu mengundang tepuk tangan meriah dari murid murid yang mendengar nya. Para guru juga berbincang bincang soal penyusunan acara besar itu.

Kepala sekolah membungkuk salam hormat untuk para muridnya agar sepakat dalam kerja sama demi pangkat sekolah mereka. Para guru berjabat tangan merasa semangat menerima sorakan riuh para siswanya. Saat menjabat tangan Fajuki kepala sekolah membisik sesuatu yang membuat pria itu ketar ketir

"Karna ini acara bakat, mungkin akan banyak menampilkan seni daripada yang lainnya saya harap kamu bisa menangani ini sebelum saya pecat!"

Fajuki mengangguk menerima tugas itu, ia juga merasa semangat untuk membimbing muridnya. Namun Haruna mendekati lelaki itu menyapa dengan senyum ramah nya

"Hai aku harap kita dapat bekerja sama, aku tau kamu pasti merasa berat membimbing anak anak nantinya maka dari itu aku akan membantu" Haruna menjabat tangan Fajuki yang masih diam. Lelaki itu tersenyum merasa lega ada yang akan membantunya, Haruna tidak menjauh lagi seperti dahulu mungkin gadis itu sudah sadar jika dirinya terlalu egois.

Fajuki memperhatikan sekitar mencari wajah yang ingin sekali ia lihat. "Mencari siapa?" Tanya Haruna kala melihat Fajuki yang linglung

"Ah hehe gak ada, ayo bareng ke kantor"

Ajak Fajuki yang disambut senyum hangat gadis itu, mereka bercerita cerita seperti dahulu juga mendiskusikan penampilan bakat yang akan mereka urus nantinya.

Okun berada di ruang ganti khusus cowok, ia akan melakukan latihan voli pada jam olahraga begitupun lelaki lainnya karna mereka sudah keluar duluan kini tinggal diri sendiri di sana

"Oi Okun"

Mendengar suara itu membuat remaja itu kaget dan menoleh ke arah suara, malah tambah kaget dan terjengkang ke lantai. Sakazi nyaris sepeti zombie yang siap menyerang nya.

"Kampret! Apa apaan wajah mu itu ngeri cok"

Protes Okun melihat Sakazi yang sudah siap memakai pakaian olahraga nya. Pria itu muram dan datar, tubuhnya pucat kantong matanya yang menghitam terlihat seperti orang sakit namun pria itu tidak begitu ia masih sering senyum tertawa seperti tidak ada beban hidup dengan begitu ketampanan nya terus bersinar di sekolah.

"Makasih"

Hanya seuntai kata yang keluar di bibir Sakazi dengan ekspresi dingin, pria itu membuka lemari nya mengambil sepatu dan berlalu keluar meninggalkan Okun.

Okun menyadari maksud dari perkataan Sakazi, mungkin soal dirinya mengangkat pria itu menuju UKS. Saat Okun hendak keluar pintu lemari Sakazi terbuka karna tidak terkunci, pria itu berniat menutup nya namun sebuah objek mengundang perhatiannya

Beberapa obat yang tersimpan dalam plastik, Okun diam diam mengambil obat itu guna memastikan

"Sakazi sakit apa? Ternyata dia minum obat diam diam. Kasihan" Okun meletakkan kembali obat itu dan menutup lemari Sakazi. Ia berlari keluar bergabung main voli bersama temannya.

Sensei asyik mendengar lagu lewat earphone miliknya, menikmati semilir angin yang menyapu keteknya yang lumayan basah akibat olahraga. Rambut panjang nya yang di sanggul tak lupa kaos tipis yang ia ikat di lehernya menyembunyikan tanda maksiat disana.

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang