28. Tragedi

19 4 0
                                    

Tata menarik kerah baju Sakazi hingga pria itu terduduk akibat tarikan kasar teman nya.

"Jangan berani berani menyerang wanita brengsek"

Sakazi hanya diam, dan menatap Okun yang berapi api melihatnya. Mata Sakazi berubah sayu, kepala nya terasa berputar putar serta berkeringat dingin.

"Kau dengar aku brengsek!?"

Sakazi samar samar mendengar teriakan suara bariton itu kesadarannya berkurang dan kegelapan menyelimuti nya.

Sakazi kini terbaring di UKS untuk kedua kalinya, kini tanpa di temani oleh siapapun meski pertamanya Sensei membawanya kemari dan memijat kepalanya kini tidak! Ia sendiri rasa sepi merengguti nya

Sakazi merasa lega jika dia tidak dibawa ke rumah sakit, takut kelakuan nya akan di bocorkan disana.

"Sakazi kamu baik baik saja?"
Bu guru Haruna menghampiri ketua osis tersebut sambil membawa teh hangat.

"Bu Haruna?"

Haruna tersenyum ia meletakkan secangkir teh itu di nakas.

"Okun menggendong mu ke sini, kamu pingsan apakah udah baikan sekarang?"

"Okun?" Gumam Sakazi pelan, ia mengingat kembali sebelum kesadaran nya hilang ia bersama Tata dan Okun.

"Dia mengangkat ku?"

Sakazi makin melebarkan senyum nya terus dihantui rasa bersalah, perasaannya was was dan gelisah. Haruna memberikan teh hangat itu kepada muridnya yang terlihat pucat pasi.

"Kamu istirahat lah Sakazi ibu mau mengajar dulu"

Haruna pamit keluar dari UKS. Kini Sakazi tertawa sendiri seperti orang gila, tertawa sesekali mengeluarkan air matanya. Hidupnya memang sudah hancur saat mencoba benda busuk itu, meski ia terlihat sangat sukses dalam sekolahnya Sakazi tetap merasa gelisah dan tidak percaya diri saat sendirian. Hidup teman teman badung nya lebih berguna dan menyenangkan daripada hidupnya yang di teror rasa takut.

"Argh aku memang sampah" racau Sakazi memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, kantung matanya semakin dalam wajahnya juga mulai terlihat pucat bak mayat namun pria itu putus asa dan tidak bisa menghentikan kegelisahan nya.

"Anak muda!"

Sakazi menoleh ke arah sumber suara, seorang pria berjalan menghampiri nya dengan aura tegas dan rapi.

"Pak Fajuki?"

Fajuki tersenyum memasukkan tangannya ke kantong, ia memperhatikan wajah Sakazi dengan intens membuat yang di tatap membuang muka panik.

"Ada apa? Guru mu disini bukan di sana lihat saya!"

Ujar Fajuki lantang, ia menampakkan kesan tidak sukanya pada murid top tersebut. "Kamu pucat sekali mari kita ke rumah sakit, kau harus di obati"

Mendengar penuturan Fajuki membuat Sakazi kalang kabut menolak tawaran tersebut, ia tidak ingin kesana tidak ingin!

"Ada yang kau sembunyikan Saka?"

Tanya Fajuki mengintimidasi, wajah panik Sakazi membuat guru itu curiga.

"Apa maksud bapak! Jangan sembarangan bapak tidak akan tahu sedikitpun tentang saya"

Ujar Sakazi lantang merasa tersudut kan oleh Fajuki, ia berusaha turun dari kasur tapi tubuhnya yang masih lemah tidak bisa membiarkan dirinya berjalan. Dengan sigap Fajuki menangkap tubuh kurus itu dan membaringkan ke kasur.

"Bahkan tubuhmu terasa ringan"

Ejek Fajuki yang lagi membuat pria itu marah dan kesal.

"Kau menyatakan perasaan mu pada Sensei?"

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang