43. Masa Lalu (3)

24 5 0
                                    

Sensei dan Fajuki saling adu pandang saat berada di kelas merasa jengkel dengan kejadian yang tidak terduga itu, baru saja mereka dekat sudah bertengkar gak jelas hanya karna susu coklat.

Fajuki memasang wajah tak sukanya pada Sensei. Gadis itu terus mengacungkan jari tengahnya, mereka bertengkar tanpa bergerak sedikit pun hanya mengandalkan tatapan yang mereka

"Apa kau liat liat" Sensei membesarkan matanya tajam menantang Fajuki yang jauh di sana.

"Muka mu jelek" Fajuki membuang muka ke arah lain dengan ekspresi mengejek. Sensei menggertak kan giginya tidak sabar menunggu waktu pulang padahal sekarang masih pagi. Ia membutuhkan kesabaran maksimal untuk menahan untuk tidak menghabisi pria culun di sekolah.

Ryoma menyadari aksi Fajuki dan Sensei, ia tertawa pelan membayangkan jika mereka berpacaran. Ia menghentikan pemikiran konyol itu dan fokus memperhatikan guru di depan.

Jam istirahat Fajuki pergi ke perpustakaan untuk melakukan tugas rutin nya untuk membantu petugas perpustakaan. Ia sangat senang berada disana di temani oleh Yana dan yang lainnya. Fajuki memperhatikan Sierra yang menyisihkan diri dari teman teman sekelasnya. Gadis itu benar benar dingin tak tersentuh, ia seperti tidak nemiliki warna dalam hidupnya Sierra tidak pernah tersenyum membuat orang orang menjauhi gadis dingin itu.

"Fajuki beri aku soal matematika biar aku kerjain dan kamu periksa nantinya" Yana menawarkan sebuah buku pada Fajuki yang memperhatikan Sierra.

Fajuki menuliskan sebuah soal untuk teman nya itu. Yana langsung menjawab soal itu dengan teliti dan cermat.

Tiba tiba seseorang yang mustahil akan masuk perpustakaan masuk menghampiri Fajuki dengan alasan konyol. Ia membutuhkan bantuan lelaki itu karna suatu yang mendesak.

"Oi culun sini kau!" Sensei menarik tangan lelaki itu dengan kasar menuju keluar dari perpustakaan, Sensei terus menarik paksa Fajuki ke suatu tempat yang lumayan sepi.

"Oi apa apaan ini Dora?!" Fajuki berusaha melepaskan tangan gadis itu namun nihil Sensei sangat kuat dari dugaannya.

"Tolong kau buatkan pr aku ni, kalo gak siap mati aku di mutilasi. Tolong banget ya culun" di kira apa Sensei malah meminta Fajuki mengerjakan tugasnya. Gadis itu menyatukan telapak tangannya dengan nada memohon.

"Ngak buat sendiri! Otak tu di pake ya Dora jelek" Fajuki berniat akan pergi namun langkahnya terhenti setelah Sensei mengatakan sesuatu yang membuatnya tersenyum

"Aku akan membantu mu culun, tolonglah anak kecil ini om" rengek Sensei memasang wajah cemberut nya. Fajuki berbalik arah pura pura angkuh agar tidak terlihat rendahan saat menerima tawaran dari Sensei.

"Kau yakin mau bantu aku nih" goda Fajuki

Sensei mengangguk lugu

"Baiklah aku akan buat pr mu, jika aku butuh bantuan kamu harus ada oke!"

Sensei tersenyum lebar mengacungkan kedua jempol nya. Yang tadinya Sensei ingin menonjok Fajuki habis habisan kini tidak jadi karna ia terkena masalah yang lebih gawat dari rencananya itu.

Untunglah Fajuki mau membuat tugasnya, jika tidak ia akan dikenakan diskors selama satu bulan karna tidak membuat tugas dari empat bulan yang lalu. Sensei sangat sibuk sehingga melupakan tugasnya, ia banyak janjian dengan seseorang untuk tawuran, balap liar dan juga sekolah karate untuk meningkatkan skill bela dirinya.

Kini mereka tiba di kelas, Sensei memperhatikan Fajuki yang sedang menyelesaikan semua tugasnya ia duduk berhadapan dengan Fajuki.

"Kau tak pusing liat angka angka tu culun? Aku seperti melihat malaikat maut yang menyuruh ku untuk berhitung sampai satu triliun" canda Sensei yang membuat Fajuki tertawa lepas dengan candaan konyol temannya itu.

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang