34. Rencana Licik

22 5 0
                                    

"Kau bawa motor atau mobil nih?" Tanya Sensei saat mengemasi semua bukunya. Okun menunjukkan sebuah motor besar yang berdiri gagah di dekat cafe yang mereka tempati.

"Wih baru nih motor, sama kek aku pula" ledek Sensei menghampiri motor tersebut, Okun cengesan malu saat tau ia meniru gaya Sensei abisnya keren.

"Kunci?"

Okun melempar kunci motor ke arah Sensei dengan sigap gadis itu menangkapnya.

"Kau pake rok gak masuk lah gaya kau tu"

Sensei tidak sadar jika ia memakai rok, dan menyuruh Okun untuk mengambil alih kemudi. Dengan senang hati pria itu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Saat dalam perjalanan melewati kota kota tanpa sengaja Okun melihat pemandangan yang membuat hatinya bergetar dan memanjakan mata.

Paha putih Sensei tersingkap oleh angin membuat pria itu tidak konsentrasi dalam mengemudi. Baru kali ini Okun melihatnya secara langsung biasanya ia hanya melihat poster majalah model.

Tidak ingin Sensei marah karna mata keranjang nya Okun membaca mantra kuat iman agar tidak melihat pemandangan indah itu.

Mereka kini telah sampai di rumah Sakazi, Sensei menekan bel rumah besar yang megah itu. Ia menunggu beberapa menit sebelum pintu terbuka.

"Iya ada apa?" Inuga membuka pintu menatap heran dengan sepasang remaja tersebut.

"Ini om mau balikin buku Sakazi"

Inuga ber oh ria dan mengambil buku milik putranya tak lupa tersenyum tulus untuk mereka. Tidak seperti dugaan Okun ternyata Inuga terlihat lebih ramah dan lembut berbeda dengan putranya yang blak blakan.

"Mau mampir"

Sensei menggeleng dan mengucapkan terimakasih kepada orang tua Sakazi dan mengajak Okun pergi bersamanya. Mereka kini dalam perjalanan pulang, Okun juga ingin tau dimana tempat tinggal Sensei.

"Oi turun disini aja, aku jalan"

"Lah ngapain kau jalan, di karungin nanti" protes Okun menghentikan motornya tepat di tempat yang gadis itu inginkan.
Sensei meninggalkan Okun dan lanjut berjalan melihat lihat suasana tempat yang sudah lama tidak ia lewati dengan jalan kaki, biasanya memakai sepeda dan motor sekarang berjalan sungguh menyenangkan bagi Sensei sambil bernostalgia tentang kebersamaan dirinya dengan Fajuki pacarnya di jalanan ini, Sensei meminta pria itu menemani nya pulang hingga apartemen karna motornya rusak dan sedang di perbaiki. Karna sering jalan kaki pulang sekolah juga motor yang sering mogok Fajuki kekasihnya memberikan hadiah yang tidak ia sangka sangka, walaupun sederhana tapi sangat bermakna bagi Sensei. Fajuki memberikan nya sepeda yang sangat sederhana, pria itu bilang agar kaki kekasihnya tidak bengkak akibat terlalu sering jalan kaki. Sensei benar benar ingin menangis saat itu betapa baiknya pacar nya.

Kadang Fajuki membonceng dirinya dengan sepeda pemberian nya. Dan sekarang sepeda itu sudah terlihat usang karna sudah lama, tapi Sensei masih tetap setia merawatnya agar tidak hancur kenangan indahnya. Sensei menghirup nafas dalam dalam menahan rindu serta sesak yang mengganggu nya saat mengingat momen indah itu.

"Sayangnya aku akan meninggalkan tempat ini secepatnya" Sensei tersenyum pahit, matanya terasa panas dadanya bergemuruh hebat saat mengatakan kalimat yang menyedihkan itu.

"Ya harus secepatnya!"

Sensei menoleh ke belakang saat mendengar suara bas pria asing.
Gadis itu memasang wajah datar, siapa orang asing yang sok akrab dengan nya memuakkan sekali.

"Suruhan siapa lagi ini?" Tanya Sensei tanpa basa basi, ia sudah tau jika kejadian seperti ini pastilah ada seseorang yang ingin menjatuhkan nya.

"Weh selow selow cuma mau cabut ginjal kau aja"

Pria asing itu tertawa bersama teman temannya, merasa tidak sabar menghabisi seorang wanita kecil yang mereka anggap lemah.

Sensei membuang nafas pelan "hah aku belum siap untuk ini" batin gadis itu menatap tanah dengan tidak semangat.

Tanpa banyak menunggu pria asing tadi menonjok Sensei dengan tubuh kekar nya hingga gadis itu terhempas menyapu jalanan. Buku nya berserakan dimana mana.

"Hah sekali bogem dah terbang dia, kuat apanya dia bilang" ejek pria yang berani melukai Sensei. Saat atasan nya menyarankan mereka untuk tetap hati hati pria itu merasa musuhnya sangatlah kuat tapi kenyataannya tidak seperti itu. Sekelompok pria itu tertawa mengejek Sensei yang memegangi wajahnya yang memar, gadis itu memejamkan matanya merasa marah dengan kelakuan kurang hajar orang yang tidak dikenal ini.

"Mau adain upacara pemakaman kalian hah?" Tantang gadis itu melipat kemeja hingga siku nya. Sensei langsung beraksi menjatuhkan lawan nya dengan sekuat tenaga tanpa segan segan, kini darah pria itu mulai mengotori tubuhnya. Pria yang terlihat sebagai ketua geram dan menyerang Sensei dengan brutal, ia kehilangan kendali nya hingga tidak takut akan membunuh gadis itu dengan kebrutalan nya.

"Ayo kerahkan semua kekuatan mu" pancing Sensei tertawa keras merasa senang dan semangat melawan musuhnya yang marah ini. Merasa geram sendiri dengan tingkah Sensei pria itu mengambil tongkat besi yang berada di dekatnya.

Sensei menaikkan satu alisnya merasa sedang kacau saat ini, ia juga mencari benda yang dapat menghalangi besi itu mengenai tubuhnya. Tapi nihil tidak ada satupun kayu yang ada disana sekarang ia perlu waspada dengan serangan gila itu.

Fajuki menyusun dokumen dokumen yang telah selesai ia kerjakan, di lihatnya Mina sedang tertidur dengan nyaman di kasur nya.
Tiba tiba sesuatu yang membuat Fajuki merasa gelisah dan tidak tenang padahal tugasnya baru saja selesai dan seharusnya ia sudah tenang dan santai saat ini tapi ada yang mengganggu nya.
Entah mengapa wajah Sensei terlintas di benaknya, wajah penuh luka dan senyum yang terlihat pasrah. Fajuki menggeleng kan kepala nya menghalau pikiran negatif itu, ia berencana ingin menelpon Sensei tapi ponsel nya tidak ketemu padahal ia meletakkan nya di meja dan sekarang sudah tidak ada. Fajuki berusaha mencari cari dimana ponselnya berada tapi tidak ketemu.

Mina yang melihat Fajuki bolak balik mencari sesuatu tersenyum menang, ia dengan sengaja menyembunyikan ponsel kekasih nya juga mengaktifkan mode silent.

"Ee Mina bolehkah aku minta tolong, bisakah kamu menghubungi ponsel ku"

Mina mengangguk lugu dan menghubungi ponsel pria itu tapi tidak aktif, Fajuki mengacak acak rambutnya hingga berantakan merasa frustasi dengan kegelisahan nya.

"Kamu kenapa? Ayo kita jalan jalan ke suatu tempat" ajak Mina manja, ia sangat ingin menghabiskan waktu bersama dengan Fajuki.

Fajuki menolak cepat hingga membuat gadis itu kecewa dan marah.

"Kamu ini kenapa sih, kita itu pacaran kasi waktu lah untuk kencan. Apakah kamu tidak mencintai ku lagi hah?" Protes Mina dengan nada membentak, mendengar hal itu saja membuat Fajuki makin gelisah dan tidak suka di bentak. Ia juga punya hak dan kegiatan yang harus ia lakukan, sikap posesif Mina membuat pria itu merasa muak dan tidak suka.

"Mina maafkan aku, tenang lah aku akan berusaha cari waktu untuk berkencan" hibur Fajuki dengan lembut, bukannya dima Mina malah melunjak memarahi serta menyalah kan Fajuki yang tidak bisa memberikan waktu untuknya. Rasa pusing dan penat kini menguasai Fajuki, ia tidak bisa membalas Mina saat ini.

Fajuki memeluk Mina dengan tenang mengelus punggung gadis itu pelan memberi ketenangan.

"Tenang lah, jangan marah. Aku salah oke"

Mina tersenyum merasa hangat saat dipeluk seperti sekarang, ia makin jatuh cinta dengan Fajuki. Biasanya lelaki akan membalas membentak jika melihat kelakuan Mina tapi Fajuki justru tetap tenang dan menghibur.

"Jadi kamu masih sayang kan sama aku"

Fajuki memejamkan matanya mengangguk pelan, ia tidak tahu mengapa harus mengingat Sensei di saat seperti ini. Mina memeluk dengan erat merasakan detak jantung kekasih nya.

Rasa gelisah terus menyerang, tidak tahan lagi Fajuki berbohong pada Mina jika ia ingin membeli sesuatu keluar, dengan polos nya Mina percaya dan menunggu pria itu sambil rebahan di kasur.

Fajuki berlari menuju apartemen Sensei, ia sangat ingin melihat keadaan gadis itu. Bayangan mengerikan itu membuat hati Fajuki tidak tenang dan terus berlari kencang.

"Sensei ku harap kamu baik baik saja, jangan terluka aku mohon"

Batin pria itu meneteskan air matanya.

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang