14. Rumit

22 6 0
                                    

"Eh Haruna" aku menatapnya yang seolah mundur dari tempatnya, Haruna pasti mendengar percakapan ku dengan Mina apakah aku sungguh jahat? Aku pernah memendam rasa suka dengan Haruna dan saat itu dimana ia menemaniku di rumah sakit Haruna tampak menyukai ku, ia dengan tulus merawat ku dan berdandan cantik demi diriku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, untuk mengucapkan sepatah kata saja sulit saat melihat Haruna yang kecewa karena ku.

"Fajuki, kasih tau dong kalo udah punya pacar. Biar aku gak mengharapkan suatu yang lebih dari mu" Haruna mengembangkan senyumnya padaku, itu mungkin senyum terakhir kalinya aku lihat dan esok Haruna pasti menjauhi ku karena sudah punya pacar.

Hari mengajar yang sangat membosankan, Haruna menghindari ku dan berbincang dengan guru lain mengabaikan diriku yang sendirian. Sensei yang tidak ingin bertemu dengan ku kenapa semua jadi seperti ini? Aku juga membutuhkan teman di sini

Sekarang aku benar benar sendirian, aku hanya memiliki Mina yang sukarela berpacaran dengan ku

"Oi pak, ngelamun mulu galau ya?" Okun menyadarkan ku yang melamun di meja kantin

"Hah mau gimana lagi, nasib" ujarku pasrah, Okun sudah duduk menghadapi ku ia menyeruput jus milik ku yang sama sekali belum tersentuh

"Karena si Sensei yo pak?" Okun terlihat mengejek ku dengan gelak tawa yang kurang mengenakkan itu.

"Sembarangan kau ini, saya gak pedofil Kun" tolak ku mentah mentah, mendengar nama Sensei saja sudah memperburuk mood ku.

"Halah basi pak, saya tau bapak mikir kak Sensei"

"Kak? Eh kau panggil dia kakak?"
Tanya ku penasaran, Okun yang menarik!

"Sejujurnya enggak sih, saya malu mengatakan itu ke dia. Dia jauh lebih tua dari Okun jadi teringat dengan kakak yang udah lama meninggal, sifatnya itu sama kasar bat"

Okun terlanjur curhat, ia juga berpikir bahwa Sensei adalah kakaknya. Ia merasa bersalah bersikap lantang pada Sensei, tapi gengsi untuk berbaik hati.

"Jika saya menantang Sensei berarti saya menantang kakak" wajah Okun terlihat kusut, ia benar benar mendalami apa yang ia katakan kepadaku.

"Kamu pernah menantang Sensei?" Tanya ku. Okun mengangguk lemah, pandangan nya tak lepas dari lantai tidak ingin menatap wajah ku.

"Sering malah pak, tapi Sensei gak melawan karena itu membuat saya teringat dengan kakak. Ingin saya membuatnya marah dan memukul saya agar tidak pernah berpikir bahwa dia seperti kakak tapi itu tidak pernah terjadi"

Kini aku mengerti perasaan Okun, ia kesal dengan dirinya sendiri yang selalu menganggap Sensei adalah kakaknya. Itu pasti sangat menyakitkan, merindukan orang yang telah pergi jauh. Aku menyentuh pundak Okun memberi kekuatan untuk anak muda itu.

"Sebaiknya kau minta maaf dulu bro, karena perlakuan yang gak dewasa itu malah membuat mu terganggu"

Okun tertawa pelan, ia menatap ku dengan wajah enteng nya kembali ke Okun semula yang bertingkah menyebalkan "haaah jangan sok motivator dong pak eee banjir air mata nih" Okun berdiri dan berlari masuk ke kelas, aku sedikit lebih lega di temani oleh Okun hari hari ku jadi ikut bermakna.
Waktu pulang sekolah pun tiba, aku menunggu di depan pagar Mina bilang ia ingin menjemput ku

Aku melihat seorang murid dengan motor besar yang keren itu, penampilan nya mungkin terlihat seperti Tata, ia memberi Sensei tumpangan. Aku sedikit panas melihat adegan itu. Dimana Sensei dengan sepeda butut nya

Mataku tak lepas dari mereka berdua hingga pergi menjauh dari pandangan ku, sakit hatiku sakit.

"Hello pacar"

Shining Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang