1

61.8K 3.8K 849
                                    

"ANAK SIAPA SEBENARNYA AKU?!"

Teriakan menggelegar itu terdengar menambah ketegangan diruangan luas itu. Ruangan yang berisi beberapa orang, pandangan dan pemikiran yang berbeda. Situasi tak mengenakan yang terjadi sejak satu jam lalu. Netra seindah berlian itu memerah, menahan gejolak emosi yang melandanya. Jangan lupakan luapan sesak yang mungkin tidak akan mampu dibendungnya lagi jika situasi itu masih berlangsung hingga beberapa menit ke depan. Nafas memburu dengan bulir keringat menghiasi pelipis juga dahinya.

"Siapa yang kau ajak bicara itu?" Seorang pria maju ke hadapannya. Menatapnya dengan tatapan tajam seakan siap menghunus tubuh kurusnya. Tak merasa gentar dengan itu, pemuda yang tadi berteriak memandang penuh keberanian.

Sikap tenangnya berusaha ia pertahankan, "siapa yang sedang aku tatap?" Tanyanya balik. "Aku bahkan tidak menatapmu saat berbicara tadi. Aku menatapnya," lanjutnya seraya menunjuk seorang pria lainnya yang tengah memandangnya juga dengan pandangan sulit diartikan.

Biarkan dia memperkenalkan namanya. Huang Renjun, kembar dari keluarga kaya namun tak memiliki belas kasih, terhadapnya. Jangan berbicara kasih sayang padanya, itu hanya akan menyakiti psikisnya. Siapa yang akan peduli tentang itu? Mereka bilang Renjun kembar dengan Na Jaemin, namun itu tak cukup mampu membuatnya percaya. Seiring bertambahnya usia, ia mengerti situasi. Bagaimana perilaku mereka yang membedakan antara dirinya dan Jaemin, bagaimana mereka selalu mengacuhkannya, dan yang paling utama, marganya berbeda dengan anggota lainnya.

Siapa dirinya?

Dari mana asalnya?

Apakah ia harus percaya dengan bualan tak berdasar ayahnya yang mengatakan mereka anak kembar?

Mendengar bagaimana mulut sampah mereka yang selalu melukai perasaannya, bagaimana cara mereka memperlakukannya, Renjun tak akan lagi menaruh percaya pada siapapun. Tidak ada satu pun manusia di dunia yang ia percayai. Renjun tidak pernah berniat menaruh sedikitpun percayanya pada siapapun, dunia ini kejam, bisa saja sewaktu-waktu ia lengah jika sampai mempercayai orang lain. Renjun tidak marah pada mereka, Renjun menyayangkan jalan hidupnya sendiri yang tak pernah menemui bahagia.

Cengkraman dirahang membuatnya tersadar untuk kembali pada kenyataan yang tengah berlangsung. "Ucapkan sekali lagi!" Titah orang itu mengangkat dagu Renjun tanpa ada kelembutan sedikitpun.

"Anak siapa sebenarnya aku?!" Ulang Renjun dengan nada lebih pelan dari sebelumnya namun tatapan matanya yang kini menyorot dingin tak mampu dihindarkan. Pemuda mungil itu menghempas tangan yang dengan kurang ajar menyentuhnya kasar. Ia tidak suka disentuh! Apalagi oleh orang yang menurutnya asing dalam kesehariannya. Ya, keluarganya memang orang asing untuknya.

Yang bagaimana yang harus ia sebut keluarga?

"Dimana sopan santun mu, Renjun? Di rumah ini kita diajarkan untuk selalu menghormati yang lebih tua," ujar sang 'kembaran' yang maju seraya memegang perut bulatnya. "Dengan kau mengangkat dagu dan meninggikan nada suaramu, kau sudah melupakan rasa seganmu terhadap orang tua," tambahnya.

Dia Na Jaemin sang kembaran yang begitu disayangi, dibanggakan dan selalu di elu-elukan keluarga karena kelebihannya. Diusianya yang memasuki dua puluh dua tahun, Jaemin akan menyandang gelar ibu dalam satu atau dua bulan ke depan. Dia menikah muda dengan serang pengusaha bernama Mark Lee. Sifatnya yang lemah lembut terkadang membuat Renjun luluh, dulu. Ya, dulu sebelum perasaan muak menghampiri dirinya.

"Sopan santunku ya?" Renjun menatap Jaemin tajam. Pupil matanya menatap tak suka disertai kekehan dari bibir mungilnya. "Aku rasa kalian tidak pernah mengajarkanku tentang itu," balas Renjun tertawa setelahnya. Tawa yang begitu lepas, namun dengan sorot terluka dikedua matanya. Mata memerah yang kini mengkilap berkaca-kaca. Ia tidak mengenali keluarganya, ia tidak pernah merasa menerima didikan dari kedua orang tuanya, pantaskah Renjun melakukan hal yang dikatakan Jaemin tadi?

DESTINY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang