Extra Chapter

20.1K 1.9K 69
                                    

Sebuah minibus berwarna ceria dengan motiv bunga matahari di body mobilnya. Berhenti didepan gerbang salah satu rumah di perumahan mewah pusat kota Seoul. Seorang anak dengan pakaian sekolah dasarnya keluar dari sana. Melambaikan tangan pada teman-teman yang masih harus menempuh perjalanan menuju rumah masing-masing.

Saat berbalik, seorang pria dengan setelah penjaga menyambutnya dengan hangat. Lantas gerbang berwarna hitam itu dibuka untuknya. Kaki kecilnya melangkah dengan riang menapaki halaman rumah yang luasnya tidak main-main.

Bunga matahari menyambut pandangannya tak jauh dari gerbang. Lalu rumput jepang yang tumbuh dengan subur memenuhi halaman. Asri. Begitulah keadaannya. Beberapa jenis bunga lainnya terawat dengan baik. Kolam ikan kecil terdapat ditengah halaman.

Kakinya kini menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai dipintu utama. Tingginya yang tidak sampai setengah pintu membuatnya kesusahan untuk mendorong pintu besar bercat cokelat gelap itu. Atas bantuan penjaga yang tadi menyambutnya, pintu itu terbuka.

"NONO PULANG!" teriaknya. Lantas kembali berlari memasuki rumah besar yang sudah ditinggalinya selama satu tahun itu.

"Hei, jagoan." Sapa seorang yang berada diruang tengah. Netra indahnya memandang hangat sang anak dengan lengkungan manis dibibirnya yang sewarna cerry itu.

Anak itu Jeno. Bocah lelaki itu kini sudah duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar. Perangainya yang dulu sangat manja, kini perlahan-lahan berkurang. Tidak ada lagi anak yang menangis ditengah malam. Tidak ada lagi anak yang selalu meminta digendong pada ayah atau ibunya.

"Uchan!" Panggilnya riang pada balita yang sedang bermain di karpet berbulu dekat dengan kaki ibunya.

"Jangan pelukan," ujar Renjun. Ia menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri. "Nono jarus ganti baju dulu. Lalu cuci tangan, cuci kaki, baru setelah itu boleh pelukan sesukamu." Itu adalah sebuah ultimatum yang diterapkannya sejak beberapa waktu lalu.

"Mommy..."

"No, ayo Mommy temani." Renjun menggiring anak itu menuju kamarnya setelah memanggil seorang pelayan untuk mengawasi putra bungsunya. Mengambil alih tas yang tersampir dipunggung Jeno.

Langkah gontai Jeno membuatnya terkekeh gemas. Memang begitu saat anak itu merajuk.

"Daddy tidak pulang?" Tanya Jeno.

"Daddy kan kerja. Besok Daddy libur. Nono mau apa?" Renjun menyimpan tas bergambar Iron Man itu dimeja belajar. Lalu beralih menyiapkan baju untuk anak yang kini sedang berbaring terlentang diatas ranjangnya. "Ayo, ganti bajunya."

Jeno pasrah saat ibunya menggelandang dirinya menuju kamar mandi. Bibirnya mengerucut lucu dengan tangan perlahan melepaskan kancing bajunya. Ia hanya diam saat Renjun dengan telaten menggantikan bajunya. Tangan dan kakinya tidak lupa untuk dicuci serta wajah yang dirasa berkeringat.

"Nono mau Daddy!" Ucap anak itu.

"Iya, nanti Mommy telpon supaya Daddy pulang cepat." Renjun kembali membawa anak itu keluar. Menuruti apa yang diinginkan anak itu untuk segera menemui adiknya.

Selaras dengan hidup yang di impikan semua orang. Renjun merasakan kesempurnaan dengan keluarga kecilnya. Suami yang pengertian juga berbagai kelebihan, anak-anak yang pintar juga menggemaskan. Hidupnya tidak lagi menerima banyak kesakitan seperti dulu. Sekarang, kebahagiaan melimpah yang dirasakannya.

Jaehyun masih tetap sama. Bedanya, pria itu semakin hari semakin handal dalam memanjakannya. Baik itu secara moral maupun materi. Jaehyun memenuhi kebutuhannya dengan baik.

Rumah yang ditempatinya kini, adalah hadiah pernikahan dari orang tua Jaehyun. Sempat Jaehyun menyarankan untuk kembali memakai mansionnya terdahulu, namun ditolak mentah-mentah oleh Renjun. Bagaimana tidak? Banyak hal menyakitkan yang dirasakannya ditempat itu.

DESTINY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang