7

25K 2.9K 410
                                    

Hal yang paling dibencinya didunia ini adalah ditinggalkan. Satu kali, ia masih bisa bersabar. Dua kali, selalu terasa menyakitkan. Hingga tiga kali dan seterusnya, dunianya bagai langit tanpa hiasan awan. Monoton, tidak ada warna lain selain kelabu dalam dunianya kini.

Ada, hanya satu warna. Biru lembut yang berasal dari putra kecilnya. Lagi dan lagi, Jaehyun menjadi penyebab kehilangan itu sendiri. Menjadi arogan dan egois bukan niatnya. Namun entah mengapa, dirinya selalu berperan sebagai antagonis dalam setiap langkahnya.

Tidak banyak yang tahu, jika sosok bengis itu adalah anak yang kesepian.

Jika dulu ada Taeyong yang selalu mendukung dalam setiap langkah yang diambilnya, kini tidak lagi. Sosok cantik yang telah menemaninya lebih dari lima belas tahun itu kini telah pergi terlalu jauh. Raga yang tak lagi dapat dilihat secara nyata, jiwa yang mungkin telah damai diatas sana. Taeyong adalah satu-satunya orang yang mampu membuatnya berpikir panjang. Sosok itu selalu memberikan petuah atau hanya sekedar saran saat ia membutuhkan. Kematiannya merupakan pukulan berat untuknya.

Sungguh, Jaehyun menyayanginya. Namun tidak ada sedikitpun perasaan lebih. Lima tahun lalu, Jaehyun menyebutnya hal yang bodoh. Taeyong meminta seorang anak darinya, submisif cantik itu menginginkan teman dalam kesendiriannya. Tentu saja Jaehyun menolak untuk itu, ia pikir Taeyong benar-benar nekat kala itu. Dalam hidupnya yang bahkan sendirian, ia meminta hal yang akan menjadi tanggungannya.

Namun dengan beberapa kesepakatan, kedua orang itu menyetujuinya. Taeyong mengandung anaknya, namun sang submisif menolak untuk dinikahi saat tahu bahwa dominan tampan itu bahkan tidak tertarik untuk menjalin hubungan lebih dengan siapapun.

Jeno lahir dan tumbuh dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Anak itu memang tinggal dengan ibunya, namun juga tidak pernah luput dari pengawasan sang ayah. Setiap tumbuh kembangnya, Jaehyun menyaksikannya sendiri. Anak yang sangat di idamkan oleh Taeyong itu menjadi anak yang pintar. Terlalu banyak hal yang ingin diketahui disetiap pertambahan usianya.

Jaehyun tidak bisa menolak jika ia juga menyayangi darah dagingnya itu. Hidup dengan didikan keras bahkan sering kali diabaikan oleh kedua orang tuanya membuat ia segan untuk memperlakukan anaknya kasar juga. Ia begitu menjaga Jeno.

Tentang perkataannya tempo lalu pada Renjun, ia tidak berbohong. Tentang perasaannya, cintanya, Jaehyun tidak pernah mengeluarkan bualan. Renjun baginya adalah si pemberi cahaya. Saat melihat senyumnya, Jaehyun merasa dunianya begitu terang dan baik-baik saja. Katakan ia pengecut, karena nyatanya memang begitu.

CEO muda dengan harta dalam berbagai bentuk itu hanya mengamati pujaan hatinya dari jauh. Membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Arogansi yang dimilikinya dikalahkan oleh ketakutan akan penolakan. Semua orang tahu atensinya, bukan tak mungkin jika Renjun tidak mengetahuinya. Walau pada akhirnya, ia sadar si pemilik marga Huang tidak pernah mengetahui eksistensinya.

Setiap kesakitan yang didapatkan Renjun, satu pukulan batin menyakitkan untuknya. Awal ia melihat pemuda itu kala mengunjungi kampus tempat Renjun mengemban ilmu. Mahasiswa yang tak banyak bicara dengan telinga tersumpal earphone serta tangan membawa satu buku cukup mencuri perhatiannya. Jaehyun sadar, saat itulah ketertarikannya dimulai. Hanya dengan satu senyum yang bahkan tidak diperuntukkan untuknya, dunianya seakan diputar balikkan dengan cepat.

Semua tentang Renjun, Jaehyun tahu. Permasalahan keluarga, lingkungan bahkan pribadi. Jaehyun bukan penguntit sebenarnya, ia hanya penasaran. Dengan satu kali perintah, semua ia dapat dengan mudah.

Keluarga brengsek yang telah dengan kejam menyiksa dan menelantarkan seorang anak tak berdosa itu sudah ia musnahkan sejak kejadian dimana Renjun mencoba mengakhiri hidupnya. Jaehyun tahu, karena dalam rumah itu terdapat bawahannya yang sengaja ia kirim ke sana.

DESTINY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang