14

21.5K 2.3K 114
                                    

Seperti kebiasaannya, Renjun bangun pagi guna menyiapkan kebutuhan keluarga kecilnya. Walau tubuhnya menolak meninggalkan tempat tidur, ia harus. Rasa malasnya memang bertambah berkali-kali lipat seiring pertambahan usia kandungannya. Bergerak sedikit lelah, inginnya tidur dan tidak tahu waktu.

Pagi ini ia membuat nasi goreng kimchi, karena memang ia sedang ingin memakan makanan itu. Jaehyun? Pria itu mungkin masih bersiap dikamarnya. Pipinya bersemu mengingat kegiatan mereka semalam. Lama tidak bersua membuat keduanya dirajam rindu tak berujung. Renjun dengan desahan nikmatnya, lantas Jaehyun dengan erangan nikmat. Peluh yang semalam menghiasi tubuh keduanya masih belum hilang dari ingatan.

Perlakuan lembut dari Jaehyun membuat Renjun berdebar terus-menerus. Pria itu pintar menempatkan sikap dalam segala keadaan.

Masih dengan kegiatan memasaknya, Renjun tersentak saat seseorang memeluknya tiba-tiba. Parfum khas Jaehyun menyeruak memenuhi indera penciumannya. Ia selalu suka, walau beberapa waktu lalu sempat melarang pria itu menggunakan parfum. "Sudah siap?" Renjun bertanya seraya menengokan sebentar kepalanya. Melihat Jaehyun dengan senyum manisnya yang tengah menatapnya.

"Jemput Jeno," titahnya bergerak mengambil wadah untuk nasi goreng buatannya.

"Iya." Jaehyun melenggang melaksanakan perintah pasangannya.

Selanjutnya Renjun menyiapkan roti tawar dengan selai cokelat untuk Jeno. Meletakkan makanan-makanan itu diatas meja makan. Sembari menunggu Jaehyun, ia melepas apronnya. Mengambil air minum, lalu mencuci tangannya.

"Mommy!"

Panggilan itu membuatnya menoleh ke belakang. Senyumnya mengembang melihat wajah Jeno yang nampak lebih berseri dari kemarin. "Anaknya Mommy sudah sehat, eum?" Ia mengulurkan tangan untuk mengambil alih Jeno. Namun Jaehyun tidak mengijinkan. Walaupun bobot tubuh Jeno sedikit menyusut, tetap saja anak itu berat.

"Mau Mommy," rengek anak itu berontak dalam pelukan ayahnya.

"Dengan Daddy saja, ya? Duduknya kan dekat dengan Mommy," tawar Jaehyun sembari menggeleng pelan. Ia duduk dikursi utama dengan Renjun disebelah kirinya.

"Tidak apa-apa, aku juga duduk, tidak berdiri. Ayo." Renjun mengambil anaknya dalam pangkuan.

Jaehyun menghela nafas, ia sedikit meringis dan was-was melihat perut buncit yang kini terhalang tubuh anaknya. "Jeno jangan menekan adiknya, baby," tegurnya.

"Iya, Daddy." Anak itu mengangguk patuh.

"Nono makan roti, ya?" Renjun mengoles sehelai roti dengan selai yang sudah disiapkan. Ia tersenyum saat Jeno mengangguk pelan.

"Tapi Nono mau susu," ucap Jeno.

"Air putih saja," jawab sang ayah.

"Nono jarang minum susu lagi, Nono maunya susu, Daddy!" Kekeh anak itu menatap ayahnya dengan mata berkaca.

"Tidak, Jeno."

"Jae," Renjun menegur Jaehyun saat pria itu hendak memberikan tatapan tajamnya.

"Iya, iya!"

Mereka melanjutkan acara sarapan dengan damai. Sesekali Jeno akan berbicara kepada dua orang dewasa itu. Bertanya ini dan itu. Ia yang memang bersandar pada Renjun membuat Renjun harus menunduk saat menyuapkan makanannya.

"Mommy," panggil si kecil.

"Ya?"

"Nono sakit apa?" Tanyanya. Terdengar Jaehyun yang langsung meletakkan alat makannya. Pria itu seperti gusar ditempatnya, pandangannya mengisyaratkan pada Renjun untuk tidak berucap apapun.

DESTINY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang