Cerita

21.1K 1.8K 235
                                    

BRAKK

Semua orang yang berada dalam ruangan itu tersentak kaget sebab gebrakan yang dilakukan seorang pria setengah baya. Duduk dengan tampang menahan amarah juga. Tubuh tambunnya membuat Jeno berpikir, seberapa kedudukan orang itu.

Sepasang mata sipit si pemuda Jung melirik dari atas hingga bawah pria yang ia ketahui adalah orang tua dari anak yang kemarin ia pukuli habis-habisan. Beberapa menit lalu, ia dipanggil gurunya untuk menuju ruang pembinaan. Namun sejak itu, yang ia dapati hanya cercaan dan cemoohan dari sepasang orang tua.

"Kau tidak di didik dengan benar oleh orang tuamu? Kelakuanmu tidak mencerminkan seorang pelajar! Urakan, nakal, tidak tahu aturan! Ingin menjadi preman, huh?!" Bentak pria itu lagi dengan tangan menunjuk-nunjuk Jeno tanpa beban. Bahkan perintah untuk diam dari seorang guru disana tak di indahkan.

"Jika aku urakan, nakal dan tidak tahu aturan. Maka orang seperti apa anakmu itu?" Tanya balik Jeno. Ia seolah tak peduli dengan telunjuk pria itu yang masih terarah padanya. Bahkan dengan malas-malasan Jeno menatapnya.

"Kau- apa kau tidak diajari sopan-"

"Dan kau," potong Jeno kini. "Apa kau tidak mengajari anakmu sopan santun? Menurutmu anak macam apa anak yang sedang kau bela mati-matian itu?" Tanya Jeno sarkas. Ia tersenyum remeh, hingga pria itu bangkit dari duduknya. Menyerangnya tanpa aba-aba.

Belum melakukan persiapan, Jeno limbung hingga terjerembab dilantai karena tarikan kasar dan pukulan keras di pelipisnya. Bahkan luka kemarin saja belum sembuh sepenuhnya. Tentu saja pemuda itu meringis.

"Jaga bicaramu! Anakku tidak seperti dirimu, Lee Jeno!"

"Jung Jeno. Bukan Lee Jeno."

Suara bariton serta derap langkah yang terdengar mendekat itu membuat semua orang mengalihkan tatapannya. Jaehyun datang dengan setelah jas lengkapnya. Dibelakangnya Renjun mengikuti dengan pembawaan tenang. Namun saat pandangannya menatap putra sulungnya, ibu dua anak itu terkejut serta khawatir.

"Bangun," titah Jaehyun pada anaknya. Ia memandang datar Jeno lalu beralih menajamkan tatapannya pada pria baya yang masih terkejut karena kedatangannya. "Berani menyentuhnya, ya? Bahkan aku ayahnya saja tidak pernah memukul anakku begitu," ucapnya lagi.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Renjun saat Jeno mendekat ke arahnya.

Jeno memberikan anggukannya. Ia membiarkan ayahnya bertindak. Sudah tahu perangai pria Jung itu jika sudah begini. Memang benar yang dikatakan Jaehyun tadi, tidak pernah sekalipun pria itu bermain tangan padanya. Ayahnya itu memang mendidiknya sedikit keras, namun tetap tahu batasan tentang apa saja yang benar dan tidak benar dalam mendidik anaknya.

"Tuan Jaehyun," cicit pria itu.

"Jeno, apa saja yang sudah dia katakan padamu?" Tanya Jaehyun tanpa mempedulikan sosok tambun itu. Ia menatap anaknya.

Jeno bungkam. Bukan takut atau merasa terancam oleh pria paruh baya yang baru saja memukulnya. Tapi ada bagian dari dirinya yang merasakan sakit saat mengingat apa saja yang sudah dikatakan pria itu.

"Jung Jeno!"

"Katakan," ucap Renjun lembut.

Remaja itu menghela nafas berat. "Dia bilang aku bukanlah anak yang baik. Urakan, nakal dan tidak tahu aturan," katanya.

"Lalu?" Jaehyun membenarkan tentang itu dalam hati. Namun ada hal lain yang sedang disembunyikan anaknya itu.

"Aku anak haram. Ibuku hina, dia seorang jalang yang meminta dipuaskan oleh Daddy. Ibuku adalah orang yang tidak baik. Dia memanfaatkan Daddy untuk kepentingannya. Itu yang dia katakan," lirih Jeno. Matanya berkaca-kaca memandang Jaehyun. Seolah mengadu tentang banyak hal yang sering mengganggunya.

DESTINY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang