CJ-21

3.7K 475 82
                                    

Happy Reading
.
.
.
Awas Typo

Memilih tinggal di apartment menjadi pilihan Ario dan Bryna, keduanya tak ada yang mau merepotkan keluarga dan memang sudah seharusnya meninggalkan rumah untuk membangun kehidupannya sendiri, berdua.

Tak ada bulan madu, hanya staycation di dalam kota menghabiskan waktu berdua. Bukan tak ingin pergi berdua sejenak saja dari Jakarta tapi inilah risikonya menikah dengan calon dokter spesialis yang sebagian besar waktunya habis di rumah sakit.

"Masih ada banyak waktu sayang, soon kita honyemoon." ujar Ario saat mereka bersiap untuk kembali ke realita pekerjaan mereka di rumah sakit.

Bryna tersenyum sambil memasukkan kotak-kotak bekal mereka. Ya, mereka masih setia dengan bekal dari rumah saja, menghemat pengeluaran.

"Nggak apa-apa, Kak, eh, Mas. Kan, dari awal kita nggak ada rencana honeymoon ke mana-mana juga. Better uangnya simpan untuk keperluan nanti-nanti." jawab Bryna, ya memang sejak awal tak ada yang membahas ke mana tujuan honeymoon mereka.

"Tapi aku janji, begitu beres semua urusan sekolah spesialis atau bahkan ada waktu dan rejeki lebih kita pasti pergi honeymoon. Everything for you." kecupan manis mendarat di pipi Bryna, Bryna tersenyum.

"...dan maaf ya sayang, untuk saat ini aku harus bawa kamu tinggal di apartment kecil begini. Bukan penthouse atau bahkan setidaknya lebih luas dari ini."

Bryna menatap Ario yang berdiri tegap di depannya, melewati batas kepala Bryna. "Mas, ke mana pun kamu membawaku aku akan ikut. Di mana pun kita akan tinggal, kewajibanku adalah ikut sama kamu." ujar Bryna pelan sambil kedua tangannya merapikan scrub biru yang dikenakan Ario.

"Kewajibanku juga untuk memberikan tempat tinggal yang layak dan cukup dari segala aspek."

"Untuk saat ini, semua udah lebih dari cukup, Mas. Udah ya, masih pagi lho ini jangan bahas ini ah. Yuk berangkat."

Ario tersenyum lalu mengusap kepala Bryna yang tertutup hijab dengan perlahan. "Yuk." Ario menganggukkan kepalanya kemudian.

Tidak ada yang mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga akan berjalan mulus tanpa hambatan dan baik-baik saja, itu hanya ada dalam dongeng. Meski masih berstatus pengantin baru, justru ujian datang dari orang-orang terdekat.

Bertemu dalam lingkup ruang kerja yang sama, tentu tak menutup kemungkinan untuk terperciknya omongan dari mulut tetangga yang memiliki iri dengki tak berkesudahan namun Bryna tak peduli biarlah jadi angin lalu saja. Meski begitu mereka sampai, ucapan selamat tak berhenti bahkan bingkisan-bingkisan terus berdatangan ada satu yang sejak tadi mengganjal hati Bryna.

Tatapan sinis Syanaz saat tak sengaja berpapasan dengannya di koridor tadi saat Bryna dari UGD. Bryna tahu, Syanaz memang menaruh hati pada Ario namun siapa yang sangka jika ternyata Syanaz jadi nampak seperti membenci Bryna.

"Kenapa dia jadi gitu ya sama aku?" batin Bryna sambil tangannya terus sibuk menyalin laporan hari ini.

"Dok, kenapa kok bengong?" suara suster membuat Bryna berjingkat.

"Haduh.. Sus, bikin kaget saya aja." ujar Bryna tersenyum. "Saya nggak apa-apa. Cuma capek aja, pegel ini nulis laporan."

Suster di samping Bryna ini menganggukkan kepalanya. "Ya udah dok, tinggal dulu aja. Masuk jam makan siang, dr. Ario nyariin nanti."

Bryna terkekeh sambil melihat jam tangannya dan memang sudah jam dua belas pas, waktunya makan. "Titip dulu ya, saya makan sebentar kok." Bryna merapikan mejanya sebelum ia beranjak pergi dengan tas bekal yang dibawanya tadi.

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang