Happy Reading
.
.
.
Awas typoSengaja Bryna bangun agak pagi hari ini, sudah cukup lama ia tidak lari di treadmill. Tidak lama, hanya setengah jam saja sebelum mandi dan siap-siap berangkat ke rumah sakit.
"Tumben dek?" tanya Bryan yang melihat adiknya sudah berlari di atas treadmillnya.
"Iya, udah lama. Kasian nih dia nggak pernah adek pakai lagi, nanti ngambek." jawab Bryna sambil mengatur napasnya agar ketika selesai tidak sesak.
"Inget, nggak usah lama-lama larinya." kata Bryan lagi, Bryna hanya mengangguk lalu mulai menurunkan kecepatan dan menempatkan kaki di sisi kanan kiri treadmillnya.
Begitu di rasa badannya sudah tidak berkeringat, Bryna segera mandi dan siap-siap untuk berangkat.
"Nah, gitu dong anak mommy pagi-pagi udah lari-lari, olahraga gitu lho dek yang rajin." kata Aliya saat melihat Bryna keluar dari kamarnya sudah rapi.
Bryna terkekeh pelan mendengar celotehan Mommynya itu. "Iya mom, kalau adek nggak capek pasti olahraga kok."
"Capek apa mager?" goda Adrian, putrinya ini memang selalu punya alasan tersendiri untuk menghindar dari olahraga, kecuali berenang.
"Ihh daddy..." rajuk Bryna lalu menikmati sarapannya.
🐥🐥🐥🐥🐥
Menjalani internship dengan berusaha terus ceria sepanjang hari ala Bryna adalah menyediakan cokelat-cokelat kecil di saku snellinya agar mood terjaga, tidak mudah ambyar. Sejauh ini yang Bryna terapkan cukup berhasil, kini tinggal Bryna yang menjalani internship di rumah sakit tempatnya koas, sementara empat teman lainnya ke luar kota untuk intern.
Selalu ramai setiap hari, pasien silih berganti datang dan pergi. Setiap hari itu pula semua cerita terjadi, sedih, senang bahkan air mata hampir selalu terlihat di setiap sudut rumah sakit.
Bryna keluar dari UGD bersama seorang suster membawa setumpuk berkas yang harus dikembalikan ke ruang arsip. Salah satu kegiatan Bryna setiap hari bersama suster kesayangannya, bisa di bilang satu-satunya yang paling akrab dengan Bryna setelah Alana dan Zara tidak mengambil koas di Jakarta.
Seorang ibu parubaya menoleh saat Bryna melewatinya sambil bercanda dengan suster di sampingnya, ibu parubaya itu masih mengenali betul wajah Bryna karena senyumnya yang khas.
Ia memilih untuk mengikuti ke mana Bryna pergi dan menunggunya di depan ruangan arsip. Ibu itu tidak mencegah atau memanggil Bryna karena ia tahu ini masih jam kerja, nanti ia akan mengajak Bryna makan siang jika tidak sibuk.
"Bryna..." panggil ibu itu saat Bryna keluar dari ruang arsip.
"Lho, ibuk?" Bryna lantas menyalami ibu itu. "Ibuk apa kabar? Ibuk sendiri ke sini?"
"Ibuk baik, iya sendiri ke sini mau nganterin bekelnya Ario tadi dia tinggalin di meja makan. Katanya buru-buru ada emergency." katanya lalu menunjukkan tas bekalnya.
"Wah, Masya Allah ibuk. Ibuk kapan datang?"
"Baru sampai kemarin. Eh, kamu sibuk nggak? Kita makan siang yuk sekalian ini ibuk bawa agak banyakan."
"Eh, tapi buk..."
"Udah, ayo nggak apa-apa, Ario masih sholat Jumat..." ibu dari dr. Ario itu menarik tangan Bryna dan membawanya ke kantin.
Bryna dengan canggung duduk bersama di salah satu meja kantin.
"Mmmm.. Buk, maaf, ibuk namanya siapa ya? Saya nggak pernah tahu nama ibuk..." kata Bryna malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chérie J'taime // Sweetheart, I Love You
RomancePublished March-18-2020 from the very first time of Stay At Home to accompany all of you while this pandemic ❤️ Hidup dalam bayang-bayang nama besar orang tua tidaklah mudah. Di remehkan, di pandang sebelah mata oleh banyak orang sudah jadi bagian d...