CJ-22

1.9K 376 105
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
Awas Typo

Setelah kejadian yang menimpa Bryna waktu itu, entah mengapa Ario jadi tidak pernah bertemu Syanaz karena jadwal mereka yang selalu bertabrakkan dan tidak ada di dalam shift yang sama. Ario jadi susah untuk menegur Syanaz atas perbuatan yang kurang menyenangkan kemarin itu.

Bryna sudah mewanti-wanti Ario untuk tidak menegur Syanaz karena baginya ini hanya masalah kecil dan Bryna sudah memaafkan. Ia sadar betul mengapa Syanaz begitu padanya karena dulu cintanya hanya bertepuk sebelah tangan dan sepertinya meninggalkan dendam di hati Syanaz.

“Udah ya, Mas. Nggak usah ditegur, percuma.” Ujar Bryna lagi sambil menyiapkan bekal mereka pagi ini.

“Tapi aku penasaran yang, kenapa sih dia begitu ke kamu? Apa kamu pernah punya salah sama dia?” tanya Ario seakan tidak peka dengan sikap Syanaz terhadap Bryna.

Hmm, dasar nggak peka.” Gumam Bryna dalam hati. “Nggak ada salah apa-apa sih, mungkin sensi aja.” Jawab Bryna sekedarnya lalu menutup retsleting tempat bekalnya. “Udah pokoknya nggak usah ditegur, awas ya.” Ancam Bryna.

Ario hanya berdeham lalu mengecup pipi istrinya itu. “Biar nggak bawel.” Ia mendaratkan satu kecupan di pipi Bryna.

“Bawel-bawel gini tapi cinta kan.” Ujar Bryna, Ario terkekeh pelan.

“Nggak bawel aja aku cinta, apalagi bawel, makin cinta.” Ario menjawil hidung mancung Bryna yang berdiri kini di hadapannya.

“Iihh gombal banget… udah deh ayo berangkat, udah siang nih.” Protes Bryna sambil berusaha lepas dari pelukan Ario lalu bergegas mengambil barang bawaannya dan berangkat kerja.

🐢🐢🐢🐢🐢

Pagi itu masih seperti pagi pada umumnya, jalanan selalu macet di mana-mana dan klakson saling bersahutan. Walaupun apartement Ario terbilang dekat dari rumah sakit tempat mereka kini bekerja sementara namun jadi terasa jauh karena macet yang tak kunjung selesai ini.

“Kan bener kataku yang, kita motoran aja. Macet gini nggak bisa nyelip-nyelip.” Oceh Ario.

“Dih, aku kan bilang tadi terserah, kamu malah milih mobil. Ya udah, aku kan sebagai penumpang dan istri yang baik ya manut aja sama kata-kata suami.” Jawab Bryna santai.

Ario lantas diam dan tak melanjutkan pembicaraan, ia tahu kali ini salah memilih kendaraan. Saat mobil di depannya sudah melaju dan mobil lain di paling depan terlihat, Ario tahu mobil siapa itu, ia kenal betul city car berwarna putih itu dan berbelok kea rah rumah sakit yang sama dengannya.

Syanaz.” Batin Ario saat mobil itu berhenti dan parkir di slot parkir kosong.

Bryna yang duduk di sebelah memperhatikan Ario dengan heran, namun saat ia juga melihat siapa perempuan yang turun dari city car putih tadi ia pun paham. “Mas,” panggil Bryna setelah mobil terparkir sempurna.

“Ya?” jawab Ario sambil melepas seatbeltnya.

“Nggak usah buat keributan ya, oke? Please…” pinta Bryna.

Ario diam sejenak sebelum menjawab. “Aku janji nggak akan buat keributan apapun tapi aku nggak bisa janji nggak tegur Syanaz.”

Bryna menghela napasnya berat, ia paham betul Ario tak bisa melihat istrinya diusik orang lain apalagi orang itu Ario kenal betul. “Yawes…” jawab Bryna sebelum akhirnya mereka turun dan berpisah di lobby rumah sakit.
.
.
.
.
.

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang