CJ-15

2.9K 496 145
                                    

Happy Reading
.
.
.
Awas typo

Continue here....

Bryna masih terpaku dan terkejut atas permintaan yang di utarakan Ayah dari dr. Ario tadi. Ia bahkan tak tahu jika keluarga kecil ini akan datang berkunjung bahkan sudah berbicara sebelumnya di sela-sela acara pernikahan Bryan kemarin lusa dan langsung mengkhitbah Bryna seperti ini.

Benar-benar di luar dugaan yang tak pernah Bryna bayangkan akan terjadi di hidupnya seperti adegan sebuah film. Mimpi apa Bryna tadi malam.

Mom dan Daddy berhutang penjelasan padanya setelah ini.

"Saya..." jawab Bryna masih menggantung, ia langsung di todong jawaban atas pertanyaan tak terduga tadi.

Bryna memejamkan matanya sejenak, meyakinkan dirinya untuk memberikan jawaban terbaik. "Bismillahirohmanirohim, khitbah dari dr. Ario, Bryna terima." jawabnya setenang mungkin lalu mengembuskan napas panjang.

Ucapan Hamdallah menggema di ruang tengah rumah keluarga Prayuda, cucu mereka, satu lagi akan menikah.

Dr. Ario tersenyum ke arah Bryna, ia hanya mampu membalas dengan anggukan sambil mengalihkan pandangan. Makin canggung Bryna di buatnya.

"Alhamdulillah," ungkap kedua orang tua dr. Ario, lelaki itu bahkan langsung mengeluarkan kotak cincin yang dibawanya untuk Bryna.

"Maaf jika semua ini terkesan mendadak, om, tante, oma, opa, semuanya. Saya rasa bila ditunda terlalu lama juga tidak baik, saya sekalian memberikan cincin ini sebagai tanda keseriusan saya." katanya lalu membuka kotak cincin itu.

Bryna semakin tak bisa berkata-kata apapun, lelaki ini benar sangat serius akan menikahi dan meminangnya menjadi seorang istri.

"Maaf sekali lagi kalau bikin kamu kaget, Bryna." kata dr. Ario lagi.

"Nggak, nggak apa-apa kak. Justru saya yang berterima kasih atas semua ini, saya masih nggak menyangka." jawab Bryna. "Sebenarnya saya juga menyimpan rasa yang sama dengan kak Rio tapi saya tidak menyangka bahwa akan disambut seperti ini karena saya pikir kak Rio sudah punya pacar." ungkap Bryna sejujur-jujurnya.

"Masya Allah, Tabarakallah." ucap seisi rumah penuh suka cita menyambut hal ini.

Arum segera memasangkan cincin berukiran nama Bryna di dalam lingkarannya. Cincin yang sangat pas di jari manisnya, dr. Ario atau bahkan ibunya tidaj pernah tahu ukuran pasti jari manis calon menantunya ini tapi ternyata sangat pas dan cocok.

"Cantik, cincin ini memang milikmu nak." kata Arum membuat Bryna tersenyum lagi.

"Bisa pas gini ya, bu?" Bryna masih tak percaya sambil menatap jari manisnya.

"Itu tandanya jodoh."

Bryna terkekeh mendengar ungkapan itu, semoga menjadi doa karena semua ini terjadi atas kehendakNya.

"Jangan panggil Kakak lagi, panggil Mas."

"Nggih bu, Bryna akan biasakan." jawab Bryna lembut.

🐥🐥🐥🐥🐥

Mereka lalu menikmati makan siang bersama usai acara yang seolah membuat jantung Bryna lepas dari tempatnya. Oma Mai memperkenalkan anak, mantu serta para cucu yang sejak tadi berseliweran dengan gemasnya apalagi ketika Arum melihat Jani dan Riri, kembar identik dengan wajah yang sama persis.

"Mmm, buk?" panggil Bryna saat ia duduk bersama dengan Arum.

"Iya nak?"

"Buk, maaf, apa mas pernah cerita soal kondisi Bryna?" tanya Bryna hati-hati, ia harus tanyakan ini semua sebelum berlanjut lebih jauh.

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang