CJ-2

4.1K 512 61
                                    

Happy Reading
.
.
.
Awas typo

Continue here...

Adrian dan Aliya langsung membawa Bryna yang sudah setengah sadar ke rumah sakit, secepat mungkin Adrian membawa mobilnya  untuk segera sampai di UGD. Memang ini bukan yang pertama kalinya untuk Bryna apalagi kedua orang tuanya, sejak kecil Bryna sudah sering keluar masuk UGD yang sudah seperti kamar kedua baginya. Namun sering kali ia, merengek dan merajuk untuk tidak di rawat dan meminta untuk homecare di rumah. 

Dan ini sudah kejadian ketiga selama Bryna mengurus skripsinya, lupa makan, atau memang malas karena sudah terlalu nyaman duduk di kursi serta tanggung jika harus di jeda sementara sudah tinggal sedikit lagi selesai.

"Bryna, jangan merem sayang..." Bryna hampir kehilangan kesadaran di pelukan Mommynya, tubuhnya sudah demam tinggi saat Aliya berusaha membangunkan putrinya itu. 

"Sakit, mom..." lirih Bryna.

Mobil sedan berwarna hitam itu berhenti di depan UGD, Adrian dengan suaranya yang lantang memanggil petugas untuk membawa brankar mendekat ke mobilnya sementara ia mengeluarkan Bryna dari dalam mobil.

"Sama Daddy ya sayang," Adrian meraih tubuh Bryna dan memindahkannya ke brankar.

Bryna yang sudah lemas tak karuan hanya bisa pasrah jika harus menjalani perawatan intensif, istirahat beberapa hari dari hiruk pikuk skripshit yang sedang dikerjakannya. Ia hanya bisa merintih pelan sambil tangannya tak lepas dari perut sebelah kirinya saat brangkar membawanya masuk ke dalam  UGD.

Beberapa suster segera mengecek tanda vital pada Bryna yang ternyata semua vitalnya rendah.  "Berapa ttv, sus?" tanya dr. Ario, dokter UGD yang sedang jaga malam ini.

"Nadi 98x per menit, napas 24x per menit, tekanan darah 90 per 60 mmHg, dok." jelas Suster setelah selesai mengecek semua tanda vital.

Dokter tersebut mengangguk. "Sus, oksigen." ujarnya saat menangkap bahwa napas Bryna nampak berat dan sesak.

"Demam sejak kapan ini, dr. Adri?" tanya dr. Rio sambil mengalungkan stetoskopnya.

"Demam baru beberapa jam yang lalu dok. Bryna ini sedang sibuk dengan skripsi, sepertinya ini efek kelelahan ditambah Bryna lupa makan." jawab Adrian menjelaskan kondisi putrinya itu.

"Bryna dipasangkan infus dulu sambil kami observed ya dok? Setelah itu baru dicek darahnya, nanti petugas lab datang."

"Iya silakan lakukan tindakan. Kami akan tunggu di luar."

Adrian dan Aliya beranjak dari sisi bed Bryna dan menunggu di depan UGD, tidak mengintervensi tindakan apapun yang akan di lakukan dr. Ario.

"Ini sudah ke 3 kali nya dalam 2 bulan masuk ugd ya?" tanya dr. Ario pada Bryna yang masih mengumpulkan kesadarannya kembali, dr. Ario melirik sedikit sambil memasang infus.

"Dok, tekanan darahnya rendah sekali." ujar suster di sebelah dr. Ario.

"Apa ada riwayat anemia sebelumnya?"

"Iiiya..." jawab Bryna lirih tertutup masker oksigen.

"Diminum kah vitaminnya?" tanyanya, Bryna hanya menggeleng enggan menjawab.

"Uhukkkk... Mmmppph..."

"Inhale.. Exhale, Slowly, good. Next time diminum vitaminnya ya. Calon dokter kan?"

Bryna mengernyitkan dahinya dalam-dalam mendengar tebakan dokter muda di depannya ini. Bryna tak menjawab, ia hanya membatin saja.

"Biasanya kalau bapak ibunya dokter, mesti anaknya ikut juga." ujarnya tersenyum. "Pure blood they say. Maaf ya kalau saya nebak-nebak, cuma dengar dari suster aja tadi. Saya baru di sini."

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang