CJ-8

3.3K 444 67
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
Awas Typo

Setelah kedatangan Bintang dan kedua orang tuanya waktu itu, Bryna mau tak mau memberikan nomer ponselnya yang efeknya setiap hari sejak pagi Bryna mendapatkan pesan-pesan whatsapp dari Bintang yang amat sangat mengganggu baginya karena hampir tiap jam.

Bryna bahkan mengaktifkan mode mute pada bubble chat milik Bintang dan berusaha untuk mengabaikan dan hanya membalasnya sesekali.

Padahal Bryna sama sekali tidak mau meemberikan nomer pribadinya itu karena ia merasa baru saja kenal dengan Bintang malam itu. Itu pun jika tidak terpaksa, ia takkan mau tapi Bryna tidak ingin membuat Mommy dan Daddynya malu karena sikapnya.

Bryna serba salah.

"Mom, ganggu banget ini nih anak temen Mom..." Bryna menggerutu saat notifikasi pesan Whatsapp masuk berkali-kali ke ponselnya.

"Mute aja dek, gampang kan?" jawab Aliya santai sambil menyiapkan sarapan pagi ini.

"Adek mute, udah, nggak di read, udah. Di block nanti mom marah," timpal Bryna setengah kesal. "Udahlah Mom, Adek jadi nggak mood sarapan. Berangkat dulu." Bryna menjauhkan piringnya lalu beranjak dari kursinya.

"Dek--" belum sempat Aliya melanjutkan kalimatnya, Bryna sudah keluar dari rumahnya.

Aliya menghela napasnya berat, memang semenjak Bintang datang malam itu, sikap Bryna jadi berubah seperti itu.

"Mom," Adrian menggelengkan kepalanya. "Makanya, kamu tuh jadi orang jangan nggak enakan, kayak gini kan akhirnya? Anak jadi nggak nyaman." kata Adrian lalu menyuap makanannya.

"Maaf Mas, maksudku nggak gitu awalnya." jawab Aliya pelan lalu duduk di kursinya.

"Iya, Mas tahu. Tapi lihat dampaknya gimana ke Bryna? Kamu kira-kira seneng nggak digituin?"

Aliya menggeleng. "Kan kata Mas nggak ada salahnya mencoba toh?"

"Iya aku memang bilang begitu dulu, tapi kenyataannya setelah di jalani apa coba? Segitunya kamu nggak enakan sama Izza, Mas heran."

🌵🌵🌵🌵🌵

Bryna mengendarai mobilnya masih dengan perasaan kesal karena sejak tadi ponselnya terus saja bergetar, entah sudah berapa banyak panggilan telepon itu Bryna abaikan hingga membuat Bryna ingin sekali membuang ponselnya ke jalan.

Sesekali ia melirik ke arah ponselnya yang ada di kursi sampingnya terus saja menampilkan nama yang sama sejak hampir satu jam yang lalu. Sejak sebelum Bryna berangkat.

"Ini orang bener-bener gabut apa gimana sih? Telpon orang kok nggak kenal waktu." gerutu Bryna saat mobilnya memasukin area rumah sakit, segera Bryna memarkirkan Brio Hitam kesayangannya itu di slot yang kosong lalu turun dengan menenteng semua bawaannya.

Masih dengan wajah judes, Bryna melangkah cepat hingga ia tak sadar melewati dr. Rio yang sedang ada di nurse station. Dr. Rio sampai mengerutkan dahinya mengkerut melihat Bryna hari ini tidak ceria seperti biasanya.

"Koas satu itu mukanya sombong banget sih dok, itu koasnya dokter kan?" tanya salah satu Suster di depan dr. Rio itu.

"Wajahnya emang gitu, aslinya nggak kok." jawab dr. Rio singkat sambil melihat-lihat lagi berkas di hadapannya.
.
.
.

"Lo kenapa?" tanya Zara ketika melihat Bryna datang dengan wajah cemberut.

Bryna duduk di kursinya lalu menghadap Zara. "Gue kesel aja, Ra. Cowok yang dikenalin sama nyokap minggu lalu itu bikin ilfeel tahu. Nih, lo liat aja berapa banyak Whatsapp sama missedcall yang gue diemin." Bryna menyodorkan ponsel berwarna rose gold itu pada Zara.

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang