Sebenarnya aku membenci hujan, tatkala ia datang, aku sendiri. Dan hanya waktu itu aku bersamamu. Sebenarnya aku membenci angin yang beriringan dengan hujan, tatkala ia datang, aku dirundung sunyi yang tak kenal waktu membebaniku. Seharusnya aku harus berteman dengan angin dan hujan, dimana aku selalu membutuhkan mereka di kala engkau pergi begitu cepatnya.
---
Apakah kau tahu bahwa kita pernah terjebak berdua di antara hujan? Pernahkah kau menyadari bahwa yang aku rasa bukanlah kedinginan dan basah, tetapi hanya hampa.
Kehampaan itulah yang terus kita alami, dan memaksa kita untuk menerobosnya. Mengapa kau selalu menyikapi hujan dengan tangisan? Apakah sebenarnya hujan diakhiri dengan keindahan, bukan duka?
Kau seperti ingin menyatukan aku dan tangisanmu, tangisan kehilangan seseorang yang kamu cintai dan aku hanya dijadikan sebagai peneduh hujanmu. Aku tak masalah untuk itu, tetapi jika kau lakukan perihal ini dengan orang banyak, bukankah kau akan mengalami hujan batu di pipimu? Hentikan sudah tangisanmu itu, mari melangkah bersama. Kita benahi jiwamu yang rapuh, kita susun kembali hatimu yang tak utuh, sehingga senyum manismu bisa membuat hati orang lain luluh.
Guna hujan adalah menyegarkan, bukan menciptakan kegelisahan. Guna hujan sebagai pertanda kebahagiaan, bukan keburukan yang terus-menerus kita ucapkan. Hujan dan tangisan nyatanya sama; sama-sama disalahartikan.
Karena kita tak pernah sama perihal tafsir, tidak bisa menyatukan persepsi secara menyeluruh, dan seandainya pun sama itupun karena kesepakatan bersama. Namun, kita tak pernah saling menyalahkan tentang tafsiran hujan, hujan ya hujan, tangisan ya tangisan, tetapi tidak sampai meyakini bahwa kehujanan adalah tertimpa tangis, menangis adalah menciptakan hujan. Bukan seperti itu, justru kita menciptakan hujan untuk keteduhan, kenyamanan, kesegaran hidup yang gersang oleh nafsu duniawi. Refresh and recharge itu perlu, walau dengan tangisan, yang sebenarnya perlambah kesedihan, tetapi ini bisa multi-fungsi terhadap situasi dan kondisi apapun.
Perihal tangisan yang terus diasumsikan sebagai sebuah cahaya derita, semestinya kita tanggulangi dengan bijak dan beragam versi. Dan sebaiknya kita hentikan jika tangisan hanya membuat kita jauh dari kata indah.
Walaupun tangisan dijadikan sebagai alternatif atas problematika yang ada, tetapi kita juga tak perlu menghabiskan, yang perlu kita lakukan adalah tenang dan bangun, lakukan apa yang kau mau dan membuatmu bahagia.
Sebenarnya hujan di kala sendu adalah perihal yang selalu aku rasakan, namun aku selalu menepisnya dengan senyuman. Kala hujan di kala rindu membuatku tertekan, akan derasnya keindahan kenangan yang sulit dilupakan. Namun, tak sesulit itu untuk berlindung pada hujan yang berlinang, kita bisa sekuat apapun walau perih, kita bisa bertahan walau kadang tertatih. Kita yang berada dalam luka bisa menjadi dua sisi orang yang saling berlawanan, tetapi hal itu bisa dipersatukan dengan ketenangan dan kedamaian, serta ikhlasnya pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENTANG DAN GURATAN
RandomSebuah kisah-kisah dan wejangan yang tertulis dengan spontan, berisi tentang pengalaman, ajaran kehidupan dan kisah romansa yang disisipi dengan nilai kehidupan yang fantastis. Terutama pada seorang tokoh yang bernama Wiroto, dalam mengejar cinta la...