PERGI ADALAH PULANG

8 0 0
                                    

6 Agustus,
"Baiknya kita berpulang, aku rasa kita sudah melakukan hal yang terbaik. Dan kurasa kau sudah meyakinkan aku bahwa bahagia berhasil kita dapatkan. Dan, aku akan pamit dengan baik, karena permulaan kita lahir dengan sangat baik dan mengasyikkan."
---

Pada saatnya kita berkelana, pada saatnya kita pulang. Hanya satu yang menjadi kenangan; doa dan jalanan. Sementara, perjalanan pulang membuat kita mengerti akan caranya berjalan, memahami bahwa terdapat kalimat "ada" dan "tiada", sehingga orang-orang akan lebih tahu bahwa hidup ini hanya mampir satu kali dan kembali ke rumah yang benar-benar disinggahi.

Berbicara tentang pulang dan pergi akan terdapat pula rumah dan tempat. Banyak orang berasumsi bahwa kepergian sama artinya dengan berpulang atau kembali, kebanyakan orang juga mengatakan bahwa pergi, pulang dan kembali memiliki objek yang sama; rumah.

Rumah, selalu tentang indah dan bahagia yang meriah. Karena rumah adalah teduh, artinya berfungsi untuk meringankan beban di pundak dan mematikan segala negativitas dalam hidup. Maka, jadikanlah rumahmu sebagai tempat di mana kamu dapat menemukan arti pulang, di mana kamu menemukan kebahagiaan yang kau cari di luar lalu kau simpan rapat di dalam rumahmu, agar engkau tak selalu pergi, dan ketentraman terasa hangat.

Kepergian tak selamanya pergi, bisa saja kembali untuk sekian kalinya ke tempat di mana seseorang menemukan kebahagiaan. Misalnya, ketika kita ditinggal oleh sang kekasih, lalu ia pergi menjauh, ada dua opsi yang teramat dekat yang perlu kamu ketahui; kekasihmu tidak menemukan kebahagiaan denganmu, atau engkau tidak menemukan kebahagiaan dengannya. Dua sejoli yang tidak menemukan kebahagiaan ketika mereka saling berhubungan, maka yang terjadi adalah perpisahan, bahkan fenomena sekarang lebih tragis.

Soal percintaan dan kepergiaan ada kaitannya dengan saling bertanggungjawab dan kompetensi berbuat baik agar mereka tak ada yang melepaskan diri atau bisa saling melepas. Di akhir masa romantis, biasanya dua sepasang terus dikikis segala rasa dan pikirannya untuk saling mencari kesempurnaan dan kebahagiaan. Jika tidak bisa menemukan, maka opsinya adalah pergi menjauh dan mencari kembali. Memang sangat manusiawi, tetapi apakah kita tak bisa saling merendah hati untuk mempertahankan hubungan? Pernahkah kita saling mencari solusi bukan mencari bahagia? Pernahkah kita tak saling menyalahbenarkan? Itu semua pertanyaan yang sering keluar ketika konflik terpecah, di mana hubungannya berada di ujung tanduk.
Seharusnya dua insan berpikir dingin dan berhati tenang, karena kalau tidak, bisa dipastikan pelepasan adalah menjadi opsi terakhir. Semoga tidak ada kembali kejadian tragis seperti ini. Hal penting yang menjadi pelajaran; tetap tenang, selesaikan!

Kembali untuk pulang. Kembali untuk tuntaskan kepergian. Untuk apa kita terus pergi, jika nyatanya kita pasti pulang, karena pergi adalah pulang ke tempat yang ingin kau tuju. Karena bepergian adalah arah manusia menuju kepulangan yang baru. Jika kita bepergian ke suatu tempat, sebenarnya kita berangkat dari hal yang membosankan dan pergi menuju kebahagiaan, maka bisa kita tarik lebih singkat, bahwasanya kita pergi dari ruang kebosanan, karena manusia berhakikat tak pernah puas dan selalu ingin meraih kebahagiaan, maka manusia mencari arah pulang yaitu pergi ke tempat yang dimana ia menemukan kebahagiaan yang baru dari tempat sebelumnya. Maka, makna pergi adalah pulang, dan pulang sendiri bermakna tempat membahagiakan yang baru.

Namun, seringkali orang salah mengartikan bahwa pergi adalah pulang. Maksud dari idiom "pergi adalah pulang" ini berpindah dari kebahagiaan yang sudah diraih menuju kebahagiaan yang baru. Misalnya, kita menetap di rumah, kita sudah menemukan banyak hal yang membahagiakan dari sang istri yang saling melayani apa yang masing-masing mau. Kemudian, untuk meneruskan kebahagiaan tersebut, kita mencari sumber kebahagiaan baru untuk mengoptimalkan atau memaksimalkan kebahagiaan yang ada di rumah. Jadi, ini seperti sang suami yang mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya, kemudian sang suami mendapat perlakuan dan pelayanan yang baik dari anggota keluarganya. Inilah makna pergi adalah pulang. Adapula kisah pemaknaan dari perantauan, hidup dari rumah yang sudah puas meniti kebahagiaan, untuk mendapat kebahagiaan dan meneruskan atau menambah kebahagiaan ketika ia pulang nanti, maka ia harus bekerja, baik di dalam kota maupun di luar kota. Ingat, perantauan tidak selalu bekerja di luar kota, karena hakikatnya bekerja di tempat kerja yang jauh dari rumah, juga merupakan perantauan dari rumah menuju ruang kerja. Jadi, perantauan ke luar kota adalah bahasa sempit yang sering dilontarkan oleh banyak orang.
Terkadang kita sering mempersempit kata "pergi" dan "pulang", seakan-akan suka duka yang semenjana terjadi di kala momen kedua kata itu. Bisa saja penafsiran orang banyak yang mengatakan bahwa pergi adalah proses memisahkan diri, proses dari ruang yang pernah disinggahi menuju ruang yang diinginkan, atau ada yang lebih ekstrem lagi, yaitu pergi merupakan proses pembuangan duka lara dan mengambil bahagia yang dititipkan kepada orang lain. Berbagai penafsiran tersebut membuat kita kebingungan, pasalnya dari kebenaran tafsir pun tidak ada yang menggerakkan jiwa kita untuk membenarkan bahwa tafsir si A adalah benar, sedangkan milik si B adalah salah. Tidak sama sekali kita berpikiran seperti itu, lebih baik kita tampung dan jadikan sebagai patokan hidup sendiri. Pergi dan pulang bukan kriminalitas yang berujung menunggu. Heuheuheu ...

Masih dalam ranah "pergi" dan "pulang", apa sih definisi pergi dan pulang menurut kamu? Apakah keduanya adalah antonim? Atau bahkan menjadi anonim karena kita kesal dengan kepergian yang memaksa kita untuk pulang? Bagaimana menurutmu?
.
.
.

°°°
"Kita salah beranggapan, kita yang saling pergi sebenarnya kita sedang berpulang menuju kebahagiaan masing-masing. Kau akan baik-baik saja, dan jangan khawatirkan aku."
°°°

BENTANG DAN GURATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang