BERSANDARLAH

1 0 0
                                    

Menepilah sejenak. Jalan yang kau susun, narasi-deskripsi yang kau rangkai, cerita yang beralun lagumu, belantara dan samudera yang setia menemanimu, hingga hujan yang kau ciptakan sendiri, mampukah membuatmu untuk bersandar?
Berhentilah sejenak, rebahkan segalanya pada suatu pelataran yang hening dan sunyi, namun hangat dan kiranya pantas untuk membuatmu tenang dan semangat. Lalu, mampukah kau menemukan itu?
Langkahmu lelah, raut manismu terlihat kaku, sampai pundak dan kepalamu penuh dengan kata-kata, bolehkah aku menyediakan ruang hampa untuk meneduhkanmu, dari pelarianmu yang cukup panjang dan berliku, dimana dirimu tak bisa kulupakan?
Bersabarlah, jangan terkejut. Aku hanya membantumu, meringankan segala beban yang ada di punggung dan pundakmu, beban impianmu yang kau ucap bersamaku, cita-cita yang selama ini kita sulam lalu terbuang dengan begitu mudahnya, tapi kali ini aku ingin membantumu; beri aku kesempatan sekali lagi.
Rebahkanlah, jangan menangis. Raga ini yang kau buang ketika kau tak mampu menahan egomu, jiwa ini yang kau hempas ketika kau bersikukuh dengan apa yang kau mau, dan wajah ini yang kau palingkan ketika kau menemukan wajah bak surya penuh warna, kini kembali lagi kau peluk bagai anak kecil yang merindukan ayahnya, dan wajahmu berairmata. Sudahlah, aku disini menenangkanmu. Jangan selalu menghakimi diri sendiri, jangan lelah untuk merubah seperti apa yang kau inginkan, bangkitlah, aku tahu kau wanita yang kukenal sebagai pejuang sejati, tak lelah taklukkan segala rintang, tak kenal waktu mendobrak cita yang terhalang tembok-tembok penuh coretan, yang akhirnya kini kau berhasil.
Kau temukan cita-citamu, kau jalani hidup dengan yang pantas untukmu, kau selalu membuat orang bahagia, ketika aku disini menunggu dan berjuang meyakinkanmu. Sekarang, kau pulang, walau tak kau bawa namaku di hatimu, setidaknya ragamu tak lupa akan dekap hangatku dan kecupan di keningku. Basah membasahi pipimu yang menggembung, seperti tak merelakan aku sendiri, seperti tak ingin meratapi dirimu yang selalu kau anggap bukan orang baik. Tidak, kaulah wanita yang baik hati, kau yang tak lupa selalu membawaku ke alam damaimu, walau kini aku terjatuh dan tak sanggup kau tolong. Kau yang membawa jiwaku ke hamparan emas berisikan harapan, yang tak sanggup lagi kugapai ketika kau bergandengan dengan yang kau dambakan. Realistisnya dirimu, ekspektasiku yang terlalu tinggi, justru membuatku ingin selalu berbuat baik, sama seperti yang kau lakukan pada diriku. Dalam malam dingin ini, aku ingin berbuat untukmu, bukan membalas budi.
"Masih ingatkah tentang aku yang selalu kaukurung dalam hangatnya pelukmu?" Katamu saat pelukanmu melingkari tubuh mungilku.
"Selalu. Kau menangisiku, karena aku terlalu membahagiakanmu. Walau kau tak suka dengan caraku, semoga kau tahu."
"Tetaplah denganku," ucapmu sembari sesenggukan, menahan sesak di dada. Kau benar-benar tak ikhlas melepaskanku, meski kau yang meminta, dan aku hanya bersandar menunggumu.
Sudahlah, kasih. Air matamu terlalu berharga untuk kau jatuhkan. Bersandarlah, lalu dekaplah jiwa ragaku, bayangkanlah aku selalu ada di sisimu.
"Kembalilah dan temani aku!"

BENTANG DAN GURATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang