Bayangkan, jika semuanya berhenti begitu saja, dan kita tak tahu kemana kita melangkah. Masalah demi masalah terakit begitu mudahnya, sementara solusi sangat sulit untuk menyelesaikan semuanya. Langkahmu terhenti, pikiran dan hati terasa berat dan kacau, yang kita kejar tampak sia-sia, tetapi semuanya ada masanya. Bahagia, sedih, suka, duka, canda, tawa, tangisan, amarah, semuanya ada masanya yang tiba-tiba datang dan pergi. Tetap tenang, bentangkan kelapangan dadamu dan guratlah dalam secarik kertas; aku yakin bisa!
***
Burung kecil menemaniku di pagi hari, ketika sang fajar menyapaku dalam dingin. Hari terasa sejuk, memulainya dengan senyuman dan rasanya aku kembali pulang. Di saat yang bersamaan, bunga-bunga bermekaran dan hangatnya kopi ikutserta menyambut pagi. Namun, ada hal yang mesti aku tuntaskan, soal deadline dan buruknya mimpi menyelimuti sebagian pikiran. Kertas-kertas berserakan, tatanan hati semakin terpasang, tetapi tangan dan kaki masih terpasung oleh kenyamanan pagi. Sayang, engkau tak disini seperti dahulu, temani aku walau dengan pesan-pesan singkat, namun hadirkan rasa hangat. Aku segera menghapusnya, dan menyiapkan jiqa raga untuk maju.
Beberapa pesan telah kuterima, lewat e-mail, WhatsApp dan Direct Message. Semuanya hanya tentang bagaimana aku mencurahkan segala pikiran, menumpahkan isi hati dan saling sapa dengan sesama. Semuanya terasa biasa saja, tetapi ada saja yang membuatku ingin terus menulis, hingga aku ingin menuliskan tentang jejak-jejak dalam hidupku yang penuh ratap.
Kadangkala aku meratapi semuanya, tetapi kau paksa aku untuk menatap indah di dalamnya, bila aku mau berusaha. Kadang aku meratapi kenangan, namun kau memarahiku untuk melupakan. Tiba-tiba saja, ratapan dan tangisan berpadu. Tak bisa kubendung sampai mimpi buruk itu datang, meratapi dirimu adalah hal yang wajar, dan menangisi kepergianmu adalah hal yang bodoh. Bukankah kita memang sepakat untuk baik-baik saja? Mengapa hatiku belum mampu dan ragamu telah aman dalam genggamannya? Mestinya, aku perlu bersikeras untuk melawan isi hati, tetapi hati tak bisa berdusta, isi hati inginkan seseorang yang hadir untuk menyembuhkan, isi kepala menemukan jawaban dan semoga ini bukan khayalan.
Meratapi segalanya yang harusnya tiada, kini menjadi bulan-bulanan bagiku. Entah mengapa begitu kejamnya merasukiku, entah aku yang terlalu bersedih hati atau mereka yang selalu mengecilkan hatiku sehingga aku tak mampu untuk melangkah. Sebegitu kejamkah dunia? Aku rasa tidak.
Kau dan mereka hanya menjadi koloni ketidakteraturan hidupku. Kau dan mereka selalu saja membuatku nyaman akan pesakitan yang dahulu terkubur, aku tak ingin menyalahkan tetapi selalu hadir, meskipun kau telah merelakan dan pesakitan itu kita libur dengan keping-keping hati yang terluka. Namun, mereka tetap saja berdatangan begitu derasnya, di telinga, di mata sampai di pikiran dan hatiku, kau tak merasakannya, bukan? Tak apa, biar aku saja. Hari-hari buruk adalah pengasapan jiwaku, jiwa-jiwa buruk adalah sekumpulan semangat yang menjadikanku dewasa, dan kedewasaan buruk adalah aku yang bisa menaklukkan segalanya. Iya, buruk bagi keburukan yang mengotori langkahku.
Kuputar kembali waktu, kuulang semua yang pernah kau katakan, bahwa mencintai adalah risiko, dan dicintai adalah berkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENTANG DAN GURATAN
AcakSebuah kisah-kisah dan wejangan yang tertulis dengan spontan, berisi tentang pengalaman, ajaran kehidupan dan kisah romansa yang disisipi dengan nilai kehidupan yang fantastis. Terutama pada seorang tokoh yang bernama Wiroto, dalam mengejar cinta la...