SINGGAH ATAU TETAP?

0 0 0
                                    

Kemungkinan besarnya sebuah perpisahan dan kepulangan sepasang kekasih, yang pernah meniti kehidupan bersama adalah kebingungan antara memilih senja atau langit; memilih tetap atau pamit; atau lebih ekstrem lagi, memilih menjadi suami atau sekadar pelengkap hati. Kau harusnya konsisten dari awal, bukan hanya membangun janji dan bual. Energimu lama-lama habis dimakan waktu, kawan, jangan sia-siakan itu.
---

Beberapa di antara kalian pernah tidak menemukan kutipan tentang perpisahan atau justru pernah membuatnya? Apakah yang dirasakan semenjak itu? Benar-benar menghidupi perpisahan atau malah tak bisa menghayati apa arti perpisahan itu? Coba kita ulik kata itu dengan sederhana, 'pi-sah', dalam analisis yang saya kaji dan menemukan jawaban sementara bahwa kata 'pi-sah' adalah menemukan hal yang baru kemudian kau harus benar-benar memisahkan lagi dari hal yang ada di dalam dirimu. Coba saya persingkat, berpisah adalah berpindah dari satu hal ke hal yang asli dirimu. Kalau belum paham juga, mari kita diskusi sambil ngopi senja. Heuheuheu.
Jadi, berpisah bukan semata-mata karena momen sedih, pertengkaran, pertikaian bahkan kebahagiaan pun bisa menjadi penyebab perpisahan. Namun, saya belum bisa mencontohkan kebahagiaan yang berujung perpisahan, mungkin bisa dari kisah perjalanan cinta yang salah takdir, atau sudah saling mengenal dan melakukan pendekatan tiba-tiba salah satu di antara mereka ada yang meninggal. Kalau berpindah haluan itu tidak masuk dalam kategori bahagia menjadi pisah, tetapi suatu keinginan yang berhadapan dengan pilihan menerima atau tidak.
Kandas sudah, jika kita mendengar kata pisah, tetapi jangan salah sangka jika perpisahan ini merupakan suatu pertanda bahwa indah di sana. Kita hanya perlu bersikap bijaksana dan tenang. Coba kita eksplorasi diri kita, ada apa sebenarnya ketika kita mendengar kata pisah kok rasanya pedih, ngilu bahkan trauma, apakah kata pisah terlalu identik dengan air mata? Jawabannya singkat, sesuai perspektif manusia. Kita perlu belajar membijaksanakan nurani, jangan tergerus oleh ego dan rasa keinginan yang menggebu, justru itu celaka. Bayangkan saja, ketika manusia tidak boleh memisahkan dirinya ketika satu di antara pasangan sudah ada rasa enggan untuk menyatu, maka yang terjadi hanyalah pertikaian yang berkelanjutan, bahkan sampai generasi tujuh pun masih adu jotos.
Perpisahan hanyalah salah satu metode bersikap tenang. Salah satu pula pembawaan karakter seseorang yang akan memperlihatkan bahwa dirimu adalah orang dewasa, orang yang mampu mengendalikan amarah dan egonya. Serta, tidak lupa akan bahaya ketika perpisahan dihadapi dengan cara yang frontal seperti anak-anak sekolah yang diputuskan. Kita bisa saja berpisah, tetapi bukan berarti anak sekolah yang berpacaran iti negatif, mereka justru bagus karena bisa menyalurkan cintanya kepada lawan jenis.
Pengalaman tentang perpisahan kita jangan diungkit kembali,  jangan pula ceritakan  kepada khalayak ramai,   mending simpan saja untuk cerita terbaik kepada pasanganmu. Asyik, bukan? Biar ada penasaran gitu sama doi-mu. Hahaha ...
Jadi, bagaimanakah keadaan kita yang sering melupakan keharmonisan dan mengharap keharmonisan itu datang dari orang yang kita pilih? Terkadang perpisahan selucu itu, terkadang pula persinggahan yang kita buat hanyalah rest area yang sangat kita sayangkan untuk dirobohkan. Beberapa kesimpulan bisa kita tarik bersama-sama bahwa kita sedang tak mampu melupakan, kita memang tidak sejahat itu, kita hanya mengikhlaskan satu sama lain untuk bahagia dengan yang lain.
Pada akhirnya, kita selalu saja dihadapkan dengan kenyataan yang berujung halu. Hal yang selalu kita ingat adalah kita mencari pengganti, kau sudah menemukan, sementara aku hanya menerbitkan. Engkau yang selalu tersenyum olehnya, aku hanyalah orang yang selalu tergila-gila oleh fiksi belaka. Namun, tak perlu kau khawatirkan, aku tergila dengan hal positif dan menemukan seseorang yang baru saja mengorek lubuk hatiku yang terisi memoar tentang kita. Bahkan dialah yang sanggup menyelam dan singgah, dialah yang selalu menyalakan api jiwaku, sampai engkau adalah yang pertama kalinya aku cintai ternyata pergi dengan sekreatif mungkin. Itu tak jadi masalah, yang jadi masalah adalah mengapa aku rela? Jawabannya sederhana; (isi sendiri menurut persepsi kamu).
Malam ini, setelah menuliskan sebuah canda tawa yang garing, aku ingin berpesan padamu, sebaiknya kau singgah atau tetap? Sebaiknya engkau bersinggah untuk menyimpan memori atau tetapkan hatiku pada dirimu yang selalu mencintai? Atau sebaiknya engkau singgah dengan orang yang kau miliki, atau tetapkan ragaku pada pelukan orang yang aku sayangi? Bolehkah aku menimbang pertanyaanku sendiri; setelah itu, engkau harus berbahagia dengan siapapun itu. Kau tak boleh hancur, kau harus makmur walau bukan karenaku.
Terima kasih, kamu. Terima kasih, dia. Antara Bandung dan Bogor, kalian berdua adalah sel aktif dan adiktif yang membakar sukmaku untuk terus menebar cinta pada kalian berdua. Salam manis, dari penyair gila yang melankolis!  Sifat harmonis hanya tiba di saat hujan mereda dan menampilkan guratan warna yang tak bisa dipandang dengan batin yang terluka.

BENTANG DAN GURATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang