"Fu fu! Sakini susumimashou! (Ayo maju!)"
[Kirigaru Mizuki]
Aku menarik pedang kristal bulanku yang tadinya menancap pada bebatuan kemudian menerjang maju bersama yang lain untuk menyerang phoenix itu.
Berbagai macam mantra dan sihir yang kami rapal dapat dengan mudahnya Ia tangkis. Melihatnya menangkis semua serangan itu dengan ringan membuatnya seakan-akan sudah terbiasa dengan pertarungan seperti ini. Dan kurasa memang begitulah kenyataannya, monster tingkat tinggi seperti dirinya pasti sudah melewati berbagai rintangan untuk mendapatkan posisi itu.
"Mizuki! Injak aku!" Teriak Riku sambil memposisikan kedua lengannya yang tersilang di depan wajahnya.
"Hah!?" Aku mengerti maksudnya beberapa detik kemudian setelah melihat bahasa matanya. Ia menyuruhku untuk melompat menggunakan dirinya sebagai pijakan.
"Techno Shot! (Tembakan Tekno!)"
"Guren!"
Selagi Kyoko mengalihkan perhatian musuh kami menggunakan senapan teknonya juga Ken yang mengalihkan perhatian musuh dengan bantuan peri pemandu arahnya. Aku segera berlari ke arah Riku yang menekuk lututnya lebih rendah bersiap untuk melemparku.
Begitu tiba beberapa meter di depannya aku melompat dan menginjak tumpuan armor Riku yang juga memberikan dorongan melompat untukku. Begitu alas kakiku dan armor lengan Riku bertemu aku dapat merasakan betapa besar daya dorong yang diberikan masing-masing dari kami sehingga membuat udara di sekitar berpusat dari titik temu kami.
Aku menggenggam erat pedang kristal bulanku dengan kedua tanganku tepat di atas kepalaku dengan ujung pedang mengarah pada phoenix yang kini sedang dikecoh oleh Kyoko dan Ken.
Awalnya aku mengira kalau semua ini berjalan lancar hingga terdengar suara wanita dewasa yang berkata dengan nada rendah,
"Kau pikir ini akan bekerja?" Ujar phoenix betina itu sambil melirikku tajam masih tanpa menolehkan kepalanya. Ia mengepakkan sayap besarnya yang indah itu dengan kuat dan membuat kami bertiga terpental jauh. Dan pastinya kali ini aku yang tengah berada di udara tidak sempat menggunakan kekuatan sihir elemenku untuk melindungi mereka seperti sebelumnya,
"Gakh!"
"Aahh!"
Sialan, seluruh tubuhku terasa sangat sakit terutama punggungku yang menghantam satu-satunya kayu pohon di tengah inti gunung merapi ini. Aku mengangkat kepalaku dengan susah payah dan menyaksikan phoenix betina itu menatapku serta ketiga orang lainnya yang jatuh terlungkup dan tak berdaya.
Aku berusaha untuk bangkit berdiri, tapi kedua tanganku yang kini berusaha menopang tubuhku bahkan sudah bergemetar hebat pertanda sudah tidak ada energi yang tersisa.
"Apa hanya segini kemampuan kalian? Huh.. padahal sudah berkata akan membuatku menyesal karena meremehkan kalian, tapi apa?" Ujar phoenix betina itu tentu saja sambil tertawa merendahkan kami.
Aku tahu ini terdengar menyedihkan, tapi perbedaan kekuatan kami berempat dengannya jelas jauh berbeda. Kami sudah mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan sihir kami untuk melawannya, tapi bahkan tidak ada satu pun serangan kami yang mampu melukainya atau bahkan sekedar menyentuhnya. Kami terpojok dan tenaga kami sudah mencapai batas maksimal. Kuso!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in a Magic World
FantasyApa jadinya jika seorang gadis berambut coklat dan bermanik mata sebiru laut yang selalu bersikap datar dan dingin kepada sekitarnya dihadapkan kepada fakta bahwa dia adalah seorang penyihir? Seakan belum cukup, dunia sihir tempat tinggalnya itu jug...