"Kemarin gue liat dia ngobrol sama cewek disekitar RS, tapi gue gatau mereka ngobrolin apa--"
Mike menghentikan kalimat Yura, "Ngomongin siapa sih? Renjun?"
"Iyalah, yakali gue ngomongin bapaknya" Yura menatap Mike kesal, "Emang lo kenapa sih? Selama dia gak masuk lo gaada samsak tinju ya?"
"Hm, kayaknya tinjuan gue cuma pas di dia. Anak itu pergi kemana sih? Mati kali ya?"
Yura meringis, "Jahatnya~"
"Halah, lo juga sering playing victim kan setiap hampir ketahuan gangguin dia?" Mike tersenyum miring.
Yura hanya terkekeh pelan, "gak jauh beda kayak lo kan?"
Diam diam, Minhee mendengarkan obrolan sepasang kekasih yang kini sedang duduk duduk di tangga belakang kampus.
"..Samsak tinju katanya" Minhee berkata pelan pada Jungmo yang ada di sebelahnya, "Kakaknya Hyein korban bully ternyata"
"Anak jaman sekarang lumayan ngeri ya, kalau jamanku dulu---"
Minhee menyela, "Jamanmu apanya? Lo kan seumuran mereka"
"Becanda doang. Tunggu, kau lagi kesal ya? Kenapa?" Jungmo menatap Minhee lamat lamat, berusaha membaca ekspresi kawannya itu.
Entahlah, Minhee juga tak tau kenapa ia ikut kesal saat tau Renjun dibully. Yang ia tau, rasanya menjadi korban bullying itu menyakitkan.
Walau Minhee belum pernah dipukuli seperti itu, tapi banyak pasiennya yang biasanya masih sekitar 15 tahun, datang dalam keadaan babak belur.
Mereka bilang, para pelaku bullying itu tak kenal belas kasihan. Itu yang Minhee dengar.
"Hoi, kenapa ngelamun?" Jungmo menyenggol lengan Minhee, "Nanti kalo sampai kesurupan, kutinggal kamu sendirian di sini"
Minhee berdecak, "Jauh jauh sana, kamu bau uang!"
"Hah?"
***
00:00:53
"Jen, lo duluan ya yang manjat? Gue mana kuat narik lo ke atas. Talinya cuma bisa dipakai sekali" Karina memberi isyarat pada Jeno untuk mengambil tali yang digenggamnya.
Seperti yang kalian duga, lemparan Karina berhasil mengenai target, lebih tepatnya saat ia menggunakan anak panah ketiga.
"Sure, tapi jangan protes ya kalau tangan lu sakit? Narik orang pakai satu tangan itu gak gampang, apalagi harus sambil pegangan"
"Iya iya, buruan. Ngeri tau deket deket sama bom kayak gini!" Tatapan Karina tertuju pada bom yang kini berada di blind spot cctv, "Btw, kenapa harus ditaruh di situ ya? Bukannya tetap bakal ketahuan?"
"Bang Johnny bilang sih, biar selama pasang bom kita gak kelihatan di cctv. Gatau juga kenapa, abis ini tanya dia aja"
"Okay, gue mulai ya" Jeno meraih tali dari tangan Karina dan mulai memanjat ke dahan pohon. Ternyata memanjat menggunakan tali tak semudah yang ia bayangkan.
Bahkan sekarang tangan Jeno bersusah payah mencari pegangan di dahan pohon. Kakinya tak memijak apapun, rasanya seperti ia bisa jatuh kapan saja.
Bruk!
"Huh... Capek banget, gini doang padahal." Jeno mengulurkan tangannya pada Karina, "Ayo buruan sini"
____"Lucas begoo, turunnya gantian dong. Ini kaki lo kena kepala gue mulu" Mark berseru kesal, rambutnya yang shining shimmering splendid ini harus kena sepatu Lucas yang entah sudah menginjak apa saja selain tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home | NCT OT23
FanfictionJika dunia mengucilkanmu, untuk apa merasa bersedih? Kau masih diterima di rumah. Makanya, pulanglah saat kau benar-benar merasa lelah. "Kalian semua tolong berjanji padaku" "Tetaplah disini untukku dan jangan pergi" -Renjun baca aja.