8

1.8K 273 13
                                    

"Chenle-ya, aku pasti akan datang" Jisung menatap sinar matahari yang mulai menyapa dunia. Darah terus menetes dari mata kirinya, sakit, rasa sakit itu terus menghantuinya.

"Kakak yang datang kemarin, Renjun ya? Renjun Hyung akan menyelamatkan Chenle kan?"

"Mark hyung, Yangyang hyung, kalian masih mencari ku dan Chenle kan? Papa... Apa papa baik baik saja?" Jisung tertawa kecil, menyadari betapa menyedihkan dirinya.

Di pojok ruangan, seorang lelaki bertubuh tinggi sedang menatap Jisung iba, "Johnny Hyung, aku baik baik saja, ini bukan salahmu" kata Jisung, menenangkan.

Tubuh Jisung terasa sangat sulit untuk digerakkan.

Jika dirinya tak ada harapan untuk menyelamatkan teman masa kecilnya, mungkin Jisung akan menyerah sekarang.

"Maaf, gara gara aku semua terkena imbasnya" Isak Jisung.

***

"Taeyong hyung, aku yakin Renjun pergi mencari anak itu, tapi aku ga tau kenapa Yangyang juga menghilang" Haechan berseru frustasi, bahkan Jaemin yang berdiri di sebelahnya ikut merasa frustasi.

"Dia tidak pernah pergi lama, maksimal hanya setengah hari" ujar bibi kos, yang ia tahu masalah terberat Renjun adalah perundungan, dan Renjun tak akan menghilangkan lebih dari semalam.

"Tenanglah, aku dan Doyoung pasti akan mencari nya!" Kata Taeyong mantap.

"Hyung, berjanjilah untuk menemukan nya"

***

Renjun masih menunggu Mark dan Yangyang sembari menatap kosong jejak kaki berupa darah yang berada 10 cm di depannya. Ia tak melakukan apapun bukan berarti ia tidak takut.

"Renjun!" Yangyang menyusul Renjun setengah berlari.

Hanya butuh dua menit bagi Yangyang untuk menyadari jejak kaki aneh itu, menurutnya pasti pemilik jejak kaki tersebut menyeret-nyeret kakinya.

"Oh my God!" Siapa lagi kalau bukan Mark yang baru datang.

"Ew pasti ada yang terluka di tangga tadi... eh tapi siapa?" Gumam Mark.

"Kalo di cerita cerita detektif sih jejak kaki kayak gini lebih baik diikuti" bisik Yangyang.

***

"Renjun, sudah 15 tahun aku tidak bertemu dengannya" Oceh wanita itu, menatap kendaraan yang berlalu-lalang melalui jendela rumah sakit.

"Nyonya..." Winwin memasuki ruangan tersebut dan duduk di samping kasur wanita tadi.

"Kau bilang penyakit jantung nya kambuh lagi kan?" Tanya sang wanita, tentu yang ia maksud adalah Renjun.

"Benar, sisa waktu hidupnya hanya sekitar dua bulan. Untuk operasi pun kemungkinan selamat hanya sekitar 5%, nyaris percuma"

Wanita berambut tipis itu tersenyum miris, mengasihani betapa malang hidup anak laki-laki yang terus singgah di pikirannya.

"Tidur lah, aku akan kembali nanti" ucap Winwin lalu keluar dari ruangan.

Wanita itu menutup matanya, ia takut, setiap ia menutup mata pasti muncul bayang bayang bocah laki-laki yang menangis meraung-raung. Tangisan yang menyayat hati.

Home | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang