Pagi ini Chenle langsung masuk sekolah, karena ia sudah terlalu lama tidak masuk. Baru saja masuk selangkah ke dalam kelas, ia langsung dikerumuni oleh teman-temannya.
"Chenle lo gapapa? Kok lo bisa ngilang selama berhari-hari? Beneran di culik? Terus–"
Chenle mendadak kesal ketika ditanyai pertanyaan bertubi-tubi dari teman sekelasnya, "Ya gitu, gue gapapa kok"
"Terus Jisung gimana? Rumornya kan lo ikut kena masalah gara-gara dia. Jisung temen lo itu gimana sekarang?"
Chenle menghela napas. Jujur, ia tak ingin membicarakan soal penculikan itu sekarang. Apalagi Jisung masih dalam perawatan karena luka di matanya.
Ayah Jisung memutuskan untuk mencari pendonor mata, untuk anaknya tentu saja. Kata dokter, luka pada mata Jisung yang diakibatkan oleh benda tajam sudah terlalu parah, maka dari itu ia harus dapat donor mata.
Ini jelas berita yang lumayan menyedihkan, mana mungkin Chenle mau membahasnya di sekolah?
"Ceritain pengalaman lo pas diculik dong! Serem gak?"
"Guys, bisa kalian berhenti nanyain soal begituan? Kalian gak bisa ngertiin perasaan Chenle?" Sela Jeongin, lama lama ia muak mendengar pertanyaan teman sekelasnya yang sok peduli itu, walau pertanyaan itu tak ditujukan padanya.
Chenle hanya tersenyum samar. Ia tak suka dikasihani, tapi thanks to Jeongin, setidaknya yang lain tidak banyak bertanya lagi.
Dengan langkah lambat Chenle berjalan ke tempat duduknya, lalu langsung merogoh loker mejanya yang dipenuhi sampah kertas.
Ia mengambil salah satu dan membukanya. Rupanya di dalam kertas itu ada tulisan.
Anak orang kaya emang beda, diculik doang langsung heboh senegara. Coba kalo miskin, polisi pun ogah nyari.
Chenle mangernyit, ia mengambil kertas lain dan membukanya, yang ia dapat lagi lagi hanyalah tulisan kebencian.
Beneran diculik? Atau settingan doang biar tenar? Ups, maap deh.
NB: Gue takut ilang tanpa jejak setelah ketemu orang bayaran bapak lu. Heheh, biasa, duit kan kunci segala masalah. Ya kan, Zhong Chenle?
Mata Chenle manatap sekeliling, memandang teman sekelasnya satu persatu, barharap ada yang terlihat mencurigakan agar ia bisa mendapat clue siapa yang menulis ini. Sayangnya semua terlihat normal.
Akhirnya ia pasrah saja. Toh, hanya surat kebencian, itu tak berarti apapun bagi Chenle.
***
Lilian menatap laki-laki di depannya yang juga sedang menatapnya datar.
"Jadii, namamu Jisung?" Tanya Lilian basa basi.
Jisung mengangguk, "Bukannya kamu sudah tau?"
Lilian hanya memasang wajah canggung. Daritadi Jisung selalu irit bicara hanya kepadanya. Dasar tidak tau terimakasih, sudah diberi donor mata malah ngelunjak.
"Dan namamu Lilian?" Tanya Jisung, menatap remaja perempuan yang sepertinya hanya beberapa tahun lebih muda darinya.
"Bukannya kamu sudah tau?"
Jisung berdecak, "Jangan tiru kalimatku"
Lagi lagi suasana di ruangan itu kembali canggung, antara Lilian yang tidak pamda mencari topik atau Jisung yang malas diajak bicara.
"..pasaran"
Lilian mendongak, "Apa?"
"Namamu pasaran" Kata Jisung enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home | NCT OT23
FanficJika dunia mengucilkanmu, untuk apa merasa bersedih? Kau masih diterima di rumah. Makanya, pulanglah saat kau benar-benar merasa lelah. "Kalian semua tolong berjanji padaku" "Tetaplah disini untukku dan jangan pergi" -Renjun baca aja.