"Bukannya senjata mu ada di markas semua?" Kata Renjun dengan suara keras, sengaja, takutnya suara dia kalah sama bisingnya jalanan.
"Ya tinggal ambil"
"Kalo yang lain liat?"
Hana menghela napas kasar. Kesel juga dia lama lama ngobrol sama Renjun.
"Jangan terang terangan ngambil senjata lah, dimasukin tas atau apa gitu"
Renjun mengangguk paham, "kalo gitu cara ku juga sama"
"Hah?"
'Hah' mulu dah dari kemaren, kayak abang abang penjual keong aja.
"Aku kan ikut"
Mendengar kalimat Renjun, Hana serasa mau meledak saking kesalnya.
"Kan gue udah bilang, gue aja yang kesana–"
"Kita maksa, Han" kali ini Haechan yang angkat suara. Dia sadar Karina dan Jeno juga udah jenuh dicuekin daritadi.
Baru kali ini mereka ngerasa jadi batu, ada namun tak dihargai.
"Terserah, kalau ada apa-apa jangan nyesel"
Hana berjalan lebih dulu menuju halte bus, lalu disusul Renjun. Bagaimanapun, langit mulai mendung, setidaknya kembali ke markas adalah pilihan terbaik.
"Lo bisa pake senjata, Chan?" Tanya Karina.
Haechan menggeleng, "terakhir kali gue megang senapan aja 3 tahun lalu, cuma buat nembak burung malahan"
Karina bertanya pada Jeno dengan pertanyaan yang sama. Pemuda bertubuh tinggi itu hanya menjawab singkat, "gue pernah latihan anggar"
Jeno ataupun Haechan tidak bertanya balik, lagipula Karina jago bela diri, apa yang harus dikhawatirkan?
Ralat. Banyak yang harus dikhawatirkan. Se-jago apapun seseorang meanggunakan senjata, mereka belum tentu bisa melukai manusia lain.
***
"Taeyong hyung, bisa ganti tujuan gak?" Yangyang melirik Taeyong ragu, ia takut Taeyong marah.
"Mau kemana?"
Diluar dugaan, Taeyong tidak marah. Sepertinya Yangyang beruntung kali ini.
"Nih alamatnya"
Taeyong melirik secarik kertas yang diberikan oleh Yangyang.
'Tidak terlalu jauh' batinnya.
"Btw,Kalian percaya sama gue kan?" Tanya Yangyang, hatinya gak tenang mikirin kalo misalnya rencana ini ga disetujui yang lain.
Jaemin hanya menoleh sebentar, lalu mengangguk. Sedangkan Doyoung dan Taeyong tak menanggapi.
Yangyang memanyunkan bibirnya, Kok kayak gak ikhlas gitu sih jawabnya? Kan dia jadi ragu sama rencananya sendiri.
Tapi kalimat Mark langsung terngiang di kepalanya, "keraguan terhadap diri sendiri sama dengan menghancurkan rencanamu"
***
"Heh! Jangan bengong, kesambet setan nanti" tegur Hana.
Renjun tersentak sesaat, namun kembali mengendalikan ekspresinya, "ah, maaf"
Baru aja dibilangin, Renjun langsung ngelamun lagi. Sebagai teman yang perhatian, Hana paham kalau Renjun lagi mikirin sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home | NCT OT23
FanfictionJika dunia mengucilkanmu, untuk apa merasa bersedih? Kau masih diterima di rumah. Makanya, pulanglah saat kau benar-benar merasa lelah. "Kalian semua tolong berjanji padaku" "Tetaplah disini untukku dan jangan pergi" -Renjun baca aja.