32

831 111 1
                                    

"Yunwoo, lo gak punya perasaan atau gimana?" tanya Mark dengan wajah datar, "Bagimu nyawa orang lain tuh mainan ya?"

"Seharusnya kamu pulang saat disuruh, Park Minhyung"

"Lee, marga gue Lee. Gue gak sudi dipanggil Park" Mark kembali melipat tangan di dada, "Target lo cuma gue, buat apa sampai ngincar orang-orang yang sama sekali gak ada hubungannya sama masalah ini?"

"Gue baru nyakitin satu orang. Kalau lo nolak lagi, mau berapa orang yang harus gue sakitin?" Yunwoo mendekatkan wajahnya ke telinga Mark, lalu berbisik, "Satu hal yang paling ampuh untuk membuatmu terpojok--"

"--sakiti semua orang yang lo sayang, bener kan?"

***

Ten sungguh ingin melompat kegirangan sekarang, "Kan, gue bilang juga apa. Suatu saat, mau gak mau lo harus bongkar info yang Mama lo simpen"

"To be honest, gue terpaksa. Pilihan manapun yang gue ambil, itu tetep salah. Tapi seenggaknya ikut campur urusan keluarga gue dan Paman lo itu masih lebih mending daripada harus ngeliat orang di sekitar gue kena dampaknya"

"Infonya kan memang disimpan untuk dibongkar, apalagi sekarang lo pemilik liontin itu. Mark, lo berhak pakai infonya untuk apapun" ujar Ten, ia memandang lurus ke mata cokelat Mark, "Pilihlah keputusan mana yang menurutmu paling baik"

Mark mengangguk, sepertinya ia sudah menemukan keputusan terbaik, "Gue mau nyari ruang yang dimaksud Mama, gue juga bakal bantu lo"

Ten akhirnya bisa tersenyum puas, "Pilihan yang bagus"

"Ya, semoga gue gak salah langkah kali ini" Mark merogoh tasnya, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan Ten foto di galerinya.

"Ini..apa?"

"Ini kamar Mama gue dulu, di rumah Kakek gue. Awalnya gue kesana cuma mau bersih-bersih, but i found something"

Ten memicingkan matanya saat Mark menggeser layar ponselnya, menunjukkan ruangan yang sama, hanya saja dengan posisi lemari yang berbeda.

"Jawabannya disini. Lokasi tempatnya ditulis di belakang lemari" Mark berkata dengan bangga, "Liontin itu cuma kunci, lokasinya adalah tempat yang tertulis di situ"

Wah, selama bertahun-tahun Ten mencari lokasinya dengan susah payah, tapi ternyata alamatnya malah ditulis begitu saja di dinding belakang lemari.

"Tapi, Mark, ini bukannya alamat SMA lo dulu ya?"

Mark lagi lagi mengangguk, membenarkan ucapan Ten, "Iya, bener. Mama gue sekolah disini.."

"..Ini sekolah Ayah gue juga. Dan bukannya paman lo juga, Ten? Xiaojun jarang salah ngasih informasi, jadi gue yakin"

***

"Operasi apaan? sakit ya sakit aja, gak usah nyusahin orang!"

Renjun menjauhkan ponselnya, bisa-bisa telinganya berdengung seharian jika harus mendengarkan bentakan sang Ayah.

"Ya masa aku harus nyari Ibu dulu buat minta uang?" Heran deh, walaupun kerja sampingan pun sudah jelas uang Renjun tak cukup untuk biaya operasi. Dan hanya Ayahnya yang bisa membantu, "Sakit sakit gini kan aku tetap anaknya Ayah juga"

Home | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang