part 19

236 24 0
                                    





Brak

Suara benda jatuh itu mengagetkan tidur nyenyak seorang gadis yang sedang tadi bergelut didalam selimutnya, iya spontan bangun, menoleh ke sana kemari mencari sesuatu.

"Davi," gumangnya, sambil meraba sekitar, tangannya bergerak mencari sesuatu, setelah mendapatkannya iya langsung mengunakan beda berlensa yang sering iya gunakan, tapi tunggu gadis itu tak mengunakan kacamata setelah berada di dunia ini.

Iya menatap terkejut dengan apa yang matanya tangkap setelah kacamata miliknya terpasang. Kamar, satu kata itu mewakili semuanya, ya saat ini gadis cantik itu tengah berada di dalam kamar yang ada di dalam rumahnya.

Iya menoleh kearah samping di mana sebuah bergerak terasa, kucing putih sekaligus keluarganya itu tengah terduduk menatapinya, sesekali menjilati tubuhnya.

Matanya berbinar dengan cepat mengendong kucing putih, yang memiliki tubuh gempal itu dengan penuh kebahagiaan, "aku sangat merindukanmu," ucapnya dengan gembira.

"Emang kau habis darimu, setelah jatuh dari kolang berenang kemarin otakmu menjadi rusak sepertinya," gadis bersurai hitam itu menoleh mendapati sahabatnya tengah berdiri dengan sepiring nasi goreng dan segelas susu.

Saat gadis tomboi itu sudah meletakkan beda yang iya bawah dengan sigap Claudia melompat, menerjang tubuh sahabatnya yang benar-benar iya rinduku itu. Sedangkan sang sahabat hanya mengerutkan kening tak mengerti.

Iya mendorong Claudia menjauh dari tubuhnya, membuat gadis berkacamata itu hanya tersenyum, sambil berjalan keluar dari kamarnya, dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Di sudah benar-benar gila," iya menggeleng tak mengerti dengan sikap Claudia. Sedangkan di luar rumah gadis cantik itu menatap kebahagiaan suasana kota yang iya rinduku.

Iya berjalan dengan santai memeluk satu persatu tetangganya yang sedang melakukan rutinitas di pagi hari. Beberapa dari mereka hanya bisa tersenyum tak mengerti begitu pun halnya dengan sang sahabat yang sedang menggendong si putih dengan wajah cegoh.

"Woy.. gadis aneh berhenti melakukan itu, segera bersiap lalu pergilah kesekolah hari ini kau tak libur," Claudia menoleh, mengangguk kepalanya dan berjalan dengan riang kedalam rumah.

Bahagia iya melakukan rutinitas di pagi harinya, walaupun sedikit kesusahan pasalnya beberapa bulan di dunia aneh itu iya selalu di layanan sekalinya mandiri langsung kaku.

Berbicara tentang dunia aneh itu apa kabar dengan para pangeran-pangeran aneh itu dan apa kabar dengan pelayan-pelayan terutama Daisy dan Joy yang selalu menemaninya, dan apa kabar juga dengan pria yang bersamanya di waktu terakhir iya di sana.

"Tunggu bukannya aku dan pria itu, Aaaa..." Claudia berteriak dengan keras membuat sang sahabat yang berada di luar berlari kedalam kamar dan menemukan gadis berkacamata itu tengah memeluk dengan erat tubuhnya, terutama bagian dada.

"Ada apa?" Ucap gadis tomboi dengan balutan jaket kulit dan helm di kepalanya sepertinya gadis itu sudah siapa akan mengantarkan Claudia kesekolah hari ini.

"Kau tahu aku berhubungan badan dengan seseorang semalam," ucap kalau sedikit gemetar membuat sang sahabat melepaskan helmnya dengan prustasi.

"Bagiamana bisa semalaman kita tidur bersama di kamar ini aku di sopa di sana dan kau ada di atas kasur ," sambil menunjuk kasur yang masih berantakan di sana, "apa saat aku terlelap ada seseorang yang masuk?" Ucapnya, sambil memeriksa sekitar kamar.

"Bukan, bukan di kamar ini, aku melakukannya di rumah kaca semalam," gadis berambut pendek itu mengerutkan keningnya, menatap tak percaya kearah temannya itu.

"Tunggu rumah kaca? Apa jangan-jangan kau sedang mimpi berhubungan badan, oh ya Tuhan kau mimpi basah," ucap gadis itu, dengan air muka penuh kejahilan. Iya mendekati Claudia dengan ekspresi yang aneh membuat gadis kecil itu langsung berdiri.

"Mimpi basah apanya, aku bukan laki-laki yang bisa merasakan itu," sang sahabat menggeleng, memasukkan buku-buku pelajaran Claudia kedalam tas, lalu menarik gadis itu yang masih belum mengunakan sepatu.

"Sepatu," ucapnya, lalu memakai sepatunya dengan terburu-buru pasalnya gadis bertubuh sedikit besar itu terus saja menariknya, iya terus berkata kalau Claudia hampir telat.

Claudia naik keatas motor bebek berwarna kuning terang itu, iya dengan perlahan mengunakan memakai helm yang juga berwarna kuning milik sang sahabat.

Motor itu melaju dengan kecepatan sedang, mata Claudia sedari tadi menatap bangunan yang selama ini iya rinduku, apalagi tokoh buka dan pusat barang antik di daerah ini, oh astaga iya hampir lupa dengan buku yang iya pinjam waktu itu.

Iya mengotak-atik isi tasnya semoga saja sahabatnya itu juga ikut memasukkannya kedalam tas. Iya mendesah lega saat menemukan buku bersampul kuno itu  dalam tasnya. Ya, sepertinya hari ini iya harus mengembalikan benda itu.

Tak butuh waktu lama mereka sampai di depan gerbang besar tempatnya menuntut ilmu. Claudia turun dari motor melepas helmnya laku memberikan benda itu kepada sang pemilik.

Tangannya melambai saat sahabatnya sudah melaju pergi dari pekarangan sekolah, iya melangkah dengan santai memasuk gerbang sekolah, menatap penuh rindu bangun tua yang masih kokoh di depan sana.

Dengan langkah penuh semangat iya menyusuri lorong kelas, tak ada yang berubah, jelas gadis itu hanya tertidur selama beberapa jam, walaupun di dunia aneh itu yang hidup selama berbulan-bulan.

Iya berbelok masuk kedalam kelas, saat tubuhnya sudah berada di dalam kelas hal pertama yang iya lihat adalah mejanya yang kotor di penuhi oleh sampah-sampah bekas makanan yang sudah sedikit membusuk.

Gadis itu menarik napas, berjalan mendekat ke arah mejanya, iya meletakkan tasnya di atas meja yang berada di depannya, berjalan kearah belakang kelas di mana alat-alat kebersihan berada.

Di sana beberapa gadis dengan pakaian mewah tengah duduk dengan santainya sambil memperhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan Claudia. Salah satu di antara mereka malah mereka apa yang sang target lakukan.

Sedangkan Claudia gadis itu mengambil sapu ijuk dengan sekop sampah, lalu kembali berjalan menuju mejanya. Dengan gerakan santai membersihkan sampah-sampah itu.

Saat sampah itu sudah terkumpul kedalam sekop, yang ada di tangan kirinya iya kembali dengan santai berjalan menuju kumpulan gadis-gadis tengah berkerumun itu meletakkan dengan santai sampah itu di mejanya meraka.

"Hey.. cupu apa yang kau lakukan?!" Claudia tak membalas, iya dengan santai malah menginjak kaki sang ketua geng, lalu melempar sekop sampah itu kearah belakang.

"Jangan melewati batasan mu, atau kau akan mati," wow cara bicaraku seperti ayah di dunia aneh itu saja, iya melangkah kembali ke mejanya, membuat ke lima gadis itu menatap penuh emosi.

"Kau-" Claudia memutar tubuhnya, menggenggam dengan kuat jari telunjuk gadis itu, lalu menghempas dengan kasar yang membuat gadis itu ikut terjatuh terduduk.

"Anda pikir saya akan lemah seperti sebelum-sebelumnya, tidak anda salah besar," iya kembali melangkah, membersihkan mejanya mengunakan sapu tangan miliknya.

Orang-orang yang ada di sana menatap tak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Claudia kepada geng penindasnya itu. Hanya semalam gadis itu langsung berubah total padahal kemarin iya masih seperti kambing cegoh.

Lihat sekarang gadi, itu kini sudah berubah bukan hanya soal sifat dan keberaniannya, kini penampilan gadis itu juga berubah, biasanya iya akan mengikat ekor kuda rambut panjang kalau ini rambut hitam panjang itu tergerai dengan indahnya.

Seperti kata pedang yang pernah iya temui 'semua orang butuh perubahan, agar iya tak lagi di anggap lemah' ya dan saat ini gadis itu melakukannya, melakukan perubahan, walaupun kebiasaan yang satunya itu tak bisa iya ubah yaitu mengunakan kacamata sebagai alat bantu penglihatan.

TBC.

21 Prince In the Story || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang