16 - Mr. & Mrs. Pranadipa

1.2K 114 9
                                        

"Saya terima nikah dan kawinnya Nada Insyira binti Alm. Abdur Sobari dengan maskawinnya yang tersebut dibayar tunai." Dengan lantang dan satu helaan nafas Edward berhasil mengucapkan.

"Sah?" Tanya penghulu pada para saksi. Detik-detik yang amat sangat mendebarkan. Jantung Edward berdegup kencang kala menanti 'keputusan' para saksi walau tak sampai satu menit. Moment paling mendebarkan dalam hidupnya.

"Sah!"

"Alhamdulillah." Serempak semua orang mengangkat tangan mengucap syukur. Bahkan Steve sampai menitikan air mata. Jangan ditanya lagi Irene yang dari tadi tak henti menyusut sudut matanya.

Edward menghadap Steve, Papanya itu mengangguk tersenyum lebar seraya mengatakan 'good job' tanpa suara. Pria itu lalu menatap Irene yang terus berurai air mata dari sebelum acara dimulai. Sama halnya dengan sang suami, Irene mengangguk berkali-kali pada sang putra. Air mata dan senyuman tak pernah surut dari wajah senjanya. Steve dan Irene sungguh bahagia akhirnya putra bujang mereka menikah juga. Terlebih putra mereka menemukan pelabuhan hatinya, perempuan yang mampu membuat putra mereka bahagia.

Edward berdiri kala MC mengatakan bahwa pengantin perempuan akan memasuki aula. Jantungnya kembali berdegup kencang seperti tadi. Tak sabar bertemu gadis itu yang kini sudah berubah status menjadi istrinya.

Senyuman lebar terukir diwajah Edward kala seorang gadis berkebaya putih didampingi dua orang wanita di kanan kiri berjalan kearahnya. Semakin langkah itu mendekat matanya semakin berkaca-kaca. Dadanya sesak oleh kebahagiaan dan rasa syukur yang membuncah.

Edward menyusut sudut matanya kala air mata semakin tak terbendung. Ia memaki dirinya yang gagal cool di depan Nada untuk kali pertama mereka dipertemukan sebagai suami istri.

Dengan langkah pasti Edward mendekati Nada sesuai intruksi pemandu acara. Mereka berhadapan saling bertatapan, senyum gadis itu tak kalah lebarnya dengan sang suami.

Air mata Edward semakin deras. Beberapa kali pria itu mengusap dengan lengan atas baju pengantinnya.

Semua terdiam akan rasa haru yang dirasakan pengantin pria. Bahkan MC pun ikut terhanyut dalam emosi yang tercipta.

"Mas." Ujar Nada lembut sembari mengenggam tangan Edward.

"Sorry. Mas cengeng banget ya." Kekeh Edward kembali mengusap sudut matanya. Nada menggeleng disertai senyum lembut sebagai jawaban.

"Baik rangkaian acara selanjutnya---" MC kembali memandu acara kala sang pengantin pria sudah bisa mengendalikan emosinya.

Prosesi acara dilanjutkan dengan penandatanganan berkas-berkas pernikahan dan pemasangan cincin.

"Nada insyira istri Edward Pranadipa." Ucap pria itu kala memasangkan cincin pada jari manis Nada.

"Balas dong Yang." Ujarnya kembali kala Nada tak bersuara saat memasangkan cincin pada jari manisnya.

"Ogah!" Balas Nada dengan kerlingan mata jahil.

"Kamu mesti dihukum nanti." Bisik Edward penuh rencana. Gadis itu tahu betul apa yang dimaksud oleh suaminya. Tak jauh-jauh dari pikiran kotor.

Prosesi selanjutnya adalah sungkeman. Nada dan Edward menangis kala memohon maaf dan meminta restu pada Irene dan Steve. Terlebih tangisan Nada juga tertuju pada kedua orangtuanya yang tidak bisa dan tidak mungkin mendampingi saat hari bahagianya ini.

Tapi yang lalu biarlah berlalu. Hidupnya masih terus berjalan dan Nada harus menjalaninya sebaik mungkin. Walaupun orangtua dan adik-adik gadis itu tak ada disampingnya sekarang tapi ia yakin bahwa mereka turut mendoakan pernikahannya. Akan selalu mendoakannya.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang