13 - Random mood

833 121 11
                                    

Sebelumnya gue mau kasih tau dulu kalo cerita ini murni kehaluan gue. Jadi kalo ada yang ngerasa cerita kaya gini nggak mungkin terjadi di dunia nyata memang benar. Gue lagi halu berat waktu nulis cerita ini.

---

"Nada." Gadis itu menghentikan langkahnya kala seseorang memanggil dari arah belakang.

"Hey buru-buru sekali." Nada melirik bahunya yang ditepuk oleh Rafa-kakak tingkat yang akhir-akhir ini sering sekali muncul dihadapannya dan bersikap dua kali lebih ramah.

"Ada apa Bang?" Nada kembali berjalan karena kelas sebentar lagi dimulai. Setelah drama kecil yang dilakukan Edward di parkiran tadi, mungkin sekitar lima belas menit gadis itu membuang waktu sia-sia duduk diam menyaksikan Edward terus tersenyum lebar sembari memainkan jemarinya.

Drama ala Edward tidak berhenti sampai disitu karena ada drama lain yaitu perdebatan kecil kala pria itu ingin mengantarnya sampai kelas. Tentu saja Nada sangat keberatan. Ia tak mau menjadi pusat perhatian dan bahan gosip seantero kampus. Terlebih pria yang mengantarnya adalah Edward yang hari ini tampil tak kalah memukau dari hari-hari sebelumnya. Celana jeans dipadukan dengan kemeja putih panjang yang bagian tangannya digulung sampai siku membuat Nada tak bisa mengelak bahwa calon suaminya memang mempesona. Dan hal itu pasti akan mengundang banyak tanya. Terkadang orang-orang memang punya banyak waktu untuk mengurusi hidup orang lain.

Lagi waktunya tersita untuk menjelaskan dan membujuk Edward yang kembali merajuk. Ingin sekali menghiraukan rajukannya tapi apa daya saat pria itu ikut turun dan berdiri menyender di samping pintu mobil membuat orang-orang yang berada di parkiran mau tidak mau menatap dua kali ke arah mereka terutama Edward.

Dengan hati dongkol dan memastikan bahwa tidak ada siapapun di parkiran, Nada menyalami tangan Edward dengan menciumya. Dan kalian harus melihat sumringahnya wajah pria itu. Mood Edward berubah 180 derajat. Seperti kerbau dicocok hidungnya menuruti semua perkataan Nada yang tak ingin diantar sampai depan kelas. Bahkan saat gadis itu memaksa masuk dalam mobil dan mengusirnya pun tak tersinggung sama sekali. Dengan patuh Edward pulang setelah berhasil mencuri satu ciuman di dahi Nada.

"Hey santai aja. Ada kelas emang?" Rafa mensejajari langkah cepat Nada.

"Iya Bang." Jawab Nada tanpa menatap Rafa. Otaknya terlalu cemas karena takut terlambat masuk kelas. Terlebih dosennya kali ini tak mentolerir sedikit pun keterlambatan.

"Mata kuliah apa?" Tanya Rafa kembali walau mendapat sambutan kurang ramah. Bukannya tersinggung pria itu malah semakin ingin merecoki Nada.

"Mekanika fluida." Rafa mengangguk mengerti. Pantas saja gadis itu berjalan bagai orang kesetanan sampai mengabaikannya yang sedari dari mengekor disamping ternyata Nada harus menghadiri salah satu mata kuliah yang bukan hanya terkenal sulit dikalangan mahasiswa mesin tapi juga dosennya yang killer.

"Sini." Nada refleks menghindar saat tangan Rafa tidak sengaja menyentuh tangannya yang menjinjing tas laptop.

"Sorry." Kata Rafa saat melihat tatapan tak suka Nada. Baru kali ini ia mendapati tatapan terang-terangan tak suka dari lawan jenisnya terlebih hanya karena masalah tangan mereka bersentuhan dan itupun tak disengaja sama sekali. Benar-benar langka gadis satu ini.

"Aku cuma mau bawain laptop kamu." Jelas Rafa. "Kamu lari sana jangan sampe telat." Tanpa menunggu persetujuan Nada, Rafa mengambil alih tas laptop gadis itu.

"Sana." Rafa mendorong lembut bahu gadis yang masih memicingkan mata kepadanya.

"Laptop kamu aman sama aku." Ujar Rafa tak mengerti pada dirinya sendiri mengapa mau susah payah merepotkan diri sendiri untuk membantu Nada yang terlihat tidak terlalu senang dengan bantuannya.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang