8 - Bergerak

947 126 18
                                    

Alunan musik tak henti-hentinya mengalun sepanjang acara. Orang-orang dengan santai berbincang ataupun sekedar bertegur sapa dengan kenalan mereka. Malam yang indah bertabur bintang, suasana hangat karena keakraban sanak saudara maupun teman-teman, tempat yang nyaman karena diselenggarakan di sebuah resort sisi laut menjadi kegembiraan tersendiri bagi siapapun yang datang.

Begitupun dengan Nada yang bersyukur karena telah diajak datang kemari oleh Edward ke tempat indah yang belum pernah ia datangi. Acara ini tak membuatnya terintimindasi hanya karena tampilan yang menunjukkan strata sosial mereka di masyarakat. Mungkin karena tampilannya pun tak berbeda jauh dari mereka sekarang ini.

Kala Edward mengatakan mencari baju untuk dirinya dan Nada. Pria itu benar-benar serius. Butik yang mereka datangi milik salah seorang designer Indonesia yang karyanya sudah go international. Mengapa ia tahu karena beberapa penghargaan yang pernah disabet dalam ajang international terpajang di setiap dinding butik.

Pakaian yang ia kenakan sekarang tak kalah mahalnya dengan baju-baju Edward dari brand asal paris itu. Baju entah model apa Nada sendiri pun kurang paham. Yang ia tahu hanya sebuah dress berwarna cappucino dihiasi dengan mutiara-mutiara kecil melekat cantik ditubuhnya. Untung saja tubuh pendeknya tertolong oleh high heels 10 cm. Jadi penampilannya terlihat sempurna, itu menurut Nada yang tak pernah berpenampilan semewah ini. Jangan lupa clucth yang senada dengan bajunya. Menambah cantik penampilannya malam ini.

Awalnya Nada menolak keras ide Edward yang menyuruh dirinya ikut ke acara pernikahan teman pria itu. Seberapa keras pun penolakannya tak mendapatkan respon sesuai harapan. Sabtu siang dengan santainya pria itu menyuruh Nada bersiap-siap karena mereka harus ke bandara. Acaranya ternyata diadakan di Bali. Tempat yang belum pernah Nada datangi, hanya bisa ia lihat dari postingan teman-temannya di media sosial.

Nada tak tahu sebenarnya apa motif Edward mengajaknya karena ia yakin majikannya tak kehabisan teman untuk sekedar dijadikan gandengan ke undangan. Mengajaknya sama saja dengan merepotkan diri sendiri. Itu menurut Nada. Harus mengurusi pakaian dan make up nya karena Nada buta dan tak mampu soal itu semua. Bahkan pria itu menyuruh seseorang untuk datang ke tempat mereka menginap hanya untuk mendandaninya. Ya mereka akan menginap satu hari, majikannya ingin menghabiskan satu hari untuk berlibur di Bali.

Entah berapa uang yang telah pria itu keluarkan untuk mengubahnya menjadi seperti sekarang ini. Disatu sisi Nada senang tapi disisi lain pun ia takut dengan kebaikan majikannya. Ia takut terlena.

"Senang?" Nada mendongak pada pria yang menjulang tinggi disampingnya. Pakaiannya senada dengan dress yang ia gunakan.

"Saya aneh banget Bapak ajak kesini." Edward menunduk membuat mereka bertatapan. Semilir angin laut membuat rambut pria itu acak-acakan.

"Apanya yang aneh?" Edward masih menatap gadis yang menurutnya terlihat sangat cantik saat ini. Tak ingin memutus kontak mata. Suka saat bola mata mereka beradu pandang.

Oke. Ia mulai tidak waras.

"Bapak baik banget sama saya. Saya nggak tau harus balesnya kaya gimana nanti." Nada memutus kontak mata mereka. Memilih memandang hamparan laut di depannya.

"Nggak ada yang perlu dibalas." Cukup disisi saya. What? Edward kaget sendiri dengan bisikan hatinya.

"Bapak baik banget ya sama semua orang?" Itu bukan pertanyaan tapi lebih ke pernyataan dari Nada.

"Tidak selalu." Hanya orang-orang spesial. Dikalangan keluarga dan teman-temannya ia dikenal pria yang punya sikap buruk. Tidak ramah, tidak peduli bahkan seringkali perhitungan.

Edward terpana dengan kekehan kecil gadis itu. Terakhir kali melihatnya saat Nada mengobrol dengan keluarga Rafa. Dan ia benci sekali kejadian itu karena membuatnya uring-uringan dan melampiaskannya pada Nada.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang