2 - Dimulai dengan kopi

832 110 5
                                    

Tangan Nada yang kecil sedikit kesusahan saat membawa dua kantong kresek besar belanjaan. Untungnya grocery store tempat ia berbelanja tadi berada tepat di bawah gedung apartment tempatnya bekerja.

Sepulang kuliah, ia langsung berbelanja kebutuhan rumah dan bahan masakan juga membeli kebutuhannya sendiri tentu memakai uangnya sendiri. Ia tidak berani jika harus membeli kebutuhan pribadinya menggunakan uang Edward karena itu bukan haknya. Sedari awal pria itu berkata bahwa uang bulanan itu untuk kebutuhan rumah dan bahan masakan.

Diberi tempat tinggal dan makan gratis saja ia sudah sangat bersyukur. Nada sangat berhati-hati dalam bertindak saat ini karena ia sangat membutuhkan pekerjaan dan bekerja dengan majikannya yang sekarang adalah opsi terbaik. Jika bisa, sampai lulus kuliah bekerja dengan Edward. Jadi ia tidak perlu pusing biaya kos dan makan sampai lulus nanti.

Eh. Nada kaget saat seseorang mengambil alih belanjaan di tangannya.

"Minta satpam untuk membawakannya jika kesusahan."

"Tidak usah Pak biar saya saja." Tolak Nada saat Edward mengulurkan tangannya meminta satu lagi kantong belanjaan.

"Ayo Pak." Nada menunggu Edward untuk jalan lebih dulu. Tidak sopan rasanya berjalan di depan majikan.

Gadis mungil itu berjalan mengekor di belakang sang majikan. Bahkan saat berada di lift pun Nada berdiri di sudut belakang Edward.

Pria itu mendengus saat melihat pantulan wajah kuyu Nada di dinding lift.
"Apa isi tas dipunggungmu itu?" Edward amat penasaran dengan isi tas besar yang menghiasi pundak gadis mungil itu. Yang sering ia lihat mahasiswi sekarang jika ke kampus membawa tas kecil pun jadi.

"Laptop Pak." Edward melihat Nada tengah menyandarkan tubuhnya pada dinding lift. Terlihat lelah sekali. Apartmentnya memang berada di lantai kedua teratas jadi membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai.

"Hanya laptop?"

"Buku juga Pak."

Keheningan tercipta diantara mereka berdua. Edward lebih memilih memainkan handphonenya sementara Nada meneliti penampilan lusuhnya di dinding lift. Wajah berminyak karena seharian berada di Lab, berbeda dengan majikannya yang masih tampak bersih dan wangi. Ia tak tahu sudah sebau apa ia sekarang, karena seharian bermandi keringat saat melakukan praktikum. Jompang sekali penampilannya dengan sang majikan.

Nada tak tahu banyak tentang majikannya itu, hanya nama. Jangankan umur dan lainnya, nama lengkapnya saja ia tidak tahu. Ia tidak ingin menebak-nebak, kepala dan badannya sudah lelah karena padatnya perkuliahan ditambah setelah ini harus menyelesaikan pekerjaan yang belum ia selesaikan tadi pagi. Tenaga dan pikirannya terlalu berharga untuk hal-hal yang tidak penting.

Ting. Pintu lift terbuka. Nada menunggu Edward keluar terlebih dahulu. Di lantai ini hanya ada dua unit apartment sisanya taman yang dilengkapi dengan kolam renang.

Nada maju selangkah untuk memasukan pin agar pintu terbuka. Tapi niatannya urung kala Edward menginterupsi. "Biar saya saja." Nada mengangguk kembali mundur.

Setelah berhasil memasukan pin, Edward membuka pintu lebar-lebar. Nada yang sungkan menundukan kepala saat melewati majikannya.

"Belanjaannya Pak." Ujar Nada setelah menyimpan belanjaan lainnya diatas kabinet.

Nada menerima plastik belanjaan itu lalu menyimpannya di tempat yang sama. Ia tak langsung menatanya, tapi bergegas ke dalam kamar mengambil baju ganti lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak kuat dengan tubuhnya yang lengket.

Tidak sampai 15 menit Nada sudah bersih dan segar dengan pakaian dan kerudung baru. Gadis itu bergegas menuju dapur lalu menata semua belanjaan ke dalam kulkas dan lemari.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang