4 - Merasa insecure I

821 120 12
                                    

Hari ini benar-benar hari yang sibuk dan melelahkan. Nada sudah bangun dari pukul empat pagi untuk memasak soto padang sesuai dengan pesanan sang ibu majikan. Ia juga membantu mendekor rumah untuk acara yang akan dilaksanakan pukul 11 siang nanti.

Nada terpaksa menginap di rumah orangtua Edward karena Irene sendirilah yang memaksa. Wanita tua itu beralasan khawatir jika membiarkannya datang pagi-pagi buta. Dan ia sendiripun sebenarnya takut jika harus benar-benar datang pagi-pagi buta ke lingkungan yang tidak ia kenal sama sekali. Jadilah ia pergi pada sabtu malam setelah membereskan semua pekerjaan dan mengurus perut majikannya.

Persepsi Nada salah tentang Irene, beliau tidak semenyeramkan itu. Ia disambut dengan baik walau memang dengan gaya Irene tentunya. Ia juga ditempatkan di kamar tamu alih-alih kamar pembantu. Saat menolak karena sungkan, Irene mengatakan jika Nada memang tamu di rumah itu. Jika sudah begitu ia bisa apa, hanya berharap hari cepat berlalu dan bisa kembali ke apartment Edward.

Acara satu jam lagi dimulai dan tamu mulai berdatangan. Setahu Nada ini hanyalah acara arisan keluarga biasa tapi lihatlah tampilan mereka semua berkelas dan glamour. Tak ada satupun yang terlihat biasa saja di matanya, bahkan anak kecil pun tak ingin ketinggalan untuk menunjukkan kelasnya. Bukan hanya penampilan tapi rupa mereka mengalahkan artis ibukota sekalipun.

"Nada." Nada menoleh ke arah suara saat namanya disebut.

"Sudah siap sotonya?"

"Sudah Bu." Jawab Nada pada Irene yang sudah terlihat cantik dan rapih tak kalah dengan tamunya yang lain.

"Bagus. Tolong pastikan semuanya baik-baik saja. Saya percayakan sama kamu."

"Baik Bu." Irene pergi meninggalkan Nada untuk menyapa tamu yang datang.

Sementara itu, Nada mulai mengisi satu persatu mangkuk dengan isian soto agar nanti tinggal disiram dengan kuahnya. Kegiatan seperti ini bukan hal baru bagi Nada, ia sudah sering menjaga stand makanan di acara pernikahan atau ulang tahun.

"Mbak saya mau sotonya."

"Boleh mbak." Nada langsung mengambil mangkuk yang telah ia siapkan tadi lalu menyiramnya dengan kuah soto panas.

"Mau saya antarkan ke meja nya mbak?" Tawar Nada.

"Tidak usah. Saya bisa kok." Nada sedikit terpana dengan senyuman wanita dihadapannya.

"Oh baik. Selamat menikmati mbak."

"Terimakasih."

Cantik sekali. Dua kata itu langsung muncul di otaknya kala wanita tadi menghampiri stand makanannya. Bukan hanya paras tapi juga attitude nya. Tak ada kesan sombong atau arogan, bahkan ramah sekali.

Seringkali Nada berfikir mungkin Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan orang-orang yang tidak hanya baik rupa, kecerdasan, finansial tapi juga baik kepribadiannya. Beruntung sekali mereka yang diberi keberkahan dalam segala hal.

Jika selalu melihat keatas memang akan ada saja yang kurang dan membuat kita jadi kurang bersyukur. Dan hal itulah yang membuat Nada selalu menjaga jarak dengan orang-orang yang 'mempunyai segalanya'. Karena sebagai manusia normal kadang kala hatinya merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain dan dirinya tidak. Selalu ada kata mengapa yang timbul dihatinya.

Tapi hidup harus terus berjalan walau kadang berat sekali untuk dijalani. Nada mencoba mensyukuri apa yang ia punya. Bersyukur karena Tuhan telah membuatnya bertahan sampai saat ini. Berteriak dan menyalahkan takdir pun tidak ada guna, tidak akan ada yang berubah. Diri sendirilah yang punya kuasa atas hidupnya, mau dibawa kemana hidupnya dimasa depan. Dan ia sangat berharap semoga Tuhan membantunya untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang