6 - Meminta ijin

849 120 16
                                    

Tingg...Tongg...Tingg...Tongg...

Dengan malas Edward bangkit dari tempat tidur untuk membukakan pintu saat suara bel terus berbunyi memekakan telinga. Apartment dalam keadaan sepi kala ia keluar kamar.

Kemana gadis itu?

"Sabar!" Teriak Edward saat sang tamu yang entah siapa menekan bel tak sabaran.

"Yang sopan kalo ke tempat orang!" Sembur Edward jengkel saat membuka pintu. Sementara sang tamu hanya mengangkat bahu cuek lalu masuk ke dalam walau belum dipersilahkan.

"Pa kita nggak salah masuk apartment kan? Rapih banget." Kanna memastikan pada Varo yang berdiri di sampingnya. Sementara Edward hanya mendengus melihat reaksi berlebihan istri sahabatnya.

"Terus apa ini? Bukan lo banget Ed." Kanna menunjuk tanaman dan bunga sedap malam yang berada di meja makan.

"Nada yang dekor." Jawab Edward santai sembari mengambil gelas untuk melegakan tenggorokannya yang kering sehabis tidur.

"Who is Nada?" Tanya Varo penasaran. Ia tahu betul bagaimana sahabatnya. Walaupun sudah banyak wanita yang 'dikencani' oleh sahabatnya, jangan pikir mereka bisa masuk ataupun menyentuh daerah pribadi Edward. Pria itu selalu 'berkencan' di hotel ataupun makan di restautant, tak pernah sekalipun membawa mereka pulang. Jadi siapa wanita yang sudah berani mendekor daerah pribadi sahabatnya.

"ART gue." Mata Edward fokus pada note yang menempel di pintu kulkas. Disana tertulis bahwa Nada pergi ke kampus karena ada kuliah tamu serta berpesan bahwa sudah menyiapkan makanan di meja makan. Pria itu melirik jam yang menempel di dinding, sudah tengah hari ternyata. Ia bangun terlambat sekali, wajar saja karena baru tidur pukul empat pagi. Pekerjaannya selalu menumpuk jika menjelang akhir tahun.

"Really?" Varo masih tak percaya karena selama mereka bersahabat Edward melarang keras siapapun bahkan ARTnya untuk merubah atau menambahkan sesuatu di rumahnya.

"Yup."

"Apartment lo jadi seger banget. Gue suka Ed." Kanna berjalan ke meja makan dimana sang tuan rumah berada.

"Ini juga ART lo yang masak?" Tanya Kanna saat membuka tutup saji dan menemukan sate padang dalam jumlah lumayan banyak beserta lontong dan sausnya.

"Hhmm." Gumam Edward. Perutnya keroncongan. Dipikirannya saat ini adalah menghabiskan makanan yang sudah disiapkan oleh gadis itu.

"Terus kemana dia sekarang?" Varo bergabung dengan istri dan sahabatnya di meja makan.

"Kampus. Ada kuliah tamu. Eh lo ngapain Kanna?" Tanya Edward saat wanita itu membawa sate padangnya ke dapur.

"Mau gue panasin. Nggak enak kita makannya kalo dingin." Kanna dulu adalah karyawannya dan setelah menikah dengan Varo menjadi semakin kurang ajar. Pasti terkontaminasi sifat suaminya.

"Eh tunggu siapa yang ngajak kalian makan? Itu makanan gue!"

Tak menggubris ucapan mantan boss nya, Kanna memasukan potongan daging sapi yang sudah ditusuk itu ke dalam microwave.

"Itu banyak Ed. Nggak mungkin juga lo ngabisin semua."

"Gue bisa." Balas Edward kesal. Jengah dengan pasangan suami istri itu yang selalu merusuh jika datang ke apartmentnya.

"Kalian ngapain kesini? Anak-anak dimana?"

"Kita mau nganterin undangan aqiqahan anak Kandara. Lo harus datang Ed besok acaranya. "Kanna menghidangkan sate padang yang telah ia panaskan. "Anak-anak lagi di rumah Mama." Lanjutnya.

"Makasih sayang." Ujar Varo kala Kanna menyendokkan lontong beserta sate padang pada piringnya.

Edward jengah dengan pemandangan yang selalu ia saksikan bila mereka tengah bertemu. "Gue yang punya rumah. Tapi kalian berdua yang banyak gaya." Cibir Edward.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang