7 - Keanehan

853 121 13
                                    

"Nada!"

Panggilan seseorang pada namanya membuat langkah gadis itu seketika terhenti.

"Hey." Tubuh Nada berbalik saat seseorang menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Oh. Ada Bang?" Tanya Nada pada sang pelaku.

"Mau kemana? Buru-buru banget." Tanya Rafa pada gadis yang sebulan lalu ia temui secara tak sengaja di rumah saudaranya.

Gadis itu berubah. Hal tersebut yang langsung terlintas dipikirannya saat mereka bertemu kembali. Waktu satu bulan ternyata mampu merubah gadis itu walau tidak secara signifikan tapi nyata adanya.

Walau penampilannya masih sama maksud Rafa adalah apa yang dikenakan oleh Nada. Tapi terlihat sekali terjadi perubahan pada tubuh gadis itu. Pipinya yang semula sangat tirus kini lebih berisi. Wajahnya lebih bersih, tidak putih ataupun mulus sekali seperti teman dan saudara wanitanya. Hanya tidak lagi kusam bahkan sekarang bisa terlihat rona merah alami dipipi gadis itu.

Om Ed mengurusnya dengan baik.

"Mau ke taman Bang ngadem." Nada menyingkir saat sadar dirinya dan Rafa mengobrol di tengah koridor menghalangi jalan beberapa orang yang akan melintas.

"Minggir Bang ada orang lewat." Nada mengingatkan Rafa yang masih tak bergerak.

Rafa menuruti perkataan gadis itu, "Kantin yuk?" Ajaknya santai membuat Nada mengernyit heran karena mereka bukan dua orang dengan hubungan akrab. Mereka hanya pernah sekali mengobrol saat acara di rumah orang tua Edward selebihnya tak pernah lagi bahkan bertemu pun hanya waktu itu. Jadi sikap kakak tingkatnya saat ini sangat aneh menurut Nada.

"Nggak deh Bang. Saya bawa bekal." Nada tidak berbohong, dirinya memang membawa bekal karena ada praktikum sampai sore. Terlebih makan siang berdua di kampus bersama Rafa adalah salah satu hal yang harus ia hindari karena pasti akan mengundang perhatian banyak orang.

"Makan dikantin aja biar nggak sendirian." Nada memutar otak mencari alasan agar bisa menghindar. Sungguh gosip akan cepat sekali muncul dan menyebar jika berkaitan dengan kakak tingkatnya itu.

"Saya makan di taman aja Bang." Nada berharap kadar kepekaan Rafa tinggi sehingga pria itu mengerti keengganannya.

"Yaudah kalo gitu." Ujar Rafa sembari melenggang pergi meninggalkan Nada dalam kebingungan. Gadis itu mengangkat bahu cuek melihat punggung kakak tingkatnya yang perlahan menghilang.

Dengan lemas Nada berjalan menuju taman yang biasa dipakai oleh para mahasiswa untuk sekedar bersantai melepas penat setelah menjalani perkuliahan yang menguras energi. Sengaja memilih tempat sedikit ujung dibawah pohon rindang. Ia butuh banyak asupan oksigen untuk otaknya yang lelah.

Perut Nada sudah berdemo minta diisi sedari tadi. Praktikum kali ini benar-benar menguras tenaga. Untung saja ia membawa bekal dalam jumlah banyak jadi tak perlu khawatir tak akan kenyang. Terlebih setelah jam makan siang masih ada satu praktikum lagi yang harus diikuti. Tenaganya harus full sampai nanti sore.

"Ahhh! Nikmat sekali!" Erang Nada kala satu suap nasi dan daging plus brokoli saus tiram masuk ke mulutnya.

"Tunggu kali Nad." Nada menoleh, menghentikan suapan kala seseorang duduk di sampingnya.

"Ngapain Bang?" Pertanyaan bodoh memang saat melihat Rafa membuka styrofoam berisi nasi dan chicken katsu, ia benar-benar tak habis pikir dengan kakak tingkatnya. Nada kira saat Rafa meninggalkannya tadi urusan selesai. Tapi ternyata pria itu malah menyusul dan duduk bersamanya saat ini.

"Makanlah." Rafa mulai makan dengan lahap mengabaikan kernyitan heran Nada. "Ternyata makan disini lebih enak. Adem." Ujarnya disela kunyahan.

"Kamu bekal apa Nad?" Tanya Rafa saat gadis disampingnya makan dalam diam.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang