17 - Seutuhnya

2.8K 136 12
                                    

20+

Harap menyingkir anak dibawah umur.  Tetep nekat akibat ditanggung sendiri.

---

Suasana dalam kamar mandi benar-benar membuat Nada canggung luar biasa terlebih mata Edward yang tak pernah lepas dari tubuhnya. Gadis itu sedikit aneh dengan sikap Edward yang seperti baru pertama kali melihat wanita tanpa busana. Ditambah tak ada yang bisa dibanggakan tapi sikap pria itu seolah tubuhnya sempurna bak model diluaran.

"Shower or bathub?" Tanya Edward kian merapatkan tubuh setengah telanjang mereka berdua. Tangannya tak mau diam, menelusuri setiap inchi kulit sang istri

Nada menggeleng polos. Ia benar-benar tak tahu tentang itu semua. Sex adalah sesuatu yang baru untuknya.

Seakan tahu kebingungan Nada, tanpa banyak kata dengan tangan melingkar erat pada tubuh sang istri Edward membawa Nada kebawah shower. Jantungnya berdegup kecang, ia seperti remaja ingusan yang baru pertama kali  akan berhubungan badan. Seluruh tubuhnya bereaksi berlebihan. Mungkin ini yang dinamakan bercinta. Melakukan hubungan badan dengan orang yang dicintai memang memberikan cita rasa berbeda. Bukan hanya tubuh tapi juga hatinya terpuaskan.

Nada memegang pundak Edward saat pria itu menghimpitnya ke dinding. Tubuh mereka menempel erat membuat Nada bisa merasakan penis sang suami yang mengeras di perutnya. Ia benar-benar gugup sekali terlebih binar mata Edward yang sudah dipenuhi nafsu.

"Kamu merasakannya kan sayang? Mas benar-benar menginginkanmu sekarang." Bisik Edward serak seraya menggigit daun telinga Nada.

Gila! Rutuk Nada dalam hati.

"Mas!" Suara Nada tercekat saat Edward menggesekan kemaluan pada perutnya.

Edward tak menggubris, pria itu mulai menciumi wajah sang istri. Mulai dari dahi, kelopak mata, pipi dan terakhir bibir. Ia memagut bibir Nada penuh nafsu tapi tidak tergesa-gesa. Menyalurkan seluruh perasaan lewat ciuman dan sentuhan.

Tubuh Nada menegang kala Edward meremas pantatnya membuat penis pria itu yang sudah sekeras kayu semakin menekan. Ingin sekali protes tapi apa daya saat bibirnya terus dikuasai oleh Edward, mengambil nafaspun tak akan dihiraukan jika tak berontak terlebih dahulu.

Decapan basah dua orang yang tengah memadu kasih memenuhi seisi ruangan. Bahkan kali ini disertai lenguhan si wanita tat kala tangan si pria meremas dua gundukan di depan dadanya.

"Sshh Ma-as." Desah Nada tertahan. Gadis itu malu mengeluarkan suara-suara aneh itu. Desahan itu semakin keras saat jemari Edward berada di vaginanya.

Nada tidak tahu kapan tepatnya Edward melucuti pakaian dalam mereka. Karena kini mereka berdua sudah telanjang bulat. Mandi kali ini pasti akan lama sekali pikir Nada.

Nada menjerit tertahan kala jari Edward entah berapa masuk kedalam vaginanya. Tubuhnya berjingkat saat rasa tak nyaman sekaligus nikmat mendera.

"Relax sayang." Ujar Edward mengangkat sedikit tubuh Nada sembari terus menciumi area leher dan dada sang istri.

"Mas katanya kita mau mandi akhhhh Mass!" Jerit Nada saat Edward menghisap puting payudaranya cukup keras.

"Sorry." Kekeh Edward tak merasa berdosa sama sekali seraya mengusap puting yang tadi ia hisap dengan jempolnya. Sesekali meremasnya lembut.

Edward menyalakan shower membuat tubuh mereka basah. "Ini kita lagi mandi." Cengengesnya membuat Nada harus ekstra sabar. Pria itu sepertinya akan selalu seperti ini jika hanya mereka berdua.

"Tenang aku nggak akan merawanin kamu di kamar mandi." Edward kembali mempersempit jarak diantara mereka yang sempat merenggang.

"Dasar!" Nada tak tahu harus menanggapi seperti apa. Jujur ia malu sekali saat ini. "Ini gimana mau mandi kalo tubuh kita nempel terus." Lanjutnya kala Edward terus memeluknya dibawah guyuran air shower yang hangat lengkap dengan tangannya yang terus menyentuh sana-sini.

Pra-NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang