SEPULUH

43 7 9
                                    

Sagara berjalan cepat menuruni anak tangga dan langsung menuju dapur saat mendengar Bi Imah bernyanyi lagu 'Es Lilin'. Dengan santainya ia membuat Bi Imah terlonjak kaget.

"Eh, tahunya lompat-lompat! Tahunya lompat-lompat!" Bi Imah kelimpungan menjaga keseimbangan piring yang sedang di pegangnya.

"Atuh si aden mah ngagetin ih!" Bi Imah langsung mengeplak lengan Sagara.

"Aduh! Sakit atuh, Bi." Sagara mengusap lengan kanannya, lalu tertawa.

"Makanya jangan jahil sama Bibi." Bi Imah melenggang seraya membawa piring yang dipegangnya ke meja makan. Aroma tahu dan tempe goreng memenuhi seisi dapur.

Bi Imah menyusun piring, gelas, sendok, dan juga garpu. Ia menoleh ke arah Sagara yang sedang menuju ke meja makan seraya tersenyum senang.

"Kenapa senyum-senyum begitu?" Bi Imah sedikit merasa curiga. "Ada rencana mau bolos lagi ya?"

"Enggak atuh, Bi. Ini Saga justru semangat banget mau ke sekolah. Soalnya sekarang ada yang bikin semangat di sekolah." Sagara menaik-turunkan kedua alisnya seraya tersenyum senang. Bi Imah juga ikut senang melihatnya.

"Neng Selia, ya?" tebak Bi Imah sambil menuang air putih ke dalam gelas.

"Ck, bukan ih, Bi." Senyum Sagara seketika menghilang dari wajah tampannya itu. "Bibi sih, gak mengikuti Instagram Lambe Cahaya Bangsa. Jadinya kudet kan," sambungnya.

"Hah? Naon eta teh? Kupret?" tanya Bi Imah bingung.

"Kok jadi kupret sih, Bi." Sagara jadi tertawa sendiri mendengar Bi Imah yang kebingungan. "Kudet itu artinya kurang update, Bi."

Wanita paruh baya itu hanya manggut-manggut saja mendengar penjelasan Sagara padahal ia tidak mengerti arti dari 'kurang update'.

"Siapa sih? Kenalin atuh ka Bibi." Bi Imah jadi kepo kalau seperti ini.

"Nanti, Bi. Kalo udah resmi." Sagara tertawa kecil yang membuat matanya sedikit menyipit.

"Sagara berangkat ya, Bi." Ia menyomot tempe goreng dan langsung berjalan ke arah pintu--hendak meninggalkan dapur.

"Sarapan dulu, atuh." Bi Imah berkata.

Sagara melambaikan tangannya. "Udah telat, Bi."

Bi Imah mengernyitkan keningnya. Ini masih pagi tapi Sagara bilang sudah terlambat. Bi Imah merasa bingung. Ia tetap bersikeras menyuruh Sagara untuk sarapan dulu karena sarapan itu penting untuk tubuh kita sebelum beraktivitas.

Sagara memasukkan sisa tempe goreng ke dalam mulutnya. Bi Imah tidak tahu saja kalau maksud Sagara adalah takut telat bertemu pujaan hati, alias Alexa.

"Bibi masak sayur sop nih."

Langkah Sagara langsung terhenti saat mendengar kata 'sayur sop'. Itu adalah makanan kesukaan Sagara. Apalagi kalau Bi Imah yang masak. Beuhhh! Rasanya enak banget!

Sagara bergerak mundur perlahan sebanyak tiga langkah kemudian berbalik badan. "Ck, Bi Imah tau aja kalo Saga gak bisa nolak sayur sop buatan Bibi."

Sagara tersenyum saat melihat Bi Imah yang tersenyum senang. Ia segera mendekat ke meja makan dan mulai menarik kursi untuk diduduki. "Sorry, Xa. Perut aing meronta-ronta kalo udah denger sayur sop."

Sagara langsung mengambil nasi dan sayurnya. "Hayu, Bi. Makan bareng."

Bi Imah menolak. "Enggak. Nanti Bi Imah makan di belakang aja."

SAGARA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang