Seseorang turun dari motor KLX hijau setelah melepas helm yang dikenakannya. Dia adalah Revan.
Masih ingat dengan Revan? Dia adalah pacar Selia selain Sagara. Tapi sekarang tidak lagi. Revanlah satu-satunya pacar Selia saat ini.
Cowok itu memasuki tempat yang tidak terlalu ramai orang. Wajahnya langsung berseri saat melihat benda-benda yang terpajang rapi di dinding dan rak besar berwarna merah.
"Gila cakep banget!" serunya.
Kini Revan beralih menuju rak yang memajang pelek motor modifikasi. Lagi-lagi Revan terkagum melihat pelek motor yang saling berjejeran itu.
"Ckckck, keren banget. Berapa duit ya?" Revan mengusap-usap dagunya.
Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri Revan. Dengan ramahnya dia bertanya.
"Cari apa dek?"
Revan menoleh. "Eh, ini bang. Yang ini keren juga."
Pria itu mengikuti arah tunjuk Revan. Ternyata Revan menunjuk sebuah pelek berwarna silver. Pria itu mengangguk dan tersenyum. Selera Revan kalau soal motor memang tidak pernah salah.
"Oh, iya. Yang ini memang barang bagus dek. Baru datang kemarin. Sudah banyak juga yang terpikat dan bertanya-tanya soal harganya," jelas pria itu.
Revan membulatkan mulutnya. Kini dia berjalan mendekati rak berisi helm-helm modifikasi. Revan mengambil satu helm dan memperhatikannya dengan seksama.
"Ganteng banget lu," puji Revan pada helm itu.
"Apalagi kalo gue yang pake," sambung Revan.
Pria tadi menyahut. "Nah, yang itu juga baru datang kemarin dek. Banyak juga yang ngincer."
Revan mengangguk-anggukkan kepalanya. Saat Revan hendak melihat lagi helm-helm yang lain, datang seorang cewek berpakaian sama seperti Revan. Memakai seragam SMA.
"Revan!" serunya, membuat Revan menoleh.
"Eh, Sel. Udah sampe?" tanya Revan.
Selia mendengus sebal. Kenapa sih cowok itu suka menanyakan hal yang tidak penting? Jika Selia sekarang sudah ada di depan matanya untuk apa Revan bertanya lagi.
Revan tidak berniat menunggu jawaban dari pacarnya itu. Ia langsung berjalan dan melihat-lihat lagi helm dan berbagai macam barang lainnya.
Selia masih terus cemberut. Bahkan Revan lebih mementingkan helm dari pada dirinya.
"Aku kan bilang tadi kalo aku laper. Kenapa malah ngajak ketemuan di sini sih?" tanya Selia sebal.
"Helm lebih penting, Sel." Revan menjawab tanpa menoleh ke arah Selia.
"Kurang ajar," batin Selia.
"Kenapa gak ngajak ketemuan di restoran atau cafe aja sih. Malah kesini. Emangnya kita mau makan helm apa?!" Kesal Selia.
Karena tidak dipedulikan, Selia akhirnya mencak-mencak dan meninggalkan Revan yang masih asik dengan dunianya sendiri.
Terserah lah. Sekarang Selia akan mencari restoran terdekat dan makan sendiri. Sinting saja Revan itu. Bisa-bisanya helm lebih penting dari pada urusan perut.
Pria tadi yang bertugas melayani pembeli pun hanya bisa diam saja melihat kepergian Selia. Mau ikut campur rasanya tidak sopan.
Merasa tidak ada yang lebih bagus dari helm yang dipegangnya, Revan pun memutuskan untuk bertanya tentang helm itu saja.
"Yang ini berapa bang?" Revan mengangkat helm yang dipegangnya.
"Itu harganya dua juta tiga ratus ribu, dek." Pria tadi memberi tahu Revan tentang harganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (ON GOING)
Teen FictionSagara adalah orang paling beruntung karena terlahir di keluarga yang kaya raya, memiliki wajah tampan, menjabat sebagai kapten basket juga menjadi most wanted. Tapi semua itu tidak ada artinya bagi Sagara. Keluarganya hancur bahkan ayahnya pun bert...