Para murid mulai berhamburan keluar kelas setelah bel pulang berbunyi. Ini merupakan rutinitas yang paling ditungggu-tunggu oleh setiap murid.
Aneh memang. Saat mereka baru sampai di sekolah dan bel masuk berbunyi, mereka sama sekali tidak bersemangat. Sebaliknya, saat bel pulang berbunyi rasa semangat pun langsung berkobar di dada setiap murid.
Hanya satu murid yang rasanya tidak senang mendengar bel pulang berbunyi. Dia Luna Anggia. Bahkan dirinya pun belum beranjak dari tempat duduk.
Luna sengaja memilih untuk pulang terakhiran. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi nanti dan tentunya berhubungan dengan mantan pacarnya itu, Jordan.
Setelah kelas benar-benar kosong, sama sekali tidak ada penghuni selain dirinya, Luna pun akhirnya beranjak dari bangkunya. Sebenarnya ia malas keluar kelas, tetapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin dia menginap semalaman di dalam kelas kan?
Luna pun berjalan menuju pintu dengan rasa malas. Gaya jalannya bagaikan mayat yang dipaksa berjalan. Tak perlu waktu lama, kini Luna sudah berada di depan pintu kelasnya.
Benar dugaan Luna, cowok itu sudah duduk santai menunggunya sambil memainkan ponsel. Luna mencoba tidak peduli dan langsung jalan saja.
Tetapi ternyata Jordan melihat Luna dan dengan segera ia menghampiri Luna. Jordan menarik tangan Luna kasar.
"Aduh!" pekik Luna.
"Mau kemana lo?" Bukannya merasa bersalah karena telah bersikap kasar, Jordan malah semakin menguatkan cengkeraman nya di tangan Luna.
Untunglah Luna bukan tipe cewek yang menye-menye, yang akan merengek kesakitan karena tangannya di cekal kuat. Luna tidak selemah itu. Bahkan Luna tidak peduli tangannya yang sudah memerah karena ulah mantannya itu.
"Tadi istirahat kenapa gak ke kantin?!" Suara Jordan meninggi.
Luna menatap sengit Jordan, "bukan urusan lo."
"LUN!" Jordan berteriak.
"Cukup ya, Lun! Gue capek kayak gini terus," sambungnya.
"Bagus kalo lo capek. Gue juga udah bilang kita udah selesai kan? Gak ada yang minta lo buat ngejer-ngejer gue." Luna berujar.
"LUN!" Tangan Jordan bergerak hendak menampar Luna.
Hanya berjarak satu jengkal lagi tangan Jordan mengenai pipi mulus milik Luna. Tetapi dengan sigap Luna mengambil tangan Jordan dan menyentaknya kasar.
Jordan benar-benar sedang menguji sifat tomboy Luna. Dia belum tahu saja bagaimana sifat Luna. Bukan hanya Jordan, semua orang bahkan tidak tahu Luna itu sebenarnya seperti apa orangnya. Hanya ada satu orang yang tahu, yaitu sahabat dekatnya. Sagara.
"Lun, sorry. Gue gak sadar tadi hampir mau nampar lo." Jordan berkata.
"Cih. Gak sadar lo bilang?" Luna menggelengkan kepalanya.
"Lun, iya gue salah, gue minta maaf." Jordan masih berusaha mendapatkan maaf Luna.
Luna menghela napas. "Gak ada yang perlu dimaafin. Gue udah bilang kita udah selesai."
"Gak bisa, Lun. Gue gak mau. Gue gak mau kita udahan," kata Jordan.
"Gue sama Sahla gak ada hubungan apa-apa. Lo mau ya, balikan sama gue?" pinta Jordan.
Luna menggeleng pelan seraya terkekeh. Ucapan yang keluar dari mulut cowok ini tidak bisa dipegang sama sekali. Apa kalian percaya pada pendapat Luna? Kalau tidak, mari kita buktikan.
"Lun, kasih gue kes--"
"Kak Jordan!" Suara cewek berambut panjang itu terdengar memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (ON GOING)
Ficção AdolescenteSagara adalah orang paling beruntung karena terlahir di keluarga yang kaya raya, memiliki wajah tampan, menjabat sebagai kapten basket juga menjadi most wanted. Tapi semua itu tidak ada artinya bagi Sagara. Keluarganya hancur bahkan ayahnya pun bert...