TUJUH

157 36 114
                                    

Darren sedang berjalan santai di koridor utama. Ia menyugar rambutnya yang setengah basah karena habis keramas pagi ini.

"Yoi," balas Darren pada cowok yang menyapanya.

Sesekali Darren mengedipkan matanya ke arah cewek-cewek yang berjingkat-jingkat kesenangan melihat dirinya. "Hai cantik," sapa Darren.

Ia bersiul ringan seraya memperhatikan halaman sekolah. Sekolahnya ini sangat asri, di mana-mana ada pohon yang rimbun. Jadi tidak akan kepanasan ataupun kehujanan saat beraktivitas di lingkungan sekolah.

Tiba-tiba sekelebat rambut panjang terlihat dari balik pohon besar diikuti suara cekikikan perempuan. Darren membuka matanya lebar-lebar. Apa dia tidak salah lihat?

Darren mengucek matanya perlahan. Jangan-jangan ini efek dari minum-minum di bar semalam. Tetapi ia tidak minum terlalu banyak kok, lalu apa yang barusan ia lihat itu?

Darren bergidik sambil mengelus leher bagian belakang. Ah, sudahlah. Darren tidak peduli sekalipun itu makhluk tak kasat mata, toh ia juga tidak mengganggunya.

"Iya sayang, tenang aja." Terdengar suara cewek dari balik pohon itu.

Tunggu, Darren mengenal suaranya. Itu suara Selia. Darren menghentikan langkahnya, ia berbalik dan mulai mengintip dari balik pohon.

Benar. Itu Selia. Darren mengarahkan telinganya untuk menguping pembicaraan Selia dan seseorang di telepon. Entah mengapa Darren berinisiatif untuk menguping.

"Ck, iya Revan."

Darren mengernyit heran. Tadi Selia menyebut kata 'sayang'. Ia kira Selia sedang bicara dengan Sagara melalui sambungan telepon. Tapi apa yang barusan Darren dengar, Selia menyebut nama cowok lain.

Darren terlihat berpikir keras sampai akhirnya ia paham. Ia langsung merogoh saku celana abu-abunya itu dan mengambil ponselnya. "Haha, kena lu."

Darren menyeringai, ia yakin sekali bahwa Selia sedang berbicara dengan selingkuhannya. Darren langsung merekam dari balik pohon.

"Hah? Dua minggu lalu baru di servis loh."

"Iya Revan sayang, tenang aja. Iya, nanti aku bakal minta uang sama Sagara buat servis motor kamu itu," ujar Selia.

"Anjir nih cewek," gumam Darren.

Ternyata selain matre Selia juga tukang selingkuh. Darren tidak habis pikir, bisa-bisanya Sagara mau berpacaran dengan Selia. Padahal banyak cewek lain yang mengejar-ngejar dirinya.

"Bye, honey." Selia memutuskan sambungan teleponnya.

Selia menghembuskan napas kasar. "Punya cowok yang satu ATM berjalan, yang satu tukang ngabisin duit. Gue putusin ajalah Revan," ujarnya.

Darren menahan tawanya. Selia tidak tahu saja bahwa Sagara sudah berencana akan memutuskannya hari ini. Semalam Sagara sudah bilang di grup Whatsapp.

Selia mengibaskan rambutnya. Melihat keadaan sekitar. Aman, pikirnya. Ia memutar balik badannya, membuat Darren refleks menarik dirinya ke balik pohon agar tidak ketahuan.

Selia melangkah pergi dari tempat itu. Tidak lama kemudian datanglah Jessica, dayangnya Selia. Eh, maksudnya temen Selia. Mereka berdua berjalan menuju kelas mereka.

Darren menghentikan proses merekam kejadian itu sambil menatap kepergian Selia dan Jessica. Ia menggelengkan kepala dan tersenyum. Hari ini tamat sudah riwayat Selia.

Darren langsung buru-buru menuju kelas. Ia ingin cepat-cepat menunjukkan video itu pada Sagara dan teman-teman yang lain. Tentu saja, admin lambe SMA Cahaya Bangsa itu mulutnya sudah gatal untuk memulai pergibahan.

SAGARA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang