Di sebuah lahan yang cukup luas, terlihat gundukan sampah menjulang tinggi memenuhi tempat itu. Bau busuknya pun menyengat ke mana-mana.
Meski begitu, tidak menyurutkan semangat anak-anak yang sedang membaca dan juga bermain. Mereka bahkan tidak peduli bau busuk yang menyengat, atau bahkan mereka sudah terbiasa dengan kondisi itu.
Anak-anak berlarian kesana kemari, tidak peduli teriknya matahari menyengat kulit mereka. Seorang anak mengambil buku yang sudah lusuh dan membacanya. Dia terlihat kebingungan.
"Kamu lagi baca apa?" Anak perempuan di sampingnya memperhatikan.
Anak itu menggeleng. "Aku gak tahu, aku cuma liat gambarnya aja."
"Gak apa-apa. Nanti kita belajar sama-sama ya," ucap gadis kecil bernama Viola.
Kedua gadis itu terlihat asik memperhatikan gambar-gambar yang ada di buku. Viola menoleh ke arah teriknya matahari, matanya langsung menyipit. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke arah gundukan sampah.
"Halooo!" seru seorang cowok yang baru saja muncul dari balik gundukan sampah yang menjulang tinggi itu.
Wajah Viola dan anak-anak yang lainnya langsung sumringah melihat kedatangan laki-laki itu.
"Wah! Bang Saga udah dateng!" seru Viola dengan mata yang berbinar.
"Bang Saga!"
"Wah, Bang Sagara!!!"
"Yeyy! Bang Saga."
Semua anak terlihat gembira menyambut kedatangan Sagara. Mereka semua langsung berlarian memeluk Sagara.
"Eh, eh! Hahaha!" Sagara terkekeh.
Cowok itu mengangkat dua kantong plastik besar yang dibawanya, supaya tidak tersenggol anak-anak yang sedang berdesakan menghampirinya.
"Kalian lagi pada ngapain nih?" tanya Sagara kemudian.
"Lagi main, bang!"
"Aku tadi baca buku!"
"Aku belajar, bang!"
Sagara tersenyum sambil mengelus puncak kepala seorang anak.
"Ya udah, main sama belajarnya dilanjut nanti ya. Sekarang kita makan dulu," ucap Sagara.
Sagara mengangkat dua kantong plastik berwarna merah yang ada ditangannya. Ternyata ia membawakan makanan untuk anak-anak itu.
Semuanya menangguk senang dan langsung mengambil satu per satu nasi bungkus. Sagara tertawa kecil melihat anak-anak yang ada di depannya ini.
"Jangan rebutan ya, semuanya kebagian tenang aja."
Setelah semua mendapatkan nasi bungkus, Sagara langsung mengajak mereka ke gubuk untuk makan di sana. Karena tempat itulah yang lumayan jauh dari gundukan sampah.
"Sebelum makan harus apa dulu?" tanya Sagara.
"CUCI TANGAN!!!" seru anak-anak itu.
Mereka semua meletakkan nasi bungkus di kursi yang terbuat dari bambu dan berlomba-lomba untuk mencuci tangan. Sagara tersenyum sambil mengawasi.
"Cuci tangannya yang bener ya, harus bersih. Kalo gak bersih gak boleh makan nih," ucap Sagara tegas.
"SIAP BANG!!"
Setelah selesai mencuci tangan semuanya kembali ke gubuk untuk memakan makanan mereka. Sebelum itu mereka membaca doa terlebih dahulu.
Mereka mulai menyantap makanan dengan lahap. Sagara yang juga ikut makan bersama mereka tersenyum saat melihat raut bahagia terpancar dari wajah anak-anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (ON GOING)
Teen FictionSagara adalah orang paling beruntung karena terlahir di keluarga yang kaya raya, memiliki wajah tampan, menjabat sebagai kapten basket juga menjadi most wanted. Tapi semua itu tidak ada artinya bagi Sagara. Keluarganya hancur bahkan ayahnya pun bert...