Sebuah motor ninja berwarna hitam memasuki pekarangan rumah yang mewah nan megah. Cowok itu mematikan mesin motornya kemudian melepaskan helm dari kepalanya.Ia turun dari motor sambil merapihkan rambutnya. Menatap dirinya di kaca spion lalu bersiul sejenak.
"Emang pesona Sagara gak ada tandingannya," ujar cowok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Sagara sendiri.
Cowok itu berjalan sambil menilik jam hitam yang terlilit di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.45 dan ia baru sampai dirumah masih dengan seragam sekolahnya. Ini bukan hal yang patut untuk dikagetkan karena memang sudah rutinitas Sagara pulang diatas jam delapan malam.
Ia menoleh ke arah kanan, tempat dimana ia memarkirkan motornya tadi. Di sana terlihat sebuah mobil sedan hitam terparkir dengan antengnya di dekat motor. Sagara mengalihkan pandangannya dengan perubahan raut wajah yang kentara sekali.
Jika ada mobil sedan hitam di rumahnya, sudah bisa dipastikan bahwa laki-laki pemilik mobil sedan hitam itu ada di dalam rumah. Sungguh, Sagara sedang lelah saat ini dan tidak berniat untuk cekcok dengan laki-laki itu.
Baru saja Sagara hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, suara laki-laki itu menghentikannya di depan pintu. Ia menghadang jalan yang akan dilalui oleh Sagara.
"Dari mana saja kamu?! Jam segini baru pulang." Laki-laki itu masih menggunakan kemeja kantornya dengan bagian lengan digulung sampai ke siku, lengkap dengan dasi sedangkan jas nya tergeletak di sofa.
"Bukan urusan anda." Sagara menjawab datar.
"Tentu saja ini urusan saya!" balas laki-laki itu sengit. "Dari mana kamu?!" Ia mengulangi pertanyaannya.
Sagara sebenarnya sedang malas berdebat, tetapi dia merupakan tipe orang yang kalau sudah dipancing ya hayuk-hayuk saja.
Sagara mengalihkan tatapannya pada meja kaca yang terletak di depan sofa. Di sana tergeletak 2 botol minuman keras, kulit kacang yang berserakan sampai ke lantai, juga lipstik yang tutupnya masih terbuka.
Sagara tersenyum miris, memang itulah yang biasa dilakukan oleh papanya. Dia sudah tidak heran lagi.
"Budek?!" Suara Bram, Papanya, membuat Sagara refleks menoleh.
"Saya habis mabuk-mabukan." Sagara menjawab asal.
Bram memelotot, anaknya itu mana mungkin mabuk-mabukan. Mencium aroma alkohol saja ia tidak suka. Jadi, sudah jelas Sagara menjawab pertanyaannya barusan dengan maksud menyindir dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (ON GOING)
Teen FictionSagara adalah orang paling beruntung karena terlahir di keluarga yang kaya raya, memiliki wajah tampan, menjabat sebagai kapten basket juga menjadi most wanted. Tapi semua itu tidak ada artinya bagi Sagara. Keluarganya hancur bahkan ayahnya pun bert...