TUJUH BELAS

38 2 0
                                    

Terlihat 4 orang cowok tengah duduk santai sambil bercanda ria di kantin sekolah. Di depan mereka terdapat beberapa gelas berisi es jeruk yang jumlahnya sesuai dengan mereka.

"Eh, Do, nyicip es jeruk lo dong." Kibo menunjuk gelas es jeruk milik Nando.

"Lo kan sama aja pesennya es jeruk," heran Nando.

"Ya, kali aja jeruk yang punya gue dari kalangan bawah, nah yang punya lo dari kalangan atas gitu kan, kali aja beda manisnya." Kibo berujar.

"Mane ade kayak begitu, Kibo." Nando sungguh tidak mengerti jalan pikiran Kibo.

"Hahaha, goblok luuu." Darren mengusap asal wajah Kibo.

"Zi, liat nih. Temen lu ngadi-ngadi, Zi." Nando menyikut lengan Fauzi dan dibalas kekehan olehnya.

"Emang begitu anaknya, maklumin aja." Fauzi terkekeh pelan.

Dari kejauhan, Fauzi melihat Sagara yang tengah berjalan ke arah mereka. Dengan jahilnya Sagara mengambil gelas milik adik kelas dan menaruhnya di meja lain. Tentu saja adik kelas itu merasa jengkel tetapi ia tidak berani melawan kakak kelas.

Sagara semakin dekat dan memberi kode pada Fauzi untuk tidak memberitahu yang lain. Fauzi yang memang tidak memiliki niat sedikitpun untuk melakukan itu hanya diam saja menunggu.

Sagara mengurangi kecepatan langkahnya, kali ini sasarannya adalah Kibo. Saat ia sudah berada tepat di belakang sasaran, langsung saja Sagara memulai aksinya yaitu menggelitik Kibo.

"Anjing! Eh, woi apaan, geli anjeeengg!!"

"Heh, setan! Siapa sih, gue gaplok ya lo!"

"Woiiiii, geliiiii anjirrr!!!"

Kibo terus menggeliat sambil berteriak heboh. Cowok dengan rambut kribo itu memang terkenal tidak suka digelitiki. Seperti sekarang, entah sudah berapa banyak kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya itu.

"HAHAHAHAHA!!!" Sagara tertawa puas. "Dahlah, kesian ntar anak orang meninggoy."

Darren dan Nando terlihat sangat puas melihat salah satu temannya ternistakan. Fauzi juga terkekeh dan menggeleng pelan.

"Emang dasar lu ye, Sagara!" Kibo mendengus jengkel.

"Ini udah kesekian puluh juta ribu ratus delapan puluh ribu juta lo gelitikin gue," sambung Kibo.

Sagara mengernyit seraya memonyongkan bibirnya itu. Ia manggut-manggut, mencoba meledek dan menggoda temannya itu.

"Bodo. Kesel banget gue, dosa lo banyak banget ke gue. Gue resign aja dah jadi temen lu. Gue keluar dari tim basket ini. Bye!!" Kibo merajuk dan beranjak pergi.

"He'eh terus?" tanya Darren yang bertopang dagu melihat Kibo pergi meninggalkan meja mereka. Kibo menoleh.

"Apa? Yaudah lanjut aje sono!" usir Nando.

Kibo mendengus lalu mencak-mencak kembali ke meja mereka. Ia duduk dengan raut wajah kusut bagai baju yang belum disetrika.

"Emang bener-bener kebangetan lo pada. Bukannya gue ditahan biar kagak pergi malah diusir. Pertemanan macam apa ini, hah?! Pertemanan macam apa?"

"AHAHAHASUUU!!" Darren menggebrak meja.

"SABAR NANDO JANGAN KETAWA NANDO, JANGAN KETAWA. PFTT!! YA KETAWA LAH ANJIR MASA KAGAK, NGAKAK BANGET WOII!!" Nando memukul pelan lengan Kibo.

Sagara yang sudah lelah tertawa langsung menyambar gelas es jeruk milik Kibo dan meminumnya. Alhasil, air di dalam gelas itu kini hampir habis.

"Mbak Marni baksonya satu, yang kayak biasa!" seru Sagara.

SAGARA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang