Sagara tampak celingak-celinguk mencari rumah eyang. Setelah kurang lebih 10 menit ia mencari, akhirnya muncullah seorang gadis dari balik pagar berwarna hitam. Sagara langsung menghampiri gadis itu dengan motornya."Lama amat sih!" Gadis itu menyedekapkan kedua tangannya.
"Gue salah rumah anjim." Sagara melepas helm yang ia kenakan, lalu meletakkannya di jok motor.
"Hah? Serius lo?" Gadis cantik itu terbahak mendengar penuturan Sagara. "Makanya, bego jangan dipelihara."
"Situ berasa pinter?" Sagara tidak terima dengan ucapan cewek tomboy di depannya ini.
Mereka berjalan beriringan memasuki rumah berwarna putih. Rumah yang cukup megah. Bahkan bisa dibilang terlalu megah untuk ditinggali oleh dua orang. Oh ralat, tiga orang bersama ART.
"Eyang, tukang pos dateng!" ucap gadis dengan baju kaos berwarna biru dan celana jeans pendek itu.
"Yee, mulut!" Sagara langsung mengapit leher gadis itu dengan lengannya, untung saja tidak kecekik.
Gadis itu memukul-mukul dan menarik tangan Sagara agar menjauh dari lehernya. Sagara justru semakin menguatkan tangannya.
"Eyang! Liat nih Sagara mau bunuh Luna." Gadis yang bernama Luna itu langsung menggigit tangan Sagara, karena hanya itulah yang bisa membebaskannya dari Sagara.
"Gelo sia!" Sagara mengelus-elus tangannya.
Luna hanya terkekeh. Sedetik kemudian ia menjulingkan matanya dan meleletkan lidah mengejek Sagara.
Luna adalah teman Sagara. Lebih tepatnya teman dekat Sagara. Mereka bersahabat sejak masih duduk di bangku SMP. Kemana-mana selalu berdua, sampai orang-orang menyebutnya kembar siam.
"Sagara! Eyang kangen tahu nggak?" Eyang langsung datang dan memeluk sahabat cucunya itu.
Sagara membalas pelukan eyang. "Saga juga kangen Eyang."
Mereka akhirnya melepaskan pelukan kerinduan itu. "Enakan punya cucu kayak Saga daripada cucu kayak Luna yang ga ada akhlaknya itu kan, Eyang?"
Luna mendelik tajam. "Heh! Lo lebih gak ada akhlaknya dibanding gue."
Eyang hanya terkekeh melihat tingkah dua sahabat yang seperti Tom & Jerry ini. Mereka berdua memang seperti itu, Luna yang tomboy dan Sagara yang playboy. Perpaduan yang sangat klop.
Eyang mengajak Sagara untuk duduk di sofa, di sampingnya. Eyang mengusap lembut kepala Sagara lalu tersenyum hangat padanya. Ia sudah menganggap Sagara seperti cucunya sendiri.
"Gimana kabar kamu?" Eyang membuka obrolan.
Sagara menghela napas. "Ya gitu deh, Eyang." Sagara mengangguk-anggukan kepalanya. "Baik."
"Sekolah kamu?"
"Masih sama, Eyang. Masih ada atap sama jendelanya," jawab Sagara asal.
Eyang mengeplak lengan Sagara sambil tertawa ringan. Sagara selalu bisa membuat orang lain tertawa dengan mudahnya.
"Papa?" tanya Eyang lembut, karena Eyang tahu Sagara sangat sensitif bila ditanya soal keluarganya.
"Masih hidup," jawab Sagara santai.
Eyang menghela napas lalu tersenyum pada Sagara. Ia mengelus punggung cowok itu. Mencoba memberi dukungan pada Sagara. Eyang dan Luna tahu tentang permasalahan keluarga Sagara tetapi hanya sekilas. Sagara sendiri juga belum sepenuhnya tahu mengapa keluarganya bisa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA (ON GOING)
Teen FictionSagara adalah orang paling beruntung karena terlahir di keluarga yang kaya raya, memiliki wajah tampan, menjabat sebagai kapten basket juga menjadi most wanted. Tapi semua itu tidak ada artinya bagi Sagara. Keluarganya hancur bahkan ayahnya pun bert...