I Love You

1.6K 96 20
                                    


Pemuda itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari Komaeda. Matanya terus mengikut setiap gerak-gerik yang di buat oleh teman sekelasnya itu. Wajahnya menghangat, dadanya berdebar hebat, pikirannya kacau. Keberadaan Komaeda terlalu menarik perhatiannya.

"Hey Hinata ngapain bengong di situ?" Lamunannya di buyarkan oleh suara seseorang yang menyapanya. Kazuichi memukul pelan punggung pemuda yang masih terlihat ling-lung itu. "Bagaimana kalau hari ini kau menemaniku dan anak lak-laki lainnya untuk pergi ke pantai?" tawar temannya yang bergigi tajam itu.

"Ooh...." Hinata menggaruk belakang lehernya dengan canggung. Sebagian dari dirinya senang di ajak ikut bermain namun sebagian dirinya yang lain merasa enggan. Saat ini dia sedang tidak ingin berinteraksi dengan anak laki-laki, terutama kalau ada Komaeda.

"Maaf.....aku sedang tidak enak badan," Hinata menolak tawaran Kazuichi. "Mungkin kalau aku sudah lebih baikan....." Pemuda itu tersenyum segan, sedikit merasa bersalah karena telah pura-pura sakit di depan teman-temannya. Semoga saja tidak jadi kebiasaan buruk.

"Tidak masalah!" Walau ajakannya di tolak, Kazuichi masih nampak bersemangat. "Istirahat yang banyak Hinata," serunya sebelum yang di maksud keluar dari area restoran hotel.

Sampai di dekat kolam renang, masih ada seseorang lagi yang masih membutuhkannya. "Hinata-kun!" seru orang itu dari belakang. Hinata tak langsung menoleh ke sumber suara, seketika seluruh badannya menjadi kaku.

"Hinata-kun~"

Suara itu semakin mendekatinya. Mau kabur namun tubuhnya tak bisa diajak bekerja sama.

"Kudengar dari Kazuichi kau tidak enak badan. Benarkah?" tanya Komaeda yang seenaknya saja mencengkram kedua sisi pundak Hinata dan memutar tubuh pemuda yang saat ini wajahnya memerah padam.

"Oh rupanya benar. Wajahmu merah sekali," komen pemuda berjaket hijau itu. HInata hendak melangkah mundur namun pegangan Komaeda lebih kuat daripada kelihatannya, membuatnya hampir mustahil untuk kabur.

"Ko-komaeda...." panggil Hinata lirih. Tak bisa memakai tenaga. Entah bagaimana caranya ia ingin si empunya nama untuk menjauh darinya. Komaeda terlalu dekat, kening mereka saling bersentuhan.

"Ne Hinata-kun," Komaeda merangkul tubuh Hinata, melingkarkan lengannya ke pinggang teman sekelasnya yang sepertinya hampir pingsan itu. "Biarkan aku merawatmu," ujarnya tepat di sebelah telinga lawan bicaranya.

"Ter--terima kasih tapi kau tidak perlu melakukannya," dari semua orang ia tidak mau berdekatan dengan Komaeda seorang. Lalu kenapa malah dia yang menawarkan diri untuk merawatnya!?

"Ayolah Hinata-kun," pemuda berkulit pucat itu sedikit memaksa. "Aku tidak begitu suka bermain di pantai. Lebih baik aku menemanimu kan," ujarnya dengan senyuman kecil menghiasi wajah tampannya.

Nafas Hinata tersenggal-senggal. Dia tak mampu untuk bertahan lebih lama lagi. Komaeda Nagito, dia adalah subjek yang menjadi obsesinya akhir-akhir ini. Entah sejak kapan, Hinata telah jatuh cinta pada teman sekelasnya.

"La-lakukan sesukamu," menyerah. Akhirnya Hinata membiarkan Komaeda membantunya berjalan. Ia bahkan membiarkan Komaeda mengendongnya sampai di atas kasur, terlebih lagi dengan gaya pengantin.

"Komaeda," berbaring di atas ranjang. Hinata menjulurkan tangannya untuk menggapai wajah si pemilik nama. "Aku........" Tangannya berhenti, ia mengurungkan diri untuk menyentuh kulit pucat pemuda di atasnya.

"Terima kasih," ucapnya setelah itu. Lalu tersenyum tipis berusaha meyakinkan Komaeda untuk melupakan tindakannya barusan. "Aku mau istirahat," lanjutnya sebelum memejamkan kedua matanya.

Bitter Sweet MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang