Note: Wanabe sequel
...
Akhir-akhir ini ia merasakan tatapan Hinata selalu mengikutinya kemana saja---dia mengamatinya seakan-akan Komaeda adalah sebuah objek penelitian.
Komaeda menghela nafas panjang sebelum menyeruput kopi hitamnya. Dia senang Hinata mulai memperhatikannya---namun tatapan pria tersebut terlalu intens dan malah membuatnya risih.
"Daripada mengamati ku seperti itu bukannya lebih baik dia segara mengaku?" Komaeda mengeluh di dalam hati seraya semakin bersandar ke sofa empuk yang berada di ruang tengah.
Tangannya membalik halaman buku namun matanya melirik ke arah Hinata yang rupanya masih diam menatap ke arahnya---tanpa melakukan tugasnya.
"Dasar Tsundere...." komen Komaeda yang lebih baik disimpannya dalam hati.
Diakuinya kepribadian Hinata yang suka kontradiksi dengan perasaannya sendiri sangatlah menggemaskan.
Masalahnya. Dalam kasus ini, kepribadiannya itu sudah seperti sebuah penyakit langka yang membuat pria tersebut selalu kabur di saat-saat genting.
"Bahkan setelah Ouma-kun datang dan mengatakan hal yang tidak-tidak pun...."
"Dia masih bersi kukuh tidak menjawab pertanyaanku....."
Komaeda menutup bukunya lalu menggosok dagunya. Pikirannya fokus untuk mencari jawaban atas perilaku Hinata yang tidak mau jujur terhadap perasaannya sendiri.
"Apa yang membuatnya keras kepala sampai menolak ku sejauh ini?"
Merasa penasaran, Komaeda bangkit dari tempat duduknya lalu mendatangi Hinata yang menyibukkan diri di depan tumpukan baju yang baru saja selesai di jemur.
Hinata duduk di atas karpet, tidak jauh dari sofa yang tadi di duduki oleh Komaeda.
"Ne Hinata-kun," mendengar panggilan yang sudah lama tidak ia gunakan membuat si empunya nama melonjak kaget sebelum menoleh ke arahnya dengan wajah tersipu malu-malu.
"Ke--kenapa tiba-tiba kembali formal?" tanya Hinata gugup sambil menggeser mundur pantatnya agar tak terlalu dekat dengan majikannya----yang hari ini pun terlihat mempesona.
"Apa aku harus mulai memanggilmu Hajime?" Komaeda menggoda seraya tersenyum kalem----hal itu membuat kulit wajah si pemilik nama memerah padam dengan asap yang mengepul keluar dari puncak kepalanya.
"Hi--hinata!" teriak pria berkulit tan itu. "Pa--tetap panggil aku Hinata saja!!" mintanya lalu menutupi mukanya yang terasa panas dengan kedua telapak tangannya.
"Lucu," komen komaeda di dalam hati. Reaksi Hinata membuatnya semakin ingin menggodanya lebih lama.
Walau pikirannya berkata demikian namun sinar matanya bersinar lebih redup----terkesan dingin. Dia tidak menyadari tatapan matanya tersebut menakuti Hinata.
Komaeda mengulurkan tangannya sampai ujung jarinya yang panjang berhasil menyentuh daun telinga pria di hadapannya.
Tidak pernah sekalipun ia berpikir akan ada saat dimana ia akan tergila-gila oleh seorang lelaki tanpa talenta----khususnya Hinata yang seperti nya bisa tetap percaya diri walau bukan seorang Ultimate.
"Tapi hanya dia seorang yang mau mencoba memahami ku," pikirnya sambil memasang senyuman kecil----sekilas sinar matanya yang terkesan dingin berubah menjadi lebih hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Moments
FanfictionHanya sekumpulan cerita KomaHina (Komaeda x HInata) Ini dibuat pada waktu senggang dengan alur cerita yang ringan dan langsung pada intinya. WARNINGS: Mature Contents! Boys Love! Vulgar Languanges! (18+)