Lazy Parallel

419 37 31
                                        

Note: kali ini plot ceritanya dapat dari IchijouinKirara makasih untuk idenya~~

...

Namaku Hinata Hajime, salah satu murid dari SMA Puncak Harapan. Walau tidak memiliki talenta apapun, aku masih bisa bersekolah di sana dengan mengikuti program yang menjadikanku sebagai murid cadangan.

Sementara orang yang berdiri di sampingku saat ini adalah murid dari kelas reguler, Komaeda Nagito seseorang yang mendapatkan gelar sebagai "Ultimate Lucky Student"

Saat ini kami berdua berdiri di depan kaca kamar mandi sekolah.

Sesekali aku menghela nafas seraya melirik ke arah orang di sebelahku. Bagaimana bisa aku berurusan dengan lelaki aneh yang dirumorkan mempunyai fetish seksual terhadap "Harapan" dan "Talenta?"

Ini semua berawal dari kami berdua yang tanpa sengaja berpapasan di tangga menuju lapangan sekolah---Pagi ini semua murid di kumpulkan untuk melakukan upacara penerimaan murid baru. Kami berdua sama-sama terburu-buru lantaran terlambat mengikuti acara tersebut. Namun karena arah datang kami berlawanan, kita bertubrukan dan alhasil kami berdua jatuh dari tangga.

Singkat cerita. Karena insiden tersebut lah kita berdua harus terjebak di kamar mandi sambil memandangi cermin. Kenapa? Tidak, kita tidak terluka. Sebaliknya, akan lebih baik kalau saat ini aku hanya mengalami patah tulang atau sejenisnya.

Dibanding aku harus melihat tubuhku di pakai orang lain.

Di sebelahku berdiri seorang pemuda bersurai coklat dengan potongan rambut pendek sedikit jabrik. Ia memakai seragam kelas cadangan yang mempunyai desain blazer berwarna hitam. Papan namanya yang tertempel di seragam bagian dada kirinya bertuliskan "Hinata Hajime" yang seharusnya merupakan namaku.

Sedangkan aku. Kini mempunyai tubuh tinggi dan kurus, bersurai putih dan berkulit albino. Rambut ku yang panjang sampai menyentuh bawah leher membuatku sedikit tidak nyaman. Setidaknya, dengan melihat diriku yang sedang mengenakan seragam kelas reguler, moodku sedikit membaik.

Aku tersenyum masam di depan kaca. Sementara orang di sebelahku memasang senyuman yang tak bisa kudiskripsikan----siapa sangka aku bisa membuat wajah seperti itu?

"Um....Komaeda kan namamu?" tanyaku untuk menarik perhatiannya. Senyuman yang sebelumnya berubah menjadi senyuman tipis yang membuat raut wajah (Hinata Hajime) terlihat sangat kalem.

Dia mengangguk mantap. "Tapi untuk saat ini. Sebaiknya kau mulai membiasakan diri memanggilku Hinata-kun," ujarnya dengan suara kekanakan yang tak pernah kupakai seumur hidupku.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk meniru kebiasaanmu. Jadi kumohon kau juga berusaha sebisa mungkin untuk meniruku...." kataku seraya bersedekap dada di depannya.

"......menirumu huh?" komennya lalu menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rasanya aneh sekali, di tatap seperti itu oleh dirimu sendiri. "Ngomong-ngomong apa yang terjadi dengan talentaku? Asal kau tahu talentaku bisa membunuhmu," tambahnya lalu berjalan berputar mengelilingiku.

"Ta-talentamu berbahaya?" tanyaku lirih. "Kukira talentamu cuma membuat dirimu beruntung. A-apa ada suatu sistem atau syarat untuk mengaktifkannya?" Tatapan orang itu membuatku gugup. Padahal dia sedang memakai tubuhku.

Sesaat ia terlihat terkejut, lalu kembali tersenyum penuh arti. "Oh rupanya kau cepat tanggap Komaeda," ia memuji ku seraya menepuk pelan pundak kananku. Dan dia sudah mulai memanggilku dengan namanya sendiri.

Kurasa dia tipe yang cepat beradaptasi huh----sangat berbeda dengan diriku. Aku masih belum bisa menerima kenyataan kalau badanku sudah bukan lagi milikku.

Bitter Sweet MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang