The Realist

278 27 8
                                    

Note:
ini adalah request dari alnelvn garis beras cerita adalah punyanya. Disini aku cuma mendetailkan nya. karena aku kurang begitu paham apa itu angst entah memuaskan atau tidak yang pasti semua cukup buat asupan hehehe ......

Happy reading!!!


OXO

SMA HARAPAN sesuai dengan namanya sendiri, sekolah tersebut dari tahun ke tahun selalu menghasilkan murid-murid yang membawa HARAPAN bagi dunia ini.

Para muridnya selalu memiliki TALENTA dalam bidang tertentu, seolah-olah mereka yang terpilih dilahirkan untuk mematuhi panggilan alam dan menyempernakan BAKAT terpendam mereka.

Tidak ada cara lain untuk mendaftar ke sekolah elit tersebut selain dengan jalur UNDANGAN. Itulah mengapa angkatan setiap tahunnya selalu sedikit.

Sekolah itu adalah sekolah impian. Bukan karena minimnya mata pelajaran di sana atau karena setiap murid yang selalu mendapatkan beasiswa sebesar ratusan ribu Yen per-semesternya.

SMA HARAPAN jelas-jelas merupakan pabrik dari HARAPAN itu sendiri, disana adalah tanah kelahiran bagi para PAHLAWAN masa depan. Murid-muridnya bagaikan benih dari kesuksesan yang pasti akan berpengaruh besar bagi dunia.

Hinata Hajime selalu menginginkannya, selalu memimpikan untuk menjadi orang yang terpilih.

Namun impian tinggalah impian.

Karena kenyataannya dia bukanlah salah satu dari orang-orang yang terpilih.





OXO

Bersamaan dengan berderingnya bel istirahat makan siang berbunyi, seorang pemuda berseragam hitam berjalan menyusuri koridor. Sepasang iris kehijauannya menatap kosong, wajahnya pun datar. Sejenak dia berhenti untuk melihat ke luar jendela lalu tersenyum kecil pada matahari terik.

Mengapa langit di atas sana bisa nampak begitu cerah dan biru? Seolah di dunia ini sudah tidak adalah yang namanya kesedihan ataupun kesengsaraan. Dimana setiap orang di dunia ini tidak mengalami KEPUTUSASAAN.

"Andai dunia bisa seperti itu," gumamnya lalu terkekeh kecil pada pemikirannya sendiri.

Dia berjalan santai pergi ke halaman sekolah yang sepi. Di dekat air mancur sambil mengamati sekelilingnya. Setelah menyadari betapa senggang dirinya, dia lantas memutuskan untuk mendekati deretan mesin penjual minuman.

Soda perasa jeruk selalu menjadi minuman favoritnya. Tanpa pikir panjang dia langsung memencet tombol di depannya setelah memasukan beberapa koin Yen.

Awalnya mesin itu bergerak sebagaimana mestinya namun setelah pemuda itu berjongkong dan hendak mengambil minumannya, tangannya tidak menggapai apapun. Rupanya kalengnya masih belum jatuh.

"Hmm.....aneh," gumamnya sendiri sambil memeriksa dan meraba bagian dalam mesin tersebut. "Apa rusak?" kiranya seraya menaikan satu alisnya lalu bangkit berdiri. Dia langsung menyerah karena kemungkinan besar sudah tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan minumannya.

"Bukan rusak. Mungkin kau harus menekan tombol lainnya......"

Tiba-tiba ada orang lain di belakangnya, kedengarannya seperti suara laki-laki. Lantas dirinya yang baru di kejutkan setengah mati oleh keberadaan orang tersebut langsung menoleh kebelakangnya, dan spontan ia menyingkir dari tempatnya semula.

Pertama kali yang ditangkap penglihatannya adalah seragam coklat dengan saku dada yang dibordir dengan logo sekolah. Tidak salah lagi itu adalah seragam murid kelas REGULER.

Bitter Sweet MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang