Bahkan setelah 10 tahun telah berlalu sekali pun, Hinata tidak bisa melupakannya.
Di siang hari, di atas atap sekolah. Seseorang dari kelas reguler memanggilnya dan mengajaknya berbicara.
Orang itu adalah teman sekelas saudara kembarnya, tentu saja ia mengenalnya cukup baik.
Bukan teman akrab, setidaknya sering bertegur sapa.
Hari itu adalah sehari sebelum acara kelulusan. Setelah itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Rumor mengatakan orang itu kuliah di luar negeri dan tidak pernah pulang ke jepang lantaran sudah mendapatkan pekerjaan mapan di sana.
Sangat berbeda dengan Hinata yang saat ini hanyalah seorang pekerja kantoran sederhana yang sialnya sedang tidak memiliki rumah. Ia menghabiskan waktu setengah tahun tidur di cafe manga atau menumpang tidur di kantornya.
Siapapun tahu. Hidup di ibukota Tokyo tidaklah mudah.
Seharusnya dia bisa meminta bantuan saudara kembarnya yang sekarang merupakan pengusaha sukses namun dia enggan melakukannya.
Hubungannya dengan Kamukura Izuru---saudara kembarnya sangatlah kacau. Tidak ada rasa kekeluargaan di antara mereka, yang ada malah hubungan canggung dengan sesama orang yang memiliki wajah dan suara yang sama.
Hidupnya menjadi sangat memalukan. Dia tidak bisa membanggakan dirinya di depan orang tua maupun teman-teman lamanya, terutama karena dia adalah alumni SMA Puncak Harapan yang terkenal itu, walaupun dia hanya siswa dari kelas cadangan.
Jadi ketika ia mendapatkan undangan acara pernikahan Sonia Nevermind dan Tanaka Gundham. Hinata ingin langsung menolaknya. Dia terlalu malu dan minder apabila harus bertemu kembali dengan para alumni yang berasal dari kelas reguler.
Apalagi Izuru pasti akan diundang juga. Dia adalah orang terakhir yang Hinata ingin temui.
"Sonia-san dan Tanaka-san huh?" Hinata bergumam sendiri sambil memperhatikan kertas undangan di tangannya.
Sang mempelai wanita adalah seorang putri----sekarang dia seorang ratu yang berasal dari negeri jauh. Sementara sang mempelai pria adalah seorang breeder yang terkenal di kalangannya, namanya banyak terpajang di buku-buku sains baru.
"Mereka berhasil menjalin hubungan mereka sampai sejauh ini huh," komennya sambil tersenyum kecil.
Andai saat ini dia bukan gelandangan tanpa rumah. Hinata pasti bersedia pergi untuk mengucapkan selamat.
Salahkan harga dirinya. Dia terlalu malu untuk menunjukan wajahnya di kalangan orang sukses.
"Hmm?" baru saja Hinata akan menandai surat undangan tersebut---memberitahu bahwa dirinya tidak akan hadir pada hari acara. Hape di saku celananya bergetar.
"Halo?" membatalkan niat sebelumnya. Tanpa pikir panjang ia langsung menerima panggilan tersebut.
"Oh Kazuicihi. Aku sedang di tempat kerja. Apa kau membutuhkan sesuatu dariku?" ujarnya di telepon. Dia memang masih ada di kantornya tapi sudah 3 jam berlalu semenjak semua teman sekerjanya pulang ke rumah. Hanya dia seorang yang tinggal---karena saat ini kantornya sedang merangkap menjadi rumahnya.
"Hmm...." Hinata menunjukan wajah enggan. "Aku paham perasaanmu tapi seperti yang kau tahu.....aku tidak sedang dalam keadaan untuk menunjukan diriku pada yang lain," balasnya pada orang di seberang sana.
Setelah mengetahui siapa pasangan pengantin baru itu. Hinata bisa menduga kalau Kazuichi yang patah hati akan memintanya untuk menemaninya di acara pernikahan.
Sayangnya saat ini dia tidak bisa banyak membantu selain berusaha menghibur sahabatnya tersebut.
Namun Kazuichi tak menyerah untuk membujuknya. Saat ini hanya si jenius mekanik itu yang mengetahui kondisi keuangannya dan dia berjanji untuk merahasiakannya asalkan Hinata mau menemaninya berpartipasi dalam pesta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Moments
FanfictionHanya sekumpulan cerita KomaHina (Komaeda x HInata) Ini dibuat pada waktu senggang dengan alur cerita yang ringan dan langsung pada intinya. WARNINGS: Mature Contents! Boys Love! Vulgar Languanges! (18+)